three

553 80 22
                                    

Jatuh cinta bisa saja kepada orang-orang yang tak terduga. Begitu pula denganku. Awalnya, aku memang merasa biasa saja jika berpas-pasan atau bertemu Louis, tapi tiba-tiba saja ada sesuatu yang merasuki dan membuat perasaan biasa saja itu berlanjut lebih dalam.

"Seharusnya gue gak boleh suka sama louis ya jey," ujarku perlahan disaat sesi curhat berlangsung. Akhir-akhir ini aku lebih dekat dengan teman sekelasku, Jessy. Benar saja, Niki berubah dan selalu menghindar ketika di dekatku. "Ada yang udah sayang sama louis lebih dulu dari gue."

"Gak ada yang bisa nyalahin perasaan. Rasa tuh muncul kapan aja, dimana aja. Jangan mau di bego-begoin sama perasaan takut lo sendiri." Jessy menatapku cemas, mungkin dalam hatinya begitu peduli padaku. Ia orang pertama yang bertanya soal hubungan dekatku dengan Niki.

Aku tidak tahu harus menjawab apa lagi. Yang dikatakan Jessy terlalu benar. Tak ada yang bisa disalahkan. Tetapi aku sendiripun merasa tidak menjadi teman yang baik, yan seharusnya mendukung, malah ikut menyukai.

"Dah yok kantin!" Jessy menarik tanganku keras dan terpaksa aku harus mengikutinya ke kantin.

***

Suasana kantin ramai. Aku tidak peduli berapa banyak orang-orang yang menabrakku. Jessy menarik tanganku dari depan dan membuatku tak bisa menolaknya untuk kemari. Jujur, aku sedang tidak ingin keluar kelas dan bertemu dengan louis yang akan semakin membuatku semakin frustasi.

"Jing rame banget. Lo cari tempat duduk aja gih, gue pesen makanan. Tenang lo gue traktir."

Otomatis aku mengedarkan pandangan dan mencari tempat duduk. Lututku melemas ketika melihat seseorang persis di hadapanku, Louis.

Aku membuang pandangan dan segera pergi darinya. Sempat aku melihat matanya dan bibir indahnya itu, tetapi aku tak cukup kuat. Terlalu dekat. Malah semakin membuat jantungku terpompa.

Aku berjalan ke arah kursi kosong. Lalu duduk tanpa aba-aba. Mengedarkan pandangan sejenak, dan dipikiranku masih tebayang sosok wajah Louis yang begitu dekat. Ia tak lupa dengan Niall dan Harry yang seperti biasa bersama. Bayangan itu semakin nyata dan benar saja, mereka semakin mendekat dan duduk di meja kantin, tepat di sebelahku.

"Ehhh Ruby.." Sapa Niall sejenak lalu matanya melirik ke arah Louis yang terfokus pada makanannya.

"Masih doyan modus sama cewek yel? Inget lo udah punya cewek. Tau kok gue lo baru aja jadian. Mana pjnya?" Aku berdiri dan menghampiri Niall. Sesekali mataku memandang Louis dan itu secara diam-diam.

"Jangan diliatin mulu jir,"

"Danta lo ah, pjnya bantuin gue jadian aja yaa."

"Sip."

Aku kembali duduk dan sejenak mengeluarkan ponsel. Entah, aku bingung akan apa yang akan aku lakukan. Masalahnya, sekarang Louis berada hanya berjarak 3 meter dariku.

Meja kantin bergetar, dan itu pertanda Jessy sudah datang. Aku menegakkan kepalaku dan malah menemukan Niall dan Louis yang sedang menatapku intens.

"Noh," niall memulai. Aku melotot kasar pada Niall. Perbuatannya sangat gila.

"Paan." Louis membuka suara dan memandang Niall bingung. Aku mencoba untuk memasang wajah kebingungan juga untuk menutupinya dari Louis.

Niall tertawa keras, lalu kembali fokus kepadaku dan Louis. "Kaku banget sih lo pada najis." Aku hanya memutar bola mata. Karena sumpah, Niall tidak jelas dan akan membuat Louis semakin enggan untuk dekat denganku. "Bro, kan gue udah taken. Lo berdua masih jomblo. Kenapa gak saling intro aja?"

Aku menelan ludah mendengarnya. Sungguh Niall gila. Aku harus apa sekarang? Lalu mataku melirik Louis yang sama sekali tidak menggubris ucapan Niall malah semakin memakan makanannya dengan lahap.

"Mabok yel?" Ujarku sarkas.

"Sehatlah."

Kami semua diam. Tetapi tidak dengan suasana kantin. Jessy datang membawa senampan makanan. Beruntung Jessy datang. Ini membuat keadaan semakin lebih baik, karena jika aku terlalu lama di dekat Louis jantungku bisa bergerak terlalu cepat dari biasanya.

Jessy memberiku bagian makanan lalu duduk di sebelahku dengan cepat. Matanya memberika sebuah arti, kenapa ada Louis? Dan aku hanya mengarahkan dagu pada Niall yang sekarang sibuk makan.

"Sini Har, ngapa sendirian aje lo disana?" Tanya Jessy seketika. Kami yang ada di meja semua segera melirik ke arah Harry yang diam melamun di mejanya.

Harry ikut duduk di sebelah Niall. Sekaran kami berlima dengan Louis dihadapanku.

"Denger-denger lo jadian yel?" Jessy sangat pintar membuat topik dan syukurlah aku sangat beruntung mempunyai Jessy untuk berteman. "Sama siapa?"

"Lah lo gak tau? Sama anak kelas lo buset."

"Lo gak balikan kan by?"

"Najis gak lah!"

"Terus sama siapa yel. Gue gak tau."

Aku pribadipun tidak tahu dan tidak berminat untuk tahu. Jika memang aku tahu, sudah dari laa akan ku beritahu pada Jessy.

"Sama Niki peleh." Ujar Harry tiba-tiba.

Niki?

Artinya ia sudah tidak menyukai Louis?

Tapi mengapa ia masih begitu dendam mendengarku menyukai Louis?

Atau Niki jadian dengan Niall tetapi menyimpan perasaan pada Louis?

"ANJIR DEMIAPA YEL?!" Jessy berteriak dan rahangnya mengeras. Matanya membesar lalu melirikku. "Niki kan suk---"

"Jey, minum gue abis. Beliin lagi dong." Aku mengalihkan topik cepat-cepat. Niall tidak boleh sampai tahu.

"Iyee, pake duit gue dulu tar ganti."

"Gampanglah,"

Jessy pergi dan aku menghela nafas panjang. Sungguh aku bersyukur Jessy tidak sempat mengucapkannya karena akan berakibat fatal.

Louis, Niki, Niall?

nothing x louis t.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang