PROLOG (Frenzy)

754 27 0
                                    

Disclaimer : Tokoh milik Masashi Kishimoto, tapi karakter saya yang menistakan mereka (gomenasai, bungkuk-bungkuk)

Rate : di deskripsi memang bukan dewasa, tapi saya sangat tidak menyarankan di bawah usia 15. Memang tidak ada adegan seksual ataupun gore. Tapi segala macam sumpah serapah dan tindakan hina-dina sangat tidak layak dibaca anak dibawah umur. Oke?

Silahkan membaca!

-=-


"Berapa usiamu?" seorang pria pemilik toko bertubuh tambun mengintrogasi seorang pemuda yang hendak membeli minuman dengan rate 20+. Ini pelanggaran, dia tidak akan membiarkan bocah ingusan itu melakukannya.

"Aku sudah 20 tahun, sungguh." Dusta, dia bahkan belum lulus SMA. Dan pria dewasa tidak akan merengek hanya karena 2 botol minuman.

"Wajahmu terlihat masih ingusan. Tunjukkan kartu identitasmu!" Dia salah kalau berpikir bisa membodohi pria paruh baya itu.

"Ah, paman! Kenapa kau melakukan ini padaku? Aku ini pembeli dan kau penjual, yang penting-kan aku membayar apa yang aku bawa. Tapi kenapa kau harus begini?" Dia tetap bersikeras.

"Hey, bocah! Kalau sampai aku ketahuan telah menjual minuman itu pada bocah ingusan sepertimu oleh dinas social bisa-bisa usahaku ini di tutup." Pria itu tidak peduli bocah itu mau menenggak beer atau oplosan, dia hanya peduli pada usahanya.

"Itu-kan kalau ketahuan. Aku jamin tidak akan ketahuan." Iya, tidak ada petugas dinas social disana bagaimana mungkin bisa ketahuan, pikirnya.

"Aah, tidak tidak! Aku tidak akan menjualnya padamu, cepat kembalikan itu!" Pria itu tetap menolak kompromi. Dia meletakkan tangannya di dua sisi pinggangnya, menunjukkan bahwa dialah yang berkuasa.

"Yaah, paman ini!" Mendengus kesal remaja berambut merah itu akhirnya mendekati sang pemilik toko di meja kasir. Dia mendekat seraya mengamati sekitar -sepi, sebuah ide terlintas di otaknya, kemudian ia merogoh saku celananya sambil tetap mendekat, dan dengan secepat kilat ia meletakkan selembar uang di atas meja kasir, menyambar sekotak kondom lalu melesat secepatnya ke arah pintu. "Aku membelinya Paman!" dia berteriak saat mencapai pintu. Tanpa aba-aba dia menarik gadis berambut pink yang menunggunya di depan pintu. Meski terkejut gadis itu tetap ikut lari.

"Hey, bocah! Kembali kau!" Pria paruh baya berkepala plontos itu keluar dari meja kasir, berusaha mengejar berandalan yang baru saja mencuri 2 botol beer dari tokonya. Ah, bukan mencuri sebenarnya, bocah itu membayarnya, tapi atas nama aturan dia ingin menangkap bocah kurang ajar itu.

"Sasori-kun, kenapa kita lari?" Gadis itu masih belum mengerti kenapa mereka harus kabur.

"Paman itu cerewet sekali. Dia tidak mengijinkanku membeli ini." Dia mengerling ke dua botol yang ada di dekapannya.

"Hey, kalian! Berhenti!" Si pemilik toko masih mengejar mereka, meski nafasnya sudah putus-putus.

"Ah, geez! Paman itu gigih sekali" Sasori mengumpat, tidak menyangka pria tua itu akan terus mengejar. "Ayo lari lebih cepat, Sakura." Dia menarik gadis itu lebih kuat, berlari lebih kencang hingga tak terkejar, bermanuver di sebuah gang.

BUGH! !

Dua orang terpental berlawanan arah saat tubuh mereka bertubrukan dengan keras.

"Arghh!!" pemuda berambut merah itu meringis saat melihat lecet di telapak tangannya. Sementara pemuda yang baru ditabraknya sudah berdiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor dan meliriknya sebal.

"Sasori-kun, kau baik-baik saja?" Sakura berusaha membantu Sasori untuk bangkit, dan gadis itu sedikit terkejut melihat siapa yang baru ditabrak teman prianya itu. "Oh, Uciha-san!". Gadis itupun reflex menyembunyikan 2 botol yang tergeletak di tanah -Sasori menjatuhkannya saat bertabrakan tadi- di balik tubuhnya saat mata hijaunya melihat si Uciha sedang mengerling benda itu.

"Untuk apa kau menyembunyikannya?!" Sasori merebut botol minuman yang berusaha disembunyikan Sakura. Dengan angkuh ia menunjukkan benda itu di depan muka pemuda Uciha itu seraya berkata. "Kami mau berpesta. Kau mau ikut?" dia tidak benar-benar mengundangnya. Dia hanya ingin menunjukkan bahwa dia tidak peduli dengan pemuda beriris gelap yang menatapnya mencemooh.

"Kau tahu akibatnya jika kau ketahuan minum minuman beralkohol oleh sekolah?" dia hanya bertanya retoris, dia tidak butuh jawaban. "kau bisa saja dikeluarkan." Ucapnya memperingati.

"Kami tidak akan ketahuan." tantang Sasori. "Kecuali seseorang melaporkannya." 'dan orang itu pasti kau' Sasori menambahkan dalam hati. "Ayo pergi, Sakura" sebelum beranjak, dengan mata sendunya pemuda itu memberi tatapan tajam yang seolah berkata 'jangan coba-coba melapor atau kau tahu akibatnya'.

"Jangan laporkan kami" Sakura sedikit memohon -hanya sedikit, dia tersenyum pada teman sebangkunya itu kemudian mengekor Sasori yang sudah pergi lebih dulu.

Jujur, sebenarnya si bungsu Uciha itu tidak terlalu peduli pada mereka. Dia juga tidak tahu kenapa tadi dia mau repot menegur mereka. Bisa saja dia langsung pergi tanpa mengindahkan mereka. Apa karena mereka teman sekelasnya? Sepertinya bukan, dia bahkan hampir tidak pernah bertegur sapa dengan Akasuna Sasori. Apa karena Haruno Sakura duduk sebangku dengannya? Rasanya juga bukan, mereka bahkan tidak pernah memanggil nama masing-masing -hanya marganya. Mereka memang berada di kelas yang sama selama tiga tahun, tapi sebagaimana orang yang memiliki dunia yang berbeda, mereka asing di dunia mereka masing-masing. Dan untuk apa yang dilakukannya barusan, Uciha Sasuke juga tidak ingin repot memikirkannya.

"Kalian benar-benar akan berpesta rupanya." Sasuke bergumam pada dirinya sendiri saat melihat kotak kecil berwarna merah ,dengan gambar seorang pria dan wanita berpelukan, tergeletak di tanah yang dia sadari sebagai milik Sasori. Dia menendang benda itu hingga masuk ke selokan. Kenapa dia mau melakukan itu? Kali ini dia juga tidak mau repot memikirkannya. Dia hanya melakukannya saja. Dia kembali berjalan berlawanan arah dengan dua orang tadi. Mereka memiliki 'jalan' yang berbeda dengannya. Jalan masing-masing.

-=-

terima kasih sudah membaca. :)

Next chap sabar dulu ya?


OVERSTAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang