KENANGAN BERSAMA IBU?

7.5K 248 9
                                    

Author POV

Seorang gadis kecil berjalan menyusuri gelapnya malam. Ditempat yang sepi dan menakutkan, hanya terlihat lampu remang-remang yang semakin membuat kesan menyeramkan. Entahlah gadis cantik itupun tak mengetahui dimana dirinya berada sekarang. Tetapi gadis itu merasa sangat membutuhkan pertolongan sekarang. Dia merasa ada yang bergerak mengikutinya seiring dengan langkahnya. Gadis bermata hitam pekat itupun semakin mempercepat langkahnya. Dia berlari dan terus berlari, melewati lorong nan sempit dan gelap. Dia selalu berteriak minta tolong, namun nihil tak nampak seorangpun disana. Akhirnya setelah lelah berlari dia menemukan sebuah pintu. Ya, pintu yang amat sangat bercahaya. Tak sabar gadis kecil itu kemudian membuka pintu ruangan itu. Kepalanya masuk melalui celah kecil pintu. Gadis bersurai panjang itu sangat bahagia ketika mengetahui bahwa didalam ruangan itu terdapat keluarga yang sangat ia sayangi. Nampak jelas sang Ibu yang sedang menyuapi makanan kepada Kakak dan Adiknya sambil tersenyum senang. Dan ayahnya yang sedang bersenda gurau dengan sang Kaka dan sang Adik kecilnya. Melihatnya sungguh suatu kebahagian yg tak ternilai bagi gadis kecil yang hebat ini. Ingin ia datang dan menghampiri mereka tetapi saat dia mengingat sesuatu, rasanya kakinya tak sanggup untuk melangkah maju. Gadis kecil ini tak ingin menghancurkan kebahagiaan dan kehangatan yang sedang terjalin diantara keluarga kecilnya. Dzania kecil tak mampu lagi untuk membendung air di pelupuk matanya. Dzania kecil hanya mampu menatap keharmonisan keluarga yang sedang terjadi di hadapannya.
"Ibu terlihat sangat bahagia disana. Ayah, Alfan dan Andrea juga sangat bahagia. Aku tak ingin menghancurkan kebahagiaan mereka semua, karna aku sayang mereka. Sebaiknya aku pergi dari sini. Sebelum ibu melihatku dan aku menghancurkan kebahagiaan mereka." Dzania melangkahkan kaki kecilnya untuk terus mundur, sambil menatap nanar kebahagian yang sedang terjalin dihadapannya. Hatinya benar-benar terenyut ketika melihat semua itu. Dia sangat ingin berada di tengah keluarganya. Merasakan kehangatan dan kasih sayang dari kedua orang tuanya seperti kaka dan adiknya. Namun, dia tak mau mengambil resiko besar untuk menghancurkan kebahagian yang sedang terjalin ini seperti saat dulu-dulu.
Dzania kecil berlari dan terus berlari di lorong nan gelap yang terasa amat sangat mencekam. Dia katakutan, tak ada penerangan sedikitpun disini. Hanya terdengar suara-suara aneh.
"Ibuu..hiks.." Dzania menangis mengingat betapa benci ibu kepadanya.
"Ibumu tak pernah mengharapkan kehadiranmu!" Tiba-tiba muncul sebuah suara menyeramkan yang entah dari mana datangnya suara itu.
"Tidak! Ibu sayang sama Dzania!" Berani gadis kecil bermata hitam pekat itu.
"Ibumu membencimu!" Tekan suara menyeramkan itu lagi.
"Tidak! Ibuku menyangiku! Aku sayang ibuku! Pergi kau orang jahat!" Teriak Dzania kecil menentang kata-kata yang terus terngingang di fikirannya.
Kata-kata itu tidak bisa berhenti berputar. Kepalanya terasa sakit, Dzania kecil berjongkok sambil menutup kedua telinganya. Berusaha untuk tidak percaya kepada suara yang tidak jelas asalnya dari mana tadi. Semakin lama dia semakin menangis. Air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Dzania kecil ketakutan. Dia membutuhkan seseorang saat ini. Dia membutuhkan 'Ibu'.

Dzania terus bergerak gusar dalam tidurnya. Keringatnya terus bercucuran. Bahkan tanpa sadar air mata telah mengalir dari pelupuk mata indahnya.
Dia bermimpi buruk lagi dan lagi. Mimpi buruk ini selalu menghantuinya. Membuat hatinya menjadi tak pernah tenang. Dzania membuka matanya secara paksa, nafasnya tersengal. Dia merasa seperti selesai lari dalam waktu yang cukup lama.
"Ada apa dengan ku? Kenapa aku selalu bermimpi buruk. Selalu saja mimpi seperti itu yang datang kepadaku." Keluh Dzania. Dia melirik Jam yang berada di dinding kamarnya, sudah pukul 5 waktunya Dzania bangun.
Dzania pergi mengambil wudhu dan sholat untuk menenangkan hati dan fikirannya.
Dalam sujudnya dia selalu berdoa semoga keluarganya selalu diberikan kebahagiaan yang melimpah. Semoga ibunya selalu sehat dan bahagia. Dan doa terakhir yang selalu ia panjatkan adalah 'semoga ibuku benar menyangiku' itu adalah harapan terakhirnya. Dia akan terus menunggu hingga masa indah itu akan tiba pada waktunya. Dzania yakin bahwa ibunya juga menyayanginya, hanya saja belum tiba waktunya untuk Dzania bisa berasakan kasih sayang dari ibunya.

Dzania sedang menyapu halaman. Dia melakukan kegiatan rutinnya. Setelah selesai menyapu dia mencuci piring-piring dan kemudian bersiap untuk sekolah. Hari ini ayahnya tak ada dirumah karena pergi menjalankan tugas ke luar kota.
Dzania melihat ibunya yang sedang kerepotan mengurus adik dan kakanya yang akan berangkat sekolah. Dia menghampiri ibunya untuk pamit.
"Alfan jangan mengganggu Andrea terus." Ucap ibu, lembut.
"Ibuuu kakaaa nakal!" Jerit Andrea yang diganggu terus menerus oleh Alfan
"Haha..payah masa sama mainan saja kamu takut!" Jawab Alfan masih terus menunjukan mainan ular karet miliknya.
"Sudah Alfan berhenti. Ayo cepat makan. Nanti kamu terlambat. Andrea sini ibu suapin." Panggil ibu sambil menyendokan nasi di piring Alfan
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada seorang gadis yang menatap sendu di sebrang mereka. Dzania melangkahkan kaki mendekati ibu, kaka dan adiknya.
"Ibu.." panggil Dzania
"Hemm." Ibu hanya berdeham
"Dzania pamit ya bu, Dzania harus berangkat lebih pagi karna masih ada tugas yang belum Dzania kerjakan." Jelas Dzania
"Kamu sudah menyapu halaman dan mencuci semua piring?" Tanya ibu tampa menoleh sedikitpun ke arah Dzania.
"Sudah bu." Jawab Dzania tersenyum pedih
"Hemm." Lagi dan lagi ibunya hanya berdeham.
"Dzania pamit bu." Dzania meraih tangan ibunya dan mencium sekilas kemudian melangkahkan kakinya menuju sekolah.
Selama jalan menuju sekolahnya Dzania tak berhenti berfikir tentang apa yang akan ia tulis untuk tugas Bahasa Indonesianya kali ini.
Tema cerita untuk tugas kali ini adalah 'Kenangan bersama Ibu' karena hari ini bertepatan dengan hari ibu. Dzania hanya tersenyum pedih mengingat tugas itu.
Bagaimana tidak? Semua yang ia ingat hanya ada air mata saat dia mengingat kenangan bersama ibunya.
Dzania berlari kearah perpustaan sekolah. Ini masih pukul 6:20 dan sekolah masuk pukul 7:15. Masih cukup waktunya untuk membuat tugas itu.
Dzania memilih duduk di pojok perpustakaan sambil mengeluarkan buku dan pulpennya.
"Apa yang harus aku tulis?" Gumamnya sedih
Dia mulai berfikir dan menuliskannya dia atas kertas.

Kenangan Bersama Ibu

Ibuku sangat menyayangi aku, adik, kaka dan ayahku. Kami adalah keluarga yang sempurna. Setiap pagi ibuku membuatkan sarapan untuk kami semua. Dia juga menyiapkan perlengkapan sekolahku. Setiap liburan kami sekeluarga selalu pergi jalan-jalan. Itu sangat menyenangkan. Ibuku selalu memelukku. Itu adalah kenangan bersama ibu yang tak pernah bisa aku lupakan.

Kata-kata untuk Ibu:
Ibu terimakasih untuk selalu menyayangiku. Aku mencintai ibu selalu dan selamanya. Tak perduli apapun semua itu yang telah terjadi. Bagiku kenangan itu 'indah'.

Itulah yang Dzania tulis. Dia tak bisa berhenti menghela nafas. Dadanya terasa sesak.
"Kenapa kamu menulis semua itu? Kamu berbohong!" Suara Maya berbisik. Dzania terkejut dengan suara yang tiba-tiba muncul disampingnya itu. Bagaimana bisa dia tak menyadari bahwa sedari tadi Sahabatnya sudah duduk disampingnya.
"Sejak kapan kau disini?" Tanya Dzania
"Sejak ku lihat kamu menatap kosong kertas-kertas itu." Jawab Maya singkat.
Dzania dan Maya saling diam, hanya menatap kosong buku-buku dan rak yang ada di hadapan mereka.
"Kenapa kamu menulis seperti itu? Itu bukan kenyataannya." Tanya Maya
"Aku, Aku hanya ingin semua orang tau bahwa ibuku juga menyayangiku. Bukankan apa yang aku tulis ini juga bisa menjadi sebuah doa? Kau ingat apa kata Pa Ilham guru agama kita? Berfikir positif akan menghasilkan hal yang positif. Aku percaya bahwa ibuku juga menyayangiku." Dzania tersenyum kecil.
"Pasti ini sangat berat untukmu. Kalau saja aku yang berada di posisimu mungkin aku sudah membenci ibu ku sendiri." Maya memeluk Dzania
"Mana mungkin aku bisa membenci ibu? Padahal aku tau dia yang sudah berjuang susah payah untuk melahirkan ku. Dia segalanya bagiku, apapun yang telah terjadi aku selalu menyayanginya karna dia tetap ibu ku. Ibu yang terhebat." Jawab Dzania tersenyum sambil membalas pelukan sahabatnya.

Dzania POv

Kenangan bersama Ibu.
Aku tidak memiliki kenangan indah bersama Ibu. Tapi aku yakin suatu saat nanti akan terukir sebuah kenangan indah saat aku bersama ibuku. Ibu, aku harap ibu benar menyayangiku. Walaupun tidak, aku akan tetap menyayangi Ibu. Aku tidak akan pernah bisa membencimu. Karena kau segalanya untuk ku. Ibu, kuharap ibu tau bagaimana perasaanku. Pedih dan sakit jelas terasa. Ini pilu, sesekali fikiran jahat itu hampir meyakinkan ku untuk membencimu. Namun, jauh di lubuk hati terdalamku masih percaya bahwa ibu menyayangiku.
Kumohon, Tolong lihat aku ibu.

.
.
.
Waaa, ini udah banyak yaa hehe.
Makasih buat yang kasih support dan nunggu terus cerita ini.
Jangan lupa vote dan komennya ya, buat aku semangat lanjut ceritanya.
Semoga kalian menikmatinya.
Dan maaf kalo kali ini kurang ngefeel.💕

Lihat Aku Ibu..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang