Pertemuan dalam Hujan

116 5 0
                                    

Pagi baru kini menyambutku dengan ramah. Namun sangat disayangkan suasananya tak seperti pagi-pagi sebelumnya. Langit yang biasanya biru cerah kini gelap berkelabu sehingga sang fajar tak dapat tertampak, angin yang sebelumnya bersemilir dengan tenang kini berhembus tanpa kendali, burung dan jago yang biasanya berkeliaran dengan bebas serta bersahut-sahutan kini lebih memilih diam untuk berhangat di dalam rumahnya. Bulir demi bulir air hujan merintik perlahan. Aku sungguh sedih kini pagiku harus tak secerah biasanya. Alasannya hanya karena di keluargaku tidak terdapat jas hujan apalagi payung. Sebenarnya ada, tetapi semuanya telah berlubang dan payungnya pun sudah tidak layak pakai. Mobil yang terparkir di garasi pun hanyalah mobil bobrok yang sama sekali belum terpakai namun sangat tidak terawat. Aku hanya mampu meminta bantuan kepada teman-temanku untuk berangkat ke sekolah bersama ketika pagi seperti ini menerpa.

Mungkin pagi ini adalah pagi kesialanku. Aku benar-benar lupa untuk meminta bantuan kepada teman-temanku. Aku mulai menyadarinya ketika aku telah selesai bersiap dan sudah benar-benar siap untuk berangkat sekolah.

"Mah, ayo berangkat!"Pintaku segera setelah aku benar-benar siap.

"Biasanya kamu meminta tolong temanmu buat berangkat sekolah bersama kalau hujan seperti ini, Nak?"

"Astaghfirullah! Aku lupa, Mah."Kejutku yang baru saja menyadari kelupaanku.

"Ya sudah minta tolong temanmu sekarang sebelum dia berangkat ke sekolah!"Saran mamahku.

"Baiklah, Mah. Aku akan segera menghubunginya."

Segera saja aku menghubungi semua teman-temanku yang sekiranya bersedia membantuku dengan kecepatan secepat kilat. Teman yang pertama aku hubungi adalah Rani karena dia yang sering aku mintakan pertolongan dan selalu bisa untuk aku.

"Ran, tolong ke rumahku sekarang! Aku sangat membutuhkan bantuanmu!"Pintaku.

"Aku baru saja sampai di sekolah, Dit. Sorry ya."

"Ya sudah, Ran. Terimakasih."

Aku segera menutup telepon.

"Wah gawat! Rani sudah ada di sekolah. Aku harus menghubungi siapa lagi?"

Setelah berfikir beberapa detik, aku akhirnya memilih mencoba menghubungi Nita.

"Nit, sekarang kamu ada di mana? Bisa ke rumahku sekarang? Aku benar-benar butuh bantuanmu."

"Aku sudah di kelas, Dit."

"Ya sudah terimakasih, Nit."

Aku segera kembali menutup telepon.

"Wah bagaimana ini? Rani dan Nita sudah berada di sekolah semua. Lalu aku harus minta tolong siapa lagi?"

Aku mencoba untuk terus berfikir. Kemudian aku mencoba untuk menghubungi Laras.

"Mohon maaf nomor yang anda hubungi sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi."

Hanya suara sang operator saja yang akhirnya menjawab panggilanku setelah cukup lama aku menunggu suara Laras di ujung sana menyambut panggilanku. Aku seketika lemas setelah aku mendapatkan jawaban tak terduga ini. Aku sudah kehabisan akal harus menghubungi siapa lagi untuk membantuku. Saat itu juga aku segera menghampiri mamahku kembali dengan langkah yang tak bertenaga sama sekali.

"Mah!"Seruku dengan nada yang sangat lemas.

"Iya, Nak bagaimana? Sudah ada temanmu yang bisa kamu mintakan bantuan?"

"Rani dan Nita sudah ada di sekolah, Mah. Kalau Laras aku coba hubungi tetapi tidak bisa. Harus bagaimana lagi ini, Mah? Aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi sekarang dan hujannya juga belum reda, Mah."Jelasku dengan benar-benar lemas.

MUKJIZAT TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang