Dua Pasang Mata

41 1 0
                                    

Acara dipanti asuhan berjalan lancar. Selain berbagai makanan dan kue, bahkan ada badut yang sengaja diundang untuk menghibur. Anak-anak tampak senang.

Sesekali aku melihat dia. Donatur muda yang juga pembisnis sukses. Dika. Dia duduk melatar bersama anak-anak. Sebagai eksekutif muda yang sukses dia terlihat sangat sederhana. Bayangkan saja dia hanya memakai jeans dan kaos biasa. Aku hampir mengiranya pengamen. Meski wajahnya sama sekali tidak mungkin.

Tiba-tiba dia pergi. Dan kembali dengan membawa gitar. Lalu mengajak anak-anak berkumpul membuat lingkaran.

Jreeengg..
Satu petikan membuat semua diam.
Kemudian melodi indah itu melantun. Aku tidak tahu lagu apa itu. Tapi akustiknya saja sudah sangat menyentuh

Understand the things I say
( Pahami kata-kataku)
Don't turn away from me
(Jangan berpaling dariku)
Cause I spent half my life out there
(Karna tlah kuhabiskan separuh hidupku di luar sana)
You wouldn't disagree
(Jangan kau sanggah)

Suaranya sangat merdu. Setiap kata yang terucap begitu bermakna. Bahkan anak - anak yang bahkan tak mengertipun menghayatinya.

Do you see me, do you see
(Apa kau lihat aku, apa kau lihat aku)
Do you like me, do you like me standing there
( Apa kau suka, apa kau suka aku berdiri di sana)
Do you notice, do you know
(Apa kau perhatikan, apa kau tahu)
Do you see me, do you see me
(Apa kau lihat aku, apa kau lihat aku)
Does anyone care
(Apa ada orang yang peduli)

Unhappiness, where's when I was young
(Kepedihan, yang kurasa saat aku muda)
And we didn¹t give a damn
(Dan kita tak peduli)
'Cause we were raised
(Karena kita dibesarkan)
To see life as a fun and take it if we can
(Untuk memandang hidup sebagai sebuah kesenangan dan menikmatinya jika bisa)

My mother, my mother she hold me
(Ibuku, ibuku dia mendekapku)
Did she hold me, when I was out there
(Apa dia mendekapku, waktu aku di luar sana)
My father, my father, he liked me
(Ayahku, ayahku, dia menyukaiku)
Oh he liked me, does anyone care
(Oh dia menyukaiku, apa ada yang peduli)

Understand what I've become
(Pahami apa jadinya aku)
It wasn't my design
(Ini bukan keinginanku)
And people everywhere think
(Dan orang-orang menganggap)
Something better than I am
(Sesuatu lebih baik dari pada ku)

But I miss you, I miss
(Namun aku merindukanmu, aku rindu)
'Cause I liked it, I liked it
(Karena aku menyukainya, aku menyukainya)
When I was out there
(Saat aku di luar sana)
Do you know this, d'you know
(Apa kau tahu ini, apa kau tahu)

You did not find me, you did not find
(Kau tak menemukanku, kau tak menemukan)
Does anyone care
(Apakah ada yang peduli

Does anyone care
(Apakah ada yang peduli)

Ode to my family - The cranberries

Lagu berlirik bahasa asing ini tidak dimengerti anak-anak. Tapi makna dan pesannya begitu sampai dihati mereka. Separuh menyayat hati dan separuh merindu.

Kuperhatikan caranya memetik gitar. Menghayati setiap nada dan suara indahnya. Bagaimana mungkin rasanya seperti suara itu sampai kehatiku.

Tanpa sadar aku terus memperhatikannya. Matanya masih terpejam melantunkan lirik terakhir. Dan ketika matanya terbuka...

Kami bertatapan. Sorot tajam yang lembut. Menerobos masuk membuat jantungku menggema. Apa ini??? Sepertinya ada yang salah dengan jantungku.
***
" Kak ara.. " suara mungil itu berasal dari gadis kecil bernama sinar. Dia duduk dikursi roda dengan jarum infus menancap tangannya.
" Sinar, bukannya kamu masih dirumah sakit? " wajahnya pucat dengan tudung ciput biru dikepalanya. Pakaian rumah sakit masih ia pakai.
" Kemo-nya udah kemarin. " dia tersenyum. Bibirnya sangat kering tapi senyumnya tetap cantik.
" Dia memaksa ke panti setelah mendengar kak Ara datang. " kata suster yang mendampinginya.

" Sinar.." ak melipat tangan memandangnya. Dia tertunduk sedih. Aku hanya takut kondisinya makin parah.

Dia terkena kangker otak stadiun akhir. Berbagai pengobatan dan kemo dilakukan. Tapi sejauh jni tidak banyak perubahan. Umurnya baru 6 tahun tapi dokter sudah memvonisnya hidup hanya dalam 6 bulan lagi. Ini tidak adil kan.

" Baiklah. Bagaimana kalau sekarang kita ke pohon harapan. " usulku semangat. Semua juga senang. Dan bersorak begitupun Sinar.

Kami mulai menulis harapan pada kertas persegi warna-warni. Lalu menggantunkannya pada tangkai pohon yang berisi puluhan kertas lainnya. Itu adalah harapan yang ditulis tiap bulannya oleh anak-anak.

------
Handikan Pov

Awalnya dia memarahiku begitu saja. Kemudian wajah salah tingkah malunya sangat imut.
Dia tidak sangat cantik tapi dia manis. Namun ada sesuatu yang menbuatku merasa getaran dalam hati. Aku tidak mengerti mengapa hatiku seolah bergumam tentangnya dipertemuan pertama kami.

Saat mata kami beradu. Serasa ada sengatan yang aneh. Mungkin aku berlebihan tapi itah yang kurasakan.

Dia berbeda. Begitu menyukai dan dekat dengan anak-anak. Lembut, penuh kasih sayang dan ceria. Tawanya lepas dengan gerakan lincahnya berlari ketika bermain dengan anak panti. Di zaman sekarang, diantara banyak gadis yang suka shopping, spa, travel, dan menghabiskan waktu bersenang-senang. Masih ada gadis muda cantik yang lebih suka berada di panti dengan anak-anak. Dia sungguh berbeda. Dan apakah aku mulai menyukainya... ?

" Kakak suka kak Ara ya? " suara polos itu Dani. Anak kecil ini sepertinya tahu isi pikiranku. Ataukah memang sangat terlihat.

" Kalau iya kenapa ?" Tanyaku menggoda.
" Kalau gitu kakak harus janji untuk bahagiain kak Ara. Selamanya..! " dia mengulurkan kelingkingnya.
" Baik. Kakak janji akan bahagiain kak Ara. " kataku mantap.
Dia tersenyum senang lalu berlari pada Ara. Dia membisikan sesuatu. Kemudian Ara melihatku dengan ekspresi tak percayanya.

Mutiara Intan. . . Aku akan membahagiakanmu. Membuatmu jadi wanita paling bahagia. Karena ketulusanmu, mampu membuatku pertama kalinya 'jatuh cinta'.

HAMPA : Harapan yang terpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang