1

38.9K 672 3
                                    

Keina berjalan dengan raut wajah mendung. Kepalanya terus menunduk sambil memeluk tumpukan buku. Setiap orang yang ia lewati selalu berbisik mencela dirinya

"Eh eh ... Liat deh, anak sial lewat"

"Ih bapak yang kemarin jadi donatur disini tuh ternyata koruptor"

"Eh, nyokapnya suka main brondong loh"

"Ya ampun jadi anak gak tau diri banget yah, pake nyusahin ortu"

"Eh pacarnya aja barusan ninggalin dia tunangan sama anak selebrity"

Keina menahan genangan yang berusaha meluncur keluar dari matanya. Ia mempercepat langkahnya dan masuk kesembarang ruang dan menguncinya. Ia menangis sesenggukan menumpahkan segala kepiluannya.

Sejenak Keina terdiam memandang sekelilingnya.
Gudang.
Tiba tiba tangannya tergerak dan menyenggol sesuatu.
Ia menoleh kebenda itu. Beling.
Keina mengambil salah satu pecahan yang paling tajam dan mengarahkannya ke pergelangan.
"Lo mau ngapain?" sebuah suara datar membuat Keina tersentak dan tak sengaja menggores jarinya.
"Aw ... !" Keina melepas beling itu dan menjatuhkannya ketanah "lo ngagetin gue !" Cowok itu duduk bersila dihadapan Keina sambil memandang wajah gadis itu "lo Keina Werdyanso yah? Pantesan lo mau bunuh diri" ucap Cowok itu enteng membuat Keina memicingkan matanya. Siapa yang tidak kenal dia sekarang? Perusahaan tempat ayahnya bekerja sangatlah terkenal, maka karna itu tidak heran jika ayahnya keluar masuk tv dan koran karena kasus penggelapan uang.

Krek ...

Bunyi kain sobek. Keina tersadar dari lamunannya dan mendapati lelaki itu menyobek ujung kaosnya. Lelaki itu meraih tangan Keina dan menarik jari Keina yang terluka
Cup ...
"Lo ngapain?!" Keina terkejut saat cowok itu mengisap jarinya yang berdarah. Seketika jantungnya berdetak lambat dan keras. Tubuhnya menegang dan merinding.

Lelaki itu selesai mengisap jari Keina dan melilitnya dengan sejumput kain yang disobeknya tadi. "Setidaknya gue bertanggung jawab waktu ngelukai orang" cowok itu berucap sambil sibuk mengikat. Keina tak membalas ucapannya "gak kaya Remond" Keina langsung menarik tangannya dari lelaki itu dan memberi tatapan tajam "lo gak tau apa apa tentang Remond" lelaki itu berdiri sambil terkekeh "lo masih ngebelain dia? Padahal acara pertunangannya sama anak bintang film itu lagi siaran langsung tuh" keina membuang wajahnya dan beranjak pergi "tunggu" tangan lelaki itu mencekal sikut Keina "gue Jaylen"

~|~|~

Keina menatap layar tv dengan pandangan kosong "tehnya non" Keina mendongak kepala menatap Yati, pembantu rumah tangganya. Keina menatap barang barang yang di pak, biasanya Yati melakukannya hanya karna pulang kampung setahun sekali "kamu mau kemana Ti?" Keina mengerutkan alisnya melihat Yati nampak resah "anu non ..." Keina mendengus melihat kebiasaan Yati jika sedang ada yang ingin dibicarakan "saya dipecat non" Yati membelalak matanya "kok bisa? Kamu salah apa? Terus gimana suami kamu yang lagi sakit itu?" mata Yati berkaca kaca. Ia memeluk Keina. Keina langsung mengelus punggung Yati "non ... Rumah ini mau dijual sama nyonyah" tanpa sengaja Keina mendorong bahu Yati "apa apaan kamu ngomong gitu? Gak mungkinlah! Wasiat kakek kan bilang rumah ini gak boleh dijual?! Lagi pula papah kan masih ..." ucapannya tergantung. Keina teringat hari ini ayahnya menjalani sidang vonis. "Bilang sama aku Ti" ucap Keina dingin. Yati tak sanggup dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya "JAWAB AKU YATI!" tangan Keina mengepal di sisi tubuhnya "15 tahun non. Dan perusahaan tuan sudah jadi milik orang lain sejak kemarin" jawab Yati bergetar. Keina menendang meja kaca didekatnya hingga pecah.

"Kamu gak boleh pergi" ucap Keina datar. Yati berhenti menangis, ia tak bahagia dan justru khawatir "gak ada yang bisa gajihin saya lagi non" ucap Yati lirih "SAYA YANG AKAN GAJIHIN KAMU!" tanpa bisa dibantah lagi. Yati mengambil barangnya dan kembali kekamar pembantu.

moment with JaylenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang