Beberapa hari ini kami sibuk dengan urusan masing-masing. Rani sibuk dengan pacar barunya. Dan Putra sibuk dengan ibunya yang setiap hari minta diantar tamasya.
Aku pun begitu. Semakin sibuk dengan skripsi kuliahku. Kami jadi jarang bertemu.
Aku memang bersahabat dengan Rani maupun Putra. Tapi sebenarnya mereka tidaklah dekat. Kami hanya pernah makan bersama sekali.Semua barang sudah rapi di tas jinjing besarku.
" Kamu beneran gak mau temenin aku, Ran?" Wajahku dibuat semelas mungkin.
" Maaf Ra, sebenernya aku pengen. Tapi udah terlanjur buat janji sama Adit. " kata Rani menyesal.
" Ya udah lah. "
" Jangan marah..." Rani terus memegangi tanganku. Wajahku masih kesal. Lalu aku tersenyum.
" Oke, Asal traktir dikantin sepuasnya. "
" Emang paling bisa kalau ambil kesempatan. Oke deh siap. Tapi jangan jebolin kantong gue ya " dia memanyunkan bibirnya.
Aku tertawa disusul Rani.
" Udah malem tidur yuk. "
***" Kamu udah mau pergi ? " tanya Rani yang baru bangun tidur. Ini memang masih jam 5 pagi. Weekend begini, minimal dia bangun jam 8.
" Iya. " aku masih merapikan diri didepan cermin. Tersenyum penuh percaya diri. Cantik. Setidaknya aku masih PD saat didepan cermin besar yang sengaja kupasang dikamar." Salam ya buat ibu panti. "
" Okeh. Aku berangkat ya Ran. "Hari ini aku akan pergi ke Panti asuhan Laskar Kasih. Setiap minggu aku memang selalu mengunjunginya.
Bukan. Aku bukan anak panti. Tapi mamaku lah yang besar dipanti dulu. Tapi dia selalu berpesan jika aku harus selalu berbagi kasih. Dan karena wanita yang paling kucinta berasal dari sana, aku pun merasa jika aku bagian dari mereka.
***
Kakiku menginjak rerumputan hijau. Bau bunga lilly ditambah udara segar pagi hari menyambutku. Disampingku ada plang bertuliskan " Panti asuhan Laskan Asih " ." Kamu sudah sampai? " suara lembut itu sangat kukenal. Wanita paruh baya dengan senyum cantiknya. Asih. Pengurus panti ini. Semua orang memanggilnya 'Bunda'.
Aku tersenyum. " Iya. Tadi macet jadi agak telat. "
" Apanya yang telat, ini masih jam 7. Acaranya jam 8 sayang. "
" Kan aku ratunya telat,.bun. jadi berangkat lebih pagi " Bunda menganguk " Memang sih" kami tertawa bersama." Ini sumbangan dari kampus kamu? " tanyanya membantu membawa kardus dan tas besar yang kubawa. Seminggu ini aku mengajak teman kampus untuk berpartisipasi menyumbangkan pakaian dan mainan yang tidak digunakan tapi masih layak.
" Lumayan yang berpartisipasinya Bun."
" Pasti kamu bekerja keras mengumpulkan ini. " sorot mata penuh kasih itu menatapku.
" Engga. Aku cukup mengancam mereka akan kuadukan pada dosen sering meminta orang lain mengerjakan tugas mereka. " aku tertawa. Bunda memandangku dengan senyumnya. Apakah candaku dianggap seriua ya? Hehehe" Donatur itu jadi datang bun? " Bunda menggangguk. Kami sibuk merapikan karpet untuk acara amal hari ini.
" Jadi, kemarin dia juga dateng. Ternyata dia masih muda dan tampan. Pengusaha muda. "
Tumben sekali. Biasanya donatur tetap atau yang suka mengadakan acara di panti adalah ibu-ibu saja. Dan kadang bersama suaminya. Ini donatur tetap dan dia seorang pria muda. Aku penasaran.
***" kak Araaaaa!! " beberapa anak berlari kearahku dan langsung memelukku.
" Aku kangen. kenapa minggu lalu ga dateng? " kata seorang anak perempuan. Santi namanya. Dia berumur 8 tahun.
" Kakak lagi banyak tugas dikampus. Maaf ya. " tanganku mengusap rambutnya. Dia tersenyum" Aku juga kangen.."
" Aku lebih kangen ... "
" Aku yang paling kangen.."
" Aku.. aku.. aku!! " mereka terus berahutan. Aku senang melihat keceriaan mereka.
Kami bersama-sama menyiapkan semua.Karpet siap, meja siap, beberapa orang datang. Dengan seragam batiknya. Pasti dari ketering. Mereka menata makanan dimeja. Konsepnya seperti rasmanan. Jadi anak-anak bebas memilih menunya dan makan sepuasnya. Baik bangen nih donatur.
Aku berkeliling sejenak. Panti ini ada di puncak. Pemandangan bukit dan pepohonan menyejukan mata. Dan udaranya... hmm jangan ditanya. Ingin rasanya kesini setiap hari.
saat aku kembali mengecek semuanya. Ada seorang laki-laki memakai jeans dan kaos biru dan sepatu kets, sedang membuka tutup saji lalu mengambil makanan dari tiap wadahnya.
Keterlaluan. Itukan untuk anak panti. Dan acara belum dimulai. Dia tidak sopan sekali memakannya lebih dulu.
Dengan rasa kesal aku berjalan menghampirinya.
" Hey, pria bodoh apa yang sedang kau lakukan?" Aku berkecak pinggang dihadapannya.
Dia malah celingukan. Dikira aku bicara dengan orang lain.
" Kamu! " telunjukku menuding tajam padanya. Dia melihatku bingung.
Telunjukku beralih pada piringnya. " ini. Apa yang kamu lakukan. Dasar tidak punya sopan santun." Tanganku menarik, mengambil piring ditangannya. Menjengkelkan. Dia bahkan tak menjawabku.Dia tersenyum. Aku memperhatikan wajahnya... astaga!!!
Dia sangat tampan. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dengan senyum luar biasa. Rahangnya yang membuat wajahnya sangat manly tapi senyumnya membuat parasnya begitu manis. Tubuhnya tinggi tegap. Dan yang paling indah adalah matanya. Mata biru langitnya. sungguh mempesona.Ah tidak. Fokus Ara! Kau harus memperingatkannya! Yang dilakukannya itu sangat tidak sopan.
" Kamu gak sopan !" Kataku kesal..meletakan piring itu diatas meja.
" Apa? Kenapa? " tanyanya dengan wajah polos. Ya ampun aku tidak boleh terpesona.
" Kamu mengambil makanan sebelum waktunya. Ini untuk anak panti. " terangku emosi. Sepertinya dia mulai mengerti. Lalu dia tertawa kecil.
" Oh karena itu kamu marah. "
" Karena itu?? " kuulang pernyataannya." Iya!! Karena itu tidak sopan. "
" Tapi.. "
" Tapi apa! Apa pembelaanmu?!! Sudahlah. dasar psikopat jelek Kepergok masih alesan! Lagipula siapa kamu. Untuk apa disini? "serangku bertubi. dia membuka mulut.
" Aaah sudah itu tidak penting. Pergilah sebelun donatur panti datang. Mungkin dia akan marah dengan yang kau lakukan. !" Sambungku. Dia hanya tersenyum memperhatikanku yang tengah memarahinya. Dasar orang aneh. Dimarahi malah seneng." Ara, ada apa ? Suara kamu sampai ke dalam panti. " suara 8 oktafku memang akan muncul saat 2 hal. Memarahi laki-laki atau ketika jadi danton (pemberi intruksi dalam pasukan).
" Dia mau makan makanan ini sekarang. Kan acaranya belum mulai. ENGGAK SOPAN !" Tatapku tajam pada pria yang belum melepas senyum manisnya itu.
Bunda melihatnya lalu tersenyum.
" Nak, maafkan Ara ya.."
Lho..lho...lhooo kenapa aku???
aku menatap bunda bingung." Dia donatur yang Bunda ceritakan." Katanya berbisik ditelingaku. STAK. Aku mati kutu. betapa bodohnya aku. Harusnya aku bertanya dulu. Pasti dia akan marah.
Aku meliriknya dan langsung menunduk. Tidak sanggup melihatnya. Aku malu.
" Ma..maaf pak. " aku masih menunduk.
" Tidak apa-apa. Saya tadi ingin mencoba makanannya. Khawatir ada yang terlalu pedas atau asin. Saya ingin semua sempurna untuk anak-anak" tuturnya.
Bodoh. Dasar Bodoh kamu Ara . harusnya dengarkan dia dulu. Bagaimana jika dia marah dan berhenti menjadi donatur panti. Aaaah Ara bodoh.
Aku terus merutuki diriku."Tidak usah malu. Jika saya jadi kamu juga akan melalukan hal sama." Kepalaku masih lemas untuk melihatnya.
Bunda pergi menambah kecanggunganku." Siapa namamu? "
" Mu.. Mutiara intan. "
" Oh jadi kamu yang sering anak-anak ceritakan. Mereka semangat sekali jika membahas 'kak Ara ini.. kak Ara itu...' aku Handika pratama. Panggil saja Dika. Dan jangan pakai 'pak' ".dia tertawa kecil.
Aku masih diam. Entah apa yang harus kukatakan." Kamu lucu juga kalau sedang malu. " dia terkekeh. Pipiku pasti merah sekarang.
Itulah perkenalanku dengan pria tampan ini. Sepertinya dia baik dan ramah. Sebagai donatur tetap dia masih sangat muda. Dan.... TAMPAN.
Astaga. Aku harus menghentikan kerja hormon otak dan hatiku. Aku baru saja mempermalukan diriku tadi.
