Part 1 - Rain

92 1 0
                                    

Hujan kemarin menghadirkan kembali ingatanku akan dirimu, hmmmm.... bukan, tepatnya wajah dia di hujan itu memaksa kembali pikiranku menggali tentang dirimu. Ya sebenarnya wajah dia. Yang aku tidak tau siapa sosok pria itu.

Saat itu aku sedang menunggu kara dari parkiran mobil, kami baru saja selesai makan siang di resto favorit kara dan akan segera balik ke kantor. Kemarin kara pengen curcol panjang kali lebar tentang rencana birthday surprise untuk Dave kekasihnya. Makanya dia mengajak aku makan siang ke luar kantor, ya bisa dibilang karena ada maunya, tapi dengan perasaan senang aku tetap menerima tawaran itu. Cause i love kuliner. Apalagi kali ini kara yang traktir, jarang sekali Kara berbaik hati seperti ini, ya mungkin karena ide birthday surprise itu murni dari otakku, Kara memaksaku untuk mengeluarkan semua ide kreatif dari pikiranku. But no problem, aku juga suka mengemukakan pendapat yang berbau kreatifitas.

Aku menunggu di depan resto itu, hujan hampir reda, aku melihat sekeliling, sambil berpikir kenapa Kara belum muncul juga, sekitar 8 menit aku menunggu Kara, termasuk waktu yang cukup lama, berhubung jarak resto itu dengan tempat parkir tidak terlalu jauh. Sepertinya hujan saat itu tidak mendukungku untuk menunggu Kara di depan resto itu, hujan kembali lebat, aku berencana masuk kembali ke dalam resto untuk menelepon Kara, sekaligus berlindung dari percikan lebatnya hujan. Lagian kalau menelepon diluar pasti tidak terdengar, karena suaraku bersaing dengan suara hujan.


Saat aku akan berbalik menuju resto, aku melihat wajah itu, wajah yang mengingatkanku tentang dia, menggali kembali memoryku tentang dia. Aku melihat wajah itu dengan seksama memperhatikan dengan hati-hati, apakah itu dia? batinku, pada saat itu. Tapi otakku menyadarkanku, memberitahu bahwa itu bukan dia, hanya mirip. Dia berdiri tepat disampingku, mungkin dia sedang melakukan hal yang sama denganku, menunggu seseorang menjemput, untuk menyelamatkan diri dari hujan. Aku kembali memastikan dan melihat wajah itu, sekali lagi aku sadar bahwa itu bukan dia. Ketika melihat wajah sosok pria itu, wajah yang sangat mirip dengan dia, hatiku bergetar hebat, jantung ini seperti diremas, sakit, karena aku tau, aku terlalu merindukannya, rasa ingin bertemu dengan dia memuncak kembali setelah sekian lama aku berusaha menimbunnya, rasa yang seharusnya sudah sejak lama aku buang jauh-jauh, tapi setiap aku akan melakukan hal itu, selalu ada sesuatu yang menggagalkan niat ku untuk melupakannya, kadang aku membiarkan waktu yang mengajari ku untuk melupakannya, mengalir begitu saja, karena ketika aku berusaha melupakan, semakin kuat juga aku mengingat kenangan tentang dia.

Entah sudah berapa kali Kara menekan klakson untuk memanggilku, agar masuk ke mobil, tapi aku masih fokus dengan pikiranku sendiri, bahkan saat wajah itu menoleh ke arahku, aku semakin jelas melihat wajah pria itu, aku bisa melihat ekspresi wajahnya mengatakan kalau aku sudah ditunggu lama oleh Kara dan menyuruh untuk segera masuk mobil. Dan mungkin saat itu dia bertanya dalam hatinya, ada apa dengan aku, diam di tengah hujan, sambil menatap wajahnya.




wanna see u againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang