Anna memakirkan mobilnya di sebuah bangunan sederhana. Seorang pria paruh baya terlihat sedang mengurus tanaman di pekarangan di samping klinik. Klinik itu tidak terlalu besar tapi cukup untuk menampung beberapa pasien. Dan dalam pengetahuan Anna cukup banyak meraup keuntungan tiap bulannya. Pasien di sini tidak pernah sepi, apalagi reputasi dr. Steve dan dr. Raymond, adik dr. Steve yang sudah bekerja untuk rumah sakit-rumah sakit besar di New York.
Klinik itu adalah klinik umum. Semua orang berpenyakit pergi ke sana. Demam, flu atau hanya sekadar pusing. Kalau penyakit itu memang serius, dr. Steve akan membuat rujukan ke rumah sakit yang lebih besar.
"Selamat sore Anna." Maria, staff pendaftaran itu menyapa Anna dan membungkuk ke arah dr. Steve yang langsung masuk ke ruangannya. Klinik itu hanya punya tujuh karyawan. Maria dan Simon yang selalu berdiri dibalik sebuah meja besar berwarna coklat sebagai bagian pendaftaran, Yuri, Bryn, Diandra dan Leon sebagai apoteker yang selalu bergumul dengan obat-obatan di balik ruangan kaca. Dan Dane sebagai petugas kebersihan. Anna sendiri tidak bisa dibilang menganggur karena ia pasti membantu Maria menangani pasien atau mendata kartu-kartu pasien.
Anna pergi ke dalam dan kembali dengan segelas air di tangannya lalu duduk di samping Maria. Satu pasien sudah masuk ke ruang periksa dan tiga orang pasien datang lagi. Maria sibuk dengan komputernya dan Anna mulai mengupdate data pasien.
"Anna." Maria menoleh tapi Anna masih sibuk dengan berlembar-lembar kertas dan pulpennya. Ia hanya berdehem.
"Heeii..." Maria kali ini menjauhkan jari-jarinya dari papan ketik dan menatap Anna yang belum juga menoleh.
"Aku dengar anak dr. Steve akan praktik di sini?"
Anna hanya mengangguk, sama sekali tidak tertarik dengan topik yang dibuka temannya. "Apa kau pernah bertemu dengannya?" Anna menggeleng. Masih belum menatap lawan bicaranya. "Apa kau tidak penasaran? Kau pasti akan sering bertemu dengannya."
"Karena itulah, untuk apa aku penasaran. Toh nanti aku akan bertemu dengannya. Lagipula, dr. Steve menyuruhku untuk menjadi asistennya." Anna melepas bolpoinnya dan kali ini menatap Maria dengan salah satu alis terangkat.
"Kau serius?" Ia mengangguk dan menyeruput air di gelasnya. Pasien datang lagi dan menyela pembicaraan mereka. Maria mengecek nama pasien lalu memberikannya nomor urut.
"Lalu bagaimana dengan dr. Steve. Bukankah dia juga membutuhkanmu?"
"dr. Steve menyuruhku bekerja untuk anaknya. Dia berfikir dia tidak terlalu membutuhkanku."
"Iisshh, bagaimana mungkin dia bisa bilang seperti itu. Bukankah semua-muanya kau yang mengatur. Aku tidak yakin dia bisa benar-benar melepasmu."
"Sudahlah, aku tidak peduli. Yang penting aku masih bisa bekerja. Aku tidak tau apa jadinya kalau dr. Steve memecatku. Bekerja untuk anaknya aku pikir sudah beruntung."
"Aahh yaa, semoga beruntung kalau begitu. Apa kau pernah membayangkan kira-kira bagaimana wajah anak dr. Steve. Apa matanya bulat seperti ibunya dan senyumnya menawan seperti dr. Steve."
Maria menarik garis bibirnya dan memandang ke langit-langit klinik. "Apa yang kau pikirkan?" Anna memukul kepala Maria dengan gulungan kertas dan membuat gadis itu terkikik.
Semakin malam, klinik semakin ramai dan Anna baru saja membeli makanan untuk makan malam. Ia menaruh sup ke dalam mangkuk dan masuk ke ruang periksa dr. Steve.
"Aku membelikanmu sup, udara di luar sangat dingin."
"Terima kasih Anna." dr. Steve mendekatkan mangkuk itu dan menghirup aromanya yang menggoda.
"Masih ada empat pasien di luar. Kau bisa pulang satu jam lagi. dr. Raymond sudah ada di ruangannya. Selamat malam." Anna siap keluar sebelum akhirnya dr. Steve memanggilnya kembali. "Oia Ann, besok kau bisa menjemput anakku di bandara."

KAMU SEDANG MEMBACA
Covenant Of Marriage
Romance(Pindah ke Dreame) Anna hanya punya Ibunya didunia ini dan bekerja sebagai seorang Asisten pribadi dokter adalah pekerjaan terbaik yang bisa ia dapat selepas drop out dari Columbia University. Tapi pada kenyataannya, takdir membawanya pada Jul...