APA AKU JAHAT?

11.3K 288 13
                                    

Dzania POV

Aku membuka mataku sedikit demi sedikit berulang-ulang kali. Nampaknya aku tertidur karna terlalu lelah menangis.akupun tak dapat membuka mata ku dengan sempurna. Kulihat langit sudah sangat gelap dan angin bertiup membawa udara dingin mengelilingi tubuh ku. Ku lihat pintu belum juga terbuka.
"Apakah ayah belum pulang?" Ucapku bertanya-tanya. Aku menggosok-gosokan kedua telapak tangan ku. Lalu kemudian memeluk tubuh ku sendiri. Entah mengapa rasanya malam ini begitu dingin. Aku merasa kepalaku amat sakit. Wajahku mulai memucat. Tubuhku begitu lemah. samar-samar aku melihat sebuah cahaya dan seseorang mendekati pintu gerbang rumah.
"Itu pasti ayah." Wajahku tersenyum pucat melihat seseorang yg sedang mencoba membuka pintu gerbang itu. Ya ayah ku memang selalu membawa kunci rumah cadangan agar mudah masuk saat ayah pulang lembur berkerja. Ayah memarkirkan sepeda motor miliknya tepat di halaman rumah dan berjalan mendekati ku dengan wajah cemasnya.
"Ayah.." ucapku memeluk ayah ku. Kemudian ayah membalas pelukan ku.
"Dzania kenapa malam-malam seperti ini kau ada di luar rumah?kenapa kau masih memakai pakaian sekolah mu?kau terlihat begitu pucat. Apa kau sakit?" Tanya ayah bertubi-tubi. Terlihat dari raut wajahnya ayah sangat mengkhawatirkan ku.
"Tidak apa-apa ayah. Aku baik-baik saja. Ayah tak perlu khawatir seperti itu." Jawabku mencoba tersenyum agar ayah tenang. Ayah melihat ke arah tangan ku sekilas lalu memegang perlahan tangan ku yg mulai membiru dan membesar karna kejadian tadi siang tangan ku terkilir serta terluka.
"Tangan mu terluka?ada apa sebenarnya?kenapa tangan mu bisa seperti ini?dzania coba katakan pada ayah." Pinta ayah pada ku dengan wajah yang begitu serius.
"A-aku. A-ku baik-baik saja ayah. Aku ha-hanya tidak sengaja terjatuh." Ucap ku berbohong pada ayah.
"Pasti semua ini karna ibumu kan?katakan saja yang sejujurnya pada ayah nak. Bagaimana bisa ibu mu seperti ini. Dia begitu tega membuat mu seperti ini!" Ayah nampak mulai emosi terlihat jelas dari wajah ayah yang mulai memerah karna menahan amarahnya.
"Ti-tidak ayah se-semua ini salah ku. Sungguh ayah..sungguh. ibu tidak salah!aku yang terlambat pulang ayah. Aku yang tidak mematuhi perintah ibu. Bukan salah ibu ayah." Ucap ku mencoba menenangkan ayah agar ayah tidak memarahi ibu. Aku tidak ingin ayah dan ibuku bertengkar lagi hanya karena aku. tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Cekleekkk...
"Ayaahhh sudah pulang." Teriak Andrea senang dia berlari memeluk ayah.
"Andrea tolong panggil ibu sekarang yah." Pinta ayah pada adik ku.
"Baiklah ayah." Andrea mengangguk kemudian berlari ke dalam rumah sambil berteriak "IBU..IBU..AYAH MEMANGGIL IBU.."teriaknya dengan kencang sehingga terdengar sampai di depan rumah ku. Aku hanya berdiri membeku di hadapan ayah ku karna aku tak dapat mencegahnya lagi sekarang. Ayah dan ibu pasti akan bertengkar lagi karna aku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?aku tak berkutat sedikitpun kulihat ayah sudah sangat marah. Ibu berjalan ke arah kami.
"Ada apa ayah?" kulihat Ibu tersenyum pada ayah.
"Tak usah berpura-pura seolah tak ada yang terjadi!kau tak lihat Dzania menderita seperti ini?!lihat wajahnya begitu pucat!apa yang kau lakukan hah?!kenapa kau tak memperbolehkannya masuk hah?!" Teriak ayah emosi. Ibu memandangku dengan tatapan marah. Aku hanya tertunduk takut.
"Kenapa kau selalu saja membela anak manja itu!itu salahnya!dia pantas di beri hukuman!jadi jangan salahkan aku!" Teriak ibu kembali emosi pada ayah. Kulihat Andrea mulai menunduk ketakutan.
"Kau itu selalu menyalahkannya!sadar kau itu ibunya!dia anak mu!bertindaklah selayaknya seorang ibu!jangan bandingkan anak-anak mu!" Teriak ayah semakin emosi. Aku tak kuat melihat pertengkaran ini terjadi. Kenapa harus seperti ini lagi dan lagi.
"Bela saja terus anak mu itu!fia tidak tau terimakasih!dia tak berguna!dia hanya merepotkan!terserah apa kata mu!aku lelah seperti ini terus. Kita selalu saja bertengkar seperti ini!" Teriak ibu berlalu meninggalkan ayah.
"Aku belum selesai bicara!"ayah kemudian berjalan menyusul ibu. Aku tidak ingin semua ini terjadi sungguh aku bingung kenapa aku selalu membuat ayah dan ibu bertengkar. Ku lihat Andrea meneteskan air matanya mungkin dia takut melihat ayah dan ibu bertengkar. Ku coba mendekatinya dan aku mengelus lembut puncak kepalanya. Tiba-tiba saja tangannya menyingkirkan tangan ku dengan kasar. Aku terkejut melihat perlakuan Andrea seperti itu.
"Jangan pegang aku!"bentak Andrea.
"Ke-kenapa?kaka buat salah sama kamu?"tanya ku bingung.
"Kaka jahat!" Teriaknya terisak.
"Aku takut!ayah dan ibu bertengkar!semua ini karna kaka!" Jeritnya semakin menjadi. Aku terkejut mendengar ucapannya.
"Ma-maafkan kaka. Kaka ga bermaksud buat ayah dan ibu selalu bertengkar seperti ini. Sungguh aku juga ga mau buat ayah dan ibu seperti ini. Maaf.."suara ku lirih menjawab semua perkataan Andrea. Aku terhenyuk rasanya aku sungguh benar-benar jahat.
"Semua gara-gara kaka!kaka jahat!kaka jahat!aku takut!aku gamau ayah sama ibu marah!kaka penyebab semuanya!aku benci kau!sungguh amat sangat membenci mu!" Jerit Andrea berlari sambil menangis. Aku hanya terpaku menatap punggung Andrea yg sudah pergi menjauh.
"Tuhan..sebegitu jahatnya kah aku?kenapa seperti ini. Sebegitu bencinyakah mereka terhadap ku?apa yang harus aku lakukan?kenapa sekarang Andrea ikut membenci ku?apa aku benar-benar tak pantas untuk merasakan kasih sayang?tolong aku, aku lelah seperti ini!sungguh apa yang harus aku lakukan aku tak ingin orang tua ku bertengkar lagi. Tolong cukup hentikan. Tolong biarkan keluarga ku bahagia tuhan. Aku akan merelakan kebahagian ku jika memang itu bisa membuat kebahagian keluarga ku kembali utuh."entah apa lagi yg bisa aku lakukan selain menangis dan menangis lagi.

Lihat Aku Ibu..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang