Part 13

3.2K 158 1
                                    

"There's no way to fake it. Tell me something i don't know"
-Selena Gomez-

* * *

Aku duduk disofa sambil menonton acara televisi yang kebanyakan membosankan saat akhir pekan.
Bumi sedang membereskan sisa makanan kami dan lagi lagi dia tidak membolehkanku membantunya sedikitpun.

Bumi kembali dengan kemeja yang digulung sampai siku dan dua kancing atasnya yang dibiarkan terbuka.
Aku nyaris meneteskan air liurku jika aku tak mengalihkan padanganku segera.

"Apa aku boleh menginap disini? Ini sudah larut malam"
Ucapnya mengambil duduk disebelahku.

"Hah?" Aku menatapnya kaget.

"Kamu mendengarku, asfa"

"Ya, aku tahu-maksutku kau gila atau apa ?! Menginap ditempat dengan seorang wanita lajang" aku menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Tidak tidak tidak"

"Oh ayolah fa. Kamu tega membiarkanku pulang malam bagini? Lagian aku takut keparkiran jam segini"

"Alasan" jawabku ketus.

"Aku serius. Aku tidur disofa deh"

"Jelas. Kamarnya kan cuma satu"

"Ya mungkin saja kamu menawarkan yang lebih baik daripada tidur disofa"

"Dalam mimpimu, sir"

Aku mendengar kekehannya.
Aku memutar bola mataku.

"Asfa, kamu tau aku benci saat kamu memutar bola matamu padaku tapi kenapa kau masih melakukannya?"

"Karena kurasa tepat"

"Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya lagi saat kamu jadi milikku"

"Aku tidak takut"

"Aku serius" ucapnya tegas.

"Aku juga serius" kataku tak kalah tegas.

"Selalu tidak mau kalah, huh?"

Aku akan memutar bola mataku kembali saat bumi menarik leherku. Menciumku dengan keras. Melumatnya dengan cepat. Aku melebarkan mataku. Aku berusaha menjauhkan kepalaku tapi dia malah menekannya. Aku memukul dadanya. Memberontak yang berakhir lemas. Ya, aku kalah. Selalu.
Aku merasa ciumannya melembut. Mengecup ringan bibirku sebelum memisahkannya. Meletakan dahinya pada dahiku.
Nafas kami masih berderu.
"Jangan. Jangan pernah memutar bola matamu kembali"

Aku memejamkan mataku.
Mengatur nafasku.
Membuka kembali saat hidungku bersentuhan dengan hidungnya.
Aku melihat matanya masih menggelap.

"Aku menginap dengan atau tanpa seijinmu"

Aku mengangguk samar.
Bumi tersenyum. Menarik kepalanya. Mengusap pipiku yang ku yakin merona.

"Kamu tau kenapa aku meninggalkanmu?" Tanyanya.
Aku menenggakkan punggungku.

Apakah ini waktunya? Batinku

Aku mengangguk tanpa sadar.
Menatap matanya yang berganti dengan kabut. Air mukanya sulit diartikan.
Dia bedehem sebentar.

"Kamu tau aku berasal dari keluarga yang tidak sempurna. Ayahku meninggal saat aku berumur dua tahun. Mamaku harus mengurus lima anaknya sendirian. Itu jumlah yang cukup besar untuk sebuah keluarga. Mama kelimpungan. Mendirikan usaha yang selalu berakhir gagal tapi dia tidak pernah menyerah dan itu yang membuatnya lupa dengan kami. Saat dia mendapatkan keberhasilannya kami tidak pernah kekurangan apapun. Sampai tiga kakakku pergi meninggalkan kami untuk kuliah diluar negri bahkan menikah disana. Ruang gerakku semakin longgar. Aku lupa dengan semuanya. Aku mulai mencoba apapun yang baru dan membahayakan.
Balapan liar. Tawuran. Alkohol. Narkoba. Bermain dengan para wanita diclub. Aku tidak peduli dengan mama dan adikku"
Bumi berhenti sejenak. Menatap langit apartemenku.

ComebackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang