3 tahun kemudian ...
Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi, tetapi pemilik kamar bernuansa pink itu belum juga terlihat. Lampu di kamar itu masih redup, menandakan pemiliknya masih berpetualang di dunia mimpi.
Seorang wanita paruh baya tampak berlari kecil kearah kamar itu. Suaranya yang lantang terdengar hampir ke seluruh penjuru rumah."DEEEEKK!! KAMU MAU SEKOLAH APA NGGA? CEPET BANGUN!"
Tak ada balasan...
"DEEEEKKK!! KAMU KE SEKOLAH NAIK OJEK AJA YA!"
Pintu kamar itu terbuka tiba-tiba, pemilik kamar itu berlari kearah kamar mandi yang terletak di sebelah kamarnya, kurang dari 10 menit, gadis itu telah siap dengan seragam SMP yang telah 2 tahun menemaninya.
"Ngapain buru-buru sih ma? Ini baru jam setengah 7. Kan aku masuk satu jam lagi", protes gadis itu.
"Pak Inu absen hari ini. Katanya sih sakit. Jadi kamu ke sekolah sama ko Abram. Liat tuh dia udah nungguin kamu daritadi"
"Ko Abram udah sarapan?"
"Udah.. cepetan makan roti kamu. Hari ini dia ada acara di kampus jadi harus berangkat pagian.. ka–"
"MAAAAA! RHEA BERANGKAT DULU YAAA!
"DEEEEKKKK! MAMA BELUM SELESAI NGOMONG! GAK SOPAN KAMU!"
Gadis itu menyambar roti isi nutella yang ada di meja, lalu berlari menyusul kakaknya yang sudah menunggu di dalam mobil.
"Cieee yang udah kelas 9, bentar lagi adek kesayangan koko udah ganti kostum putih abu-abu aja", kata ko Abram sambil tertawa.
"Yeeee orang masih setahun lagi, masih lama.." ujar Rhea sambil melahap rotinya
"Dek, koko jadi kangen masa SMA nih", ko Abram bernostalgia.
"Emang apa istimewanya jadi anak SMA sih? Lagian bukannya koko udah enak bakal jadi calon dokter?"
Ko Abram tertawa melihat pertanyaan polos yg diucapkan adiknya.
"Nanti koko ceritain deh. Tuh udah nyampe sekolah. Belajar yang bener ya.. Jangan pacaran mulu!"
"Enak ajaa! Koko tuh yang pacaran mulu sama ci Imel! Yaudah bye.." ujar Rhea sambil melambaikan tangannya.
Suasana sekolah masih sepi. Hanya terdengar kicauan burung dan hembusan angin pagi yang sejuk. Rhea memasuki lorong gedung A dan mencari letak kelas barunya.
Namun setelah menyusuri gedung A yang terdiri dari 4 lantai itu, Rhea belum menemukan kelasnya.
Kakinya sudah mulai pegal ditambah perutnya yang meronta-ronta karena lapar."Haduh! Kelas gue dimana sih?!" Ujar Rhea geram.
"Lu kelas berapa emangnya?" Sebuah suara berat membalasnya.
Rhea menoleh ke belakang dan mendapati seorang anak laki-laki berseragam SMP dengan headset melingkar di lehernya.
"Lu tau kelas 9A dimana?" ujar Rhea perlahan.
Anak laki-laki itu tertawa, Rhea menatapnya bingung.
" Lu nyari kelas lu di gedung A sampe Monas pindah ke Singapura juga gak bakal ketemu. Sini ikut gue.." Laki-laki itu berjalan menyusuri tangga, Rhea berjalan mengikutinya."Emang kelas gue ada dimana?" tanya Rhea.
"Noh, di gedung B, lantai 2, sebelah laboratorium biologi", anak itu menunjuk gedung yang berada di seberang gedung A.
"Oke. Thanks ya", Rhea berjalan menuju kelasnya. Namun anak itu tetap saja mengikutinya."Gue bisa sendiri ke kelas kok, lu balik ke kelas lu aja, udah mau bel nih. nanti lu telat kalo nganterin gue. Sekali lagi thanks ya"
Rhea berjalan memasuki lorong. Namun anak itu tetap mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
intro(vert)
DiversosKau bisa menolak setiap cinta yang datang. Tapi cinta sejati tahu kemana dia harus pulang. Garis takdir yang akan kembali mempertemukan. diiringi sang waktu yang terus berputar. Cinta menuntut logika. tapi lebih menuntut untuk dirasakan dan kau akui...