26. Everything Will Be Fine

268 23 0
                                    

(Setting : HP 7)

----

Suara pintu yang dibanting tertutup menggema di rumah milik keluarga Scotthill. Sekali lagi Gisselle betengkar dengan kakak dan neneknya. Gadis itu menginginkan untuk sepenuhnya turut serta dalam kegiatan Orde seperti Nicole, tapi kakek neneknya tidak menyetujuinya dan meminta gadis itu tidak melakukan sesuatu yang membuatnya terjebak dalam bahaya.

"Gisselle." Suara neneknya terdengar dari balik pintu. "Ijinkan nenek masuk?"

Dengan enggan Gisselle berdiri dan membuka pintu kamarnya. Neneknya tersenyum dan berjalan masuk. Keheningan menyelimuti selama beberapa saat.

"Kau benar-benar mengingatkanku pada kedua orang tuamu." Kata neneknya. Gisselle mematap neneknya dengan bingung, biasanya nenek dan kakeknya selalu menolak membicarakan orang tuanya.

"Kedua orang tuamu juga memaksa untuk tetap ikut serta dalam perang." Kata neneknya. "Dan mereka tidak pernah kembali lagi."

Gisselle terdiam. Ia menyadari perasaan kakek dan neneknya yang tidak ingin kehilangan satu-satunya cucu yang mereka punyai. Namun Gisselle tidak ingin hanya diam dan menunggu saja, tidak saat semua orang yang ia sayangi bertarung mempertaruhkan nyawa di luar sana. Gadis itu menoleh dan menatap neneknya, namun sebelum ia bisa mengatakan apapun, neneknya memeluknya.

"Aku tahu kau akan tetap pergi. Tatapan matamu sama persis dengan kedua orang tuamu waktu itu." Kata neneknya. "Namun berjanjilah, kembali kesini dengan selamat."

Gisselle merasakan air matanya mengalir. "Tentu saja. Aku berjanji."

***

George menatap berbagai anggota Orde yang keluar masuk rumahnya. The Burrow memang sudah menjadi markas Orde yang baru. Dengan semua pengamanan yang luar biasa ketat, pemuda berambut nerah itu tidak bisa menghubungi sahabat-sahabatnya sama sekali. Ia bahkan belum mendengar kabar dari Gisselle sejak pemakaman Dumbledore, sebulan yang lalu.

"Mengkhawatirkan pacarmu?" Fred menepuk pundak kembarannya sebelum duduk tepat di sebelahnya. "Tenang saja, ia kan berdarah murni. Para pelahap maut tidak akan mengejarnya."

"Aku tahu.." Jawab George. "Tapi ia bersikeras bergabung dengan Orde sepenuhnya. Kurasa ia terpengaruh Nicole.."

"Nicole tidak akan mengijinkannya.."

"Memang tidak." George mengetuk-ngetukan jarinya di atas pangkuannya. "Tapi Gisselle tidak mau menurut."

Fred mengangkat bahunya. "Gisselle gadis yang pintar kawan, ia akan baik-baik saja."

George mengangguk, walau jelas tidak bisa menyingkirkan perasaan buruk yang menghantuinya beberapa hari terakhir. Pemuda itu lalu mengeluarkan sebuah box merah kecil dari kantong celananya, hal yang ia bawa kemana-mana akhir-akhir ini, dan juga hal yang paling ia jaga sejak ia membelinya di kota beberapa hari yang lalu.

Senyuman kecil mengembang di wajahnya ketika mengingat kembali rencananya. George pun membuka box kecil itu, menampilkan cicin perak indah yang berada di dalamnya. Ya, George Weasley akan melamar Gisselle Scotthill setelah pernikahan kakaknya, Bill. Memang kesannya terlalu terburu-buru, namun di saat seperti ini tidak ada yang pasti bukan?

Pemuda itu menyimpan box cincinnya kembali dengan hati-hati di saku celananya dan menepuknya pelan. Semua akan baik-baik saja, ya, mereka akan baik-baik saja.

***

"Kau yakin ini ide yang terbaik?"

Gisselle menatap sahabatnya, Nicole Ravensdale. Mereka baru saja selesai rapat mendadak milik Orde mengenai carai menjemput Harry dan Elly. Terdapat perubahan rencana di saat-saat terakhir dan mereka memutuskan untuk mengikuti usulan Mundungus yang mengatakan bahwa akan 'membuat' enam Harry lainnya agar ia susah dikenali mana yang asli. Mendengar usulan Mundungus yang diterima itu, Nicole juga mengusulkan hal yang sama di lakukan pada Elly, walau tidak perlu menjadi tujuh seperti Harry, cukup tiga saja.

Hogwarts' BelovedWhere stories live. Discover now