3 SAHABAT part III

571 19 2
                                    

Waktu sungguh tak terasa, berjalan dengan sendirinya mengantarkan hari silih berganti, mengantarkan bulan kepada bulan lain. Dan hari ini, sampailah pada bulan yang ditunggu-tunggu oleh tiga santri itu. Bukan menunggu tumbuhnya rambut mereka yang telah digunduli beberapa bulan lalu. Tetapi saat ini yang mereka tunggu adalah pembuktian kepada siapa saja, bahwa kali ini mimpi-mimpi mereka akan terwujud.

Jum'at kali ini, tepat pada awal bulan Agustus sehabis sholat Jum'at akan diadakan gladi resik. Tentu bukan hanya kelompok Juna saja yang ikut serta dalam acara panggung gembira nanti, banyak kelompok lain yang akan menampilkan naskah dramanya. Tapi Juna tak ciut nyali. Meski memang panggung gembira ini adalah kali pertamanya bergabung bersama Cipto dan Edy. Beberapa tahun lalu, Juna bersama kelompok yang lain. Yang menjadi pegangan mereka saat ini adalah, man jadda wajada.

"Aku pesan pada kalian, kawan. Percaya diri! Yakinlah pada kemampuan kalian. Meski kita kecil, meski kita baru, tetapi dengan semangat, pasti kita bisa!" Ujar Juna pada para kru dan pemainnya.

Beberapa hari setelah gladi resik, cerita yang disutradarai Juna menjadi buah bibir di seluruh penjuru pesantren. Semua santri putera dan puteri membicarakannya. Bertanya-tanya, cerita apa yang dibawakannya. Semua menanti-nanti malam panggung gembira itu.

Dan malam yang ditunggu-tunggu itu pun datang. Panggung utama begitu megah, background bersetting khas padang pasir dan paduan pesantren. Lampu-lampu kelap-kelip mewarnai pesantren ini. Merah, kuning, hijau, biru, berbagai warna menjadi satu.

Cipto membacakan narasinya, para pemain menaiki panggung dengan kostum yang berbeda, lampu panggung pun mulai dinyalakan. Ketika peran dimainkan dengan sempurna, semua mata terbelalak tertuju ke arah panggung. Haru-biru, tawa-tangis, benci-cinta, menyatu.

"Siapa yang nulis cerita ini, dahsyat banget?" tanya ustad Andi kepada ustad yang lain.

"Cipto, Tad. Sutradaranya Juna dan produsernya Edy!"

"Mereka hebat, bukan? Rupanya kita telah meremehkan kemampuan mereka. Mereka telah membuktikannya dengan sepenuh hati. Saya jadi teringat sebuah pepatah, man taanna naala ma tamanna, siapa yang berangan-angan ia pasti akan mendapatkan apa yang diangan-angankannya, tentunya selama ia mau berusaha untuk mewujudkannya!"

Cipto, Juna, dan Edy sekarang jadi buah bibir yang menggemparkan pesantren. Cipto telah berhasil menjadi Emha Ainun Nadjib. Juna telah berhasil menjadi Hanung dan Edy juga berhasil menjadi Dedi Mizwar.

Maka bermimpilah kalian wahai kawan!

The End....

3 SAHABATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang