7

45 2 0
                                    

Maaf ya guys solanya aku lambat nge post ceritanya.... silahkan membaca....

Sorry kalau ada kesalahan tulisan....
-------

Aku di telfon oleh ayahku pagi pagi sekali katanya ayah mau aku pergi kerumahnya untuk menanyakan suatu yang penting.
Sekarang aku sudah di rumah ayahku.

Tok...tok...tok...

Ayah pun membukakan pintu.
"Ayo masuk nak" kata ayah, aku hanya mengangguk.

Apa yang ingin di bicarakan ayah? Kenapa kesanya serius begitu?
Alexa pun mengikuti ayahnya masuk kedalam rumah.
"Ada apa ayah?"tanya alexa penasaran. Mendadak saja ayahnya terlihat kelelahan.
"Papa tidak enak padan? Tanya alexa lagi.
Ayahnya menggeleng, lalu bertanya, "alexa sudah berapa lama kamu mengenalnya?"tanya ayahnya.
"Siapa? Harry?"tanya alexa.
Ayahnya mengangguk tidak sabar. "Ya, harry."
Wah... kenapa tiba-tiba ayah nya bertanya seperti itu? Sepertinya ayahnya ingin tahu lebih banyak tentang harry. Apakah jelas kalau alexa tertarik pada harry? Ia heran karena pertanyaan ayahnya tadi adalah pertanyaan yang umum orang tua tanyakan pada anaknya begitu mengetahui anak mereka tertarik pada seseorang. Namun alexa memang tidak berniat menyembunyikan apa apa pada ayahnya.
"Oh, belum lama. Dia teman tom dan tom mengenalkannya pada ku." Alexa menatap ayahnya dengan mata berbinar-binar. "Menurut ayah bagaimana?"
Ayahnya mengangak alis. "Apanya?"
"Harrt styles, " sahut alexa. "Menurut papa bagaimana?" Ayahnya terlihat sangat gugup.
"Entahlah..... kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
Alexa hanya tersenyum. Sebenarnya ia berharap dalam hati jika ayahnya sependapat dengannya. Harry laki-laki yang baik dan sopan. Ia yakin ayahnya tidak akan keberatan kalai ia mengakui perasaannya terkadap harry.
"Alexa," panggil ayahnya dengan nada was-was.
"Kau menyukai pemuda itu?"
Alexa memandang ayahnya dan menimbang-nimbang, apakah ayahnya bisa membaca pikirannya? Apakah ia bisa memberitahukan ayahnya? Sekarang?
"Ya," jawab alexa akhirnya. Ia tidak pernah berbohong kepada ayahnya dan ia memutuskan sebaiknya ia mengakuinya sekarang.
Alexa sudah bersiap-siap menghadapi serbuan pertanyaan ayahnya, tapi aneh sekali, ayahnya hanya tertegun mendengar jawabannya air mukanya berubah cemas dan gelisah.
"Papa ada apa?" Tanya alexa ketika ayahnya masih tetap terdiam.
Kenapa ayah tidak bertanya apa-apa? Ia baru saja mengakui ia menyukai seseorang laki-laki dan bukankah sebagai orangtua sudah sewajarnya ayahnya bertanya macam-macam?
"Tidak apa-apa," gumam ayahnya.
Alexa berusaha menebak apa yang menjadi beban pikiran ayahnya, tapi tidak menemukan alasan apa pun.
"Aku dan harry memang baru saja salimg mengenal," kataku berusaha menjelaskan lebih jauh, "tapi aku merasa dia orang baik dan menyenagkan. Dia tipe laki-laki yang diincar kebanyakan wanita untuk dijadikan suami."
Alexa tidak bermaksud bergurau, tapi begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, ayahnya terkesiap kaget.
"Kau mau menikah dengannya?" Tanya ayahnya dengan nada panik yang tidak di pahami alexa.
Alexa mengerjap-ngrjapkan mata dan menggeleng.
"Tidak." Jawab alexa. Ia sama sekali tidak mengerti reaksi yang memicu ayahnya.
"Aku memang menyukainya,tapi aku tidak sedang merencanakan pernikahan. Kenapa Dad tiba-tiba berpikiran begitu?"tanya Alexa.
"Tidak dad tidak berpikiran begitu," gumam ayahnya cepat.

Alexa menangkap kilatan lega di mata ayahnya dan ia semakin heran.
"Alexa," Panggil ayahnya lagi. "Coba jelaskan tentang hubungan kalian berdua kepada dad."kata ayah alexa.
Aneh sekali kenapa ayahnya panik begitu? Apakah ayahnya takut ia akan menikah dengan Harry?

****
Harry sama sekali tidak bisa tidur sepanjang malam. Ia hanya duduk diam di pinggir jendela apartemennya dan memandangi sungai. Jam sudah menunjukan pukul 01.30 dini hari dan dia tidak mengantuk sedikit pun. Ia berusaha tidur karena kepalanya berat sekali. Tetapi setengah jam berjuang untuk terlelap dan sia-sia, ia menyerah lalu bangkit dari tempat tidur.
Ia tahu bahwa ia harus berpikir, tetapi ia tidak ingin berpikir. Kepalanya sakit,pusing, dan berat. Terlalu banyak yang berlalu-lalang di benaknya sampai ia tidak tahu harus berpikir apa. Semakin di pikirkan, ia semakin tertekan.
Pasti ada kesalahan. Tidak mungkin ia dan Alexa memiliki ayah yang sama. Pasti ada kesalahan...
Harry menarik napas berat, lalu menghembuskannya dengan pelan. Dadanya terasa sakit. Bernapas ternyata bisa juga menyakitkan.
Kenapa harus ayah alexa...? Mungkin ia bukan anak ayah alexa.... mengkin ia salah... ayah kandung nya bukan Alexander... bukan.... Demi tuhan! Ia sungguh-sungguh berharap Alexander bukan ayah kandungnya.
Apa yang harus dilakukannya sekarang?

*flash back*

2 hari setelah tes DNA.

Aku pergi kerumah sakit dan mengambil hasil tes DNA.

Amplop tipis di tangannya ini terasa berat. Rasanya begitu berat sampai Harry harus memegangnya dengan kedua tangan. Apakah ia sudah siap membuka ampop itu?
Harry berjalan ke taman belakang rumah sakit, duduk di bangku kayu yang pernah didudukinya pada hari ia menjalani tes DNA.
Mungkin seharusnya ia menelpon alex. Pria itu juga pasti sangat kahwatir.
Tidak... Harry ingin memastikan sendiri terlebih dahulu.
Dengan tangan yang agak gemetar ia merobek amplop putih itu dan mengeluarkan secarik kertas yang teelipat rapi. Matanya mulai membaca tulisan yang ada di kertas itu. Semakin ia membaca,pelipisnya semakin berdenyut-denyut.
Tidak.... Tidak...
Begitu selesai membaca, kedua tanganya terkulai lemas dan ia memejamkan mata erat-erat. Napasnya berat dan terputus-outus. Duanianya meledak gelap dan runtuh di depan matanya. Harapan terakhirnya.... satu-satunya harapan yang dimilikinya hilang sudah.
Ia, Harry styles, memang anak kandung Alexander.

"Flash back off"
*****
Hari sudah pagi dan Alexa sudah bersiap untuk pergi ke kantor Harry.

"Hallo!"
Sebastian mengangkat wajahnya sari kertas kertas yang berserakandi meja dan melihat Alexa mengintip dari celah pintu kantor yang terbuka. (Aku lupa manjelaskan bahwa sebastian termasuk teman dekat Harry)
"Alexa!" Serunya gembira. "Tumben kau ke kantorku.ayo, masuk saja."
Alexa menghampiri sebastian dengan senyum lebar. "Apa kabar sebastian?"
Sebastian bangkit dan merangkul alexa.
"Tadinya capek setengah mati, tapi begitu melihatmu datang semangatku langsung naik,"katanya.
Alexa mendengus dan tertawa.
"Simpan saja rayuan mu untuk gadis lain."
Sebastian kembali duduk di kursinya.
"Kenapa kau tiba-tiba datang kesini?"
Alexa berkeliling. Kantor sebastian memiliki nasib yang sama dengan apertemen alexa. Berantakan. "Sebanarnya aku datang untuk menemui Harry,"kata alexa riang.
Sebastian langsung memejamkan mata dan memasang raut muka terluka "aduh, harga diriku... kukira kau datang untuk menemuiku."katanya
Alexa mendorong bahu Sebastian main-main.
"Yah, karena kau tidak berhasil menemuinya, aku datang ketempatmu. Kau tahu dia kemana?"tanya alexa
Sebastian mengangkat bahu.
"Entahlah mungkin mengunjungi lokasi proyek."kata Sebastian
Ia diam sejenak, lalu melanjutkan perkataannya "akhir-akhir ini dia agak aneh. Sepanjanghari bekerja tanpa henti. Kalaupun berhenti, dia hanya melamun. Tapi setelah itu dia sibuk kembali."kata sebastian.
Alexa mengerjapkan mata. Ia tidak salah. Harry memang aneh belakangan ini. Ternyata sebastian juga merasakannya.
"Kau tahu ada apa dengannya?" Tanya sebastian.
Alexa hanya menggeleng. Ia justru berharap sebastian tahu ada apa dengan Harry.
"Aku pernah bertanya tapi katanya hanya capek bekerja." Sahut alexa seadanya. Ia menatap sebastian dengan mata disipitkan. "Ini salahmu." Gerutunya. "Kenapa memberikan pekerjaan terus tanpa henti?"kata alexa.
Sebastian mengangkat kedua tanganya tanda menyerah.
"Wah, itu bukan salahku. Bukan aku yang memaksanya bekerja. Dia sendiri yang melakukannya."sebastian memiringkan kepala."sepertinya ada yang mengganggu pikirannya, makanya dia harus bekerja sebagai pelampiasan. Itu teoriku."
Alexa menghembuskan napas panjang. "Begitukah?"
Sebastian mengangkat bahu, lalu bertanya, "ngomong-ngomong kenapa kau mencarinya?"
Alexa ikut mengangkat bahu karena merasa alasannya sederhana saja. "Hanya ingin mengajaknya makan siang."
Sebastian bisa melihat kekecewaan Alexa. Perasaan gadis itu mudah ditebak. Alexa bukan orang yang bisa menutupi perasaannya.
"Karena tidak ada Harry, bagimana kalu aku saja yang menggantikannya?"Sebastian menawarkan.
Alis Alexa terangkat. "Kau tidak sibuk?"
Sebastian menatap tumpukan kertas dan map di meja kerja, lalu menggeleng dengan yakin. "Karena kau membutuhkan sahabatmu ini, aku bisa menyisihkan sedikit waktu," guraunya.
"Kau tidak ada janji dengan pacar barumu? Selidik alexa.
"Tidak ada pacar." Kata sebastian.
"Yang kemarin itu?" Desak alexa." Yang namanya julia atau apa itu."
"Juliette? Hah! Aku sudah di campakkannya," kata sebastian ringan.
"Dicampakkan?kau?"kata alexa sembil menahan tawanya.
Sebastian mengibaskan tangannya dan tersenyum masam.
"Tidak penting sama sekali, tapi akan ku ceritakan nantu. Janji. Aku msih ingat kau orang yang gampang penasaran," kata sebastian cepat.
"Sekarang kau mau makan apa? Kita pesan saja dan minta di antarkan kesinj. Kau tidak keberatan bukan?,kalu kita makan di sini saja?" Tanya sebastian bertubi-tubi.
"Baiklah," kata Alexa sambil memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman.
"Dan, terserah kau saja mau makan apa" kata Alexa.
Sebastian baru saja meraih gagang telpon untuk menelfon rumah makan terdekat kesukaannya ketika ia mengingat sesuatu. Ia menatap Alexa dan bertanya,
"Ngomong-ngomong, apakah kau tau hari ini ulang tahun Harry ??"

★★★★★
Kira-kira apa yah reaksi alexa???

Jangan lupa untuk vote and coment please.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

autumn in LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang