part 1

1.4K 98 14
                                    

"Kita memang udah ga cocok lagi."

Sampai sekarang pun aku masih tidak percaya jika hubunganku dan Tama sudah berakhir, aku masih ingat jelas dimana ada tragedi ayam, tragedi di lab komputer, tragedi saat dia menggendongku untuk sebuah boneka, mungkin jika aku menyebutkannya satu-satu akan memakan waktu yang sangat lama. You're over us Tama, and I'm fucking hate you. Sampai sekarang juga aku tidak tau alasan mengapa Tama mengakhiri hubungan kita dengan gampangnya.

*Flashback

Setelah masa MOS berakhir dia menjemputku dengan mazda putihnya, raut wajahnya memang terlihat tegang atau kaku, dan keadaan di mobil sangat sangat awkward karena tidak ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Tumben jemput." Kataku berusaha membuka obrolan, keadaan masih tetap awkward. Tama masih diam, tatapan matanya fokus tertuju pada jalan, hingga lima menit kemudian barulah dia menjawab pertanyaanku.

"Kita memang udah ga cocok lagi."

"Maksud kamu?" tanyaku cengo karena tidak tau apa yang sedang dia bicarakan

"Aku ngerasa kita udah gak cocok, aku mau kita udahan."

Serasa disambar petir yang datangnya tidak disertai hujan, hal pertama yang aku rasakan kaget, tidak percaya, apa ini serius? Mobil Tama langsung berhenti tepat didepan rumahku, raut wajahnya masih datar seakan-akan tidak terjadi apa-apa seakan-akan apa yang sudah dia perbuat tidak menyakiti seseorang.

"Kenapa?" kataku akhirnya

"Jangan nanya tentang alasan." Kali ini Tama menatapku, jangan...jangan nangis Tian.

"Oh, okay." Balasku dengan suara lirih, aku mencoba untuk menahan air mata karena aku tidak mau dicap lemah didepan seorang guru lebih tepatnya mantan guru dan mantanku. Sebisa mungkin aku mengatur nafasku, tidak..kita tidak bertengkar semalam, bahkan masih terlihat sangat baik –baik saja.

*Flashback off

Seperti error 404 not found keberadaan Tama sudah tidak terdeteksi lagi, aku mencoba untuk menghubunginya namun no hpnya selalu tidak aktif, sepertinya dia juga sudah pindah dari apartemennya, akun twitternya pun sudah tidak aktif lagi. Ngomong-ngomong tentang seorang Firdhaus Dito Amarta dia sekarang pindah ke Australia karena pekerjaan papanya. Orang-orang yang aku sayangi semuanya pergi, mulai dari Aurel lalu Tama dan Dito seakan-akan mereka semua sudah merencanakan ini dengan sangat matang.

"Dek, mau berangkat jam berapa?" kata kak Danny membuyarkan lamunanku.

"Oiya, sekarang aja. Udah hampir telat nih!"

"Kebanyakan mikirin Tama sih. Move on adek sayang" kak Danny mengacak rambutku, aku benci saat dia menggodaku seperti ini seriously it's not funny.

"SOTOY!"

Jam sudah menunjukkan pukul 6.15 malam, aku akan pergi ke pantai karena sekolah menyuruh semua kelas 10 untuk menghadiri pelepasan 1945 lampion untuk merayakan kemerdekaan. Tak butuh waktu lama untuk menuju pantai, cukup dengan waktu 15 menit saja aku dan kak Danny sudah sampai. Semua orang bisa mengikuti acara ini, itulah sebabnya kenapa kak Danny juga ikut.

"Tian!!! Bawa kamera SLR ga?!!!" panggil Fairuz dengan hiseterisnya, teman baruku saat SMA. Langsung saja kuberikan kameraku yang memang sengaja kubawa karena sebelumnya Fairuz menyuruhku untuk membawa kamera.

"Mana yang lainnya?"

"Itu disana." Tunjuk Fairuz dekat pepohonan.

"Gue kesana dulu ya."

ALWAYS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang