Part 2 - Pertemuan Kedua

77.2K 5.1K 159
                                    

~~

Edgar merapikan lengan tangan baju batiknya, matanya terus melirik ke arah pintu menanti. Menanti sang wanita yang kata ibunya akan dipertemukan dengan dirinya hari ini. Minggu siang ini rencananya tadi akan ia habiskan dengan bermain bersama Abigail ke Waterpark yang sudah ia janjikan sebelumnya kepada putrinya itu, tapi ketika ia sedang menyiapkan pakaian Abigail, ibunya memanggilnya dan mengatakan bahwa hari ini ia harus bertemu dengan calon istrinya.

Edgar mendengus pelan mendengar calon istri itu. Ibunya benar-benar serius mengatakan bahwa ia akan dijodohkan. Kali ini ia tidak bisa berkelit lagi, ia sudah mengiyakan beberapa hari yang lalu. Hebatnya, ibunya itu langsung bisa mempertemukan dirinya dan sang calon tunangan itu dalam hitungan hari saja.

Edgar kembali melirik ke arah pintu. Ia bukannya gugup atau sangat ingin bertemu dengan wanita yang akan dijodohkan dengannya itu, tapi karena ini sudah lewat dari jam yang sudah dijanjikan. Pukul 11.00 WIB seharusnya mereka bertemu di restoran yang ada di salah satu hotel berbintang. Tempat yang tepat untuk pertemuan kedua insan yang akan dijodohkan, itu kata ibunya. Wanita yang telah melahirkannya itu benar-benar terlihat bersemangat menyambut hari ini. Sungguh, tidak pernah ia melihat ibunya seantusias ini selama delapan tahun terakhir dan Edgar hanya bisa tersenyum melihat ibunya menjadi ceria.

"Sudah jam setengah duabelas, Ma." Edgar melirik jam tangannya malas.

"Pasti telat gara-gara macet." Renata memberikan alasan.

"Hari minggu gini macetnya nggak akan parah-parah banget, Ma. Belum jadi istri aja udah molor gimana kalo udah jadi istri? Apa dia bisa mengurus aku dan Alby, Ma?" Edgar mencoba untuk menggoyahkan tekat ibunya yang ingin menjodohkannya dengan wanita itu.

Renata menyipitkan matanya ketika menatap Edgar. "Apapun yang kamu katakan, Mama nggak akan mundur."

Edgar tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalau masih lama, mending Edgar ke mall, nyusul Alby sama Erin."

"Hush, mereka datang." Renata berdiri dan tersenyum senang. Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang juga.

Edgar ikut berdiri dari kursi ruang privat di Restoran itu sambil menatap laki-laki dan wanita berpakaian resmi seperti dia yang memakai batik. Laki-laki dan wanita itu terlihat serasi meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tangan mereka pun masih setia bergandengan. Membuat siapa saja yang melihat pasti akan merasa iri akan keharmonisan rumah tangga mereka.

Di belakangnya, Edgar bisa melihat wanita muda dengan rambut hitam panjang sebaju tergerai melewati pundaknya, sebagian rambutnya jatuh di pipi, membuat wajahnya terlihat lebih manis. Wanita itu memakai dress selutut berwarna biru laut dengan lengan pendek dan kerahnya berbentuk sabrina, membuat kulit putihnya terlihat sangat terang. Ada yang aneh pada wanita ini, mata itu membuatnya terus ingin menatapnya. Mata berwarna Cokelat kemerahan. Mata yang jarang dimiliki oleh orang-orang Indonesia, bulu matanya yang hitam itu pun lentik. Apalagi ketika wanita itu mengerjabkan matanya, terlihat menggemaskan.

"Edgar," bisik ibunya dengan suara yang sedikit keras. "Salam dong."

Edgar terkesiap kaget, menoleh kepada Renata lalu tersenyum canggung. Mengulurkan tangannya pada pasangan suami istri di depannya itu yang mungkin akan menjadi mertuanya. "Selamat siang Om, tante."

"Siang Edgar. Aduh ganteng ya," puji wanita itu. "Ini anak tante, namanya..."

"Almira." Potong Edgar.

Pasangan suami istri itu melebarkan matanya terkejut, begitu juga dengan ibunya. Pemilik nama itu pun sepertinya terkejut, ia tidak menyangka Edgar mengingatnya. Tadinya ia pikir Edgar lupa. Melihat dari tatapan laki-laki itu padanya ketika ia mulai memasuki ruangan ini, tapi Edgar tidak lupa. Ia memang tidak mengenali pada awalnya, namun melihat mata itu ia bisa langsung mengenali pemiliknya. Wanita yang bertemu dengannya dua hari yang lalu.

[SUDAH TERBIT] An Eternal VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang