It's so....

55 2 0
                                    

Aku sudah harus kembali siap menerima seribu tugas di hari ini.
"Naimaaaa....tungguuuuu!!!" teriak Syla dari kejauhan.
Aku hanya menoleh dan mengangguk kecil sembari menghentikan langkahku. Dengan nafas yang terengah-engah, Syla mendekatiku.

"Ada apa Syl?" tanyaku heran.

"Tau gak sih Maaa? Ibu Roro hari ini gak masuk..."

"Oh gitu... Terus kenapa?"

"Haduuuh Naimaaaa.. Kamu tuh ya, pinter tapi terlalu lurus.." katanya sambil mencubit pipiku dengan sedikit rasa kesal, mungkin.

"Pinter tapi terlalu lurus? Ah apaan sih kamu... Gak ngerti deh" jawabku yang benar-benar tak mengerti apa yang Syla maksud.

"Nih kalo Bu Roro gak masuk otomatis tugas gamesti hari ini dong kita kumpulin... Kebetulan aku juga belum beres yaaaa walaupun udah sampe Bab penutup sih... Tapi masih acak-acakan gitu Ma bahasanya... Kalo kamu gimana?" jelasnya.

"Kalau disuruh deadline nya hari ini mau ada Ibu Roro atau gak ada ya aku akan tetep kumpulinnya hari ini. Ya dikumpulin aja sih Syl, kenapa harus nunggu nanti. Kamu tanya gimana? Nih liat...." jawabku sambil mengangkat makalah yang baru saja ku jilid di koperasi sekolahku tepat didepan mata Syla.

"Haaah? Naima... Serius nih? Tapi temen-temen yang lain katanya pada belum... Kalau kumpulin sendiri aku takut dimusuhin sama temen-temen" Jawab Syla dengan galau.

"Serius.. Berjutarius deh Syl. Santai aja kali Syl... Kaya anak SD aja"

"Hm iyadeh.. Aku juga udah dijilid ko Ma makalahnya... Cuma ya mungkin ga sebagus dan selengkap punya kamu Ma"

"Mulai deh ah Syla so lebay so melow.. Udah yuk kita kumpulin makalahnya di meja Ibu Roro.."

"Iya nih aku ambil dulu di tas makalahnya. Abis itu kita ke ruang guru.."

"Iyaaa.. Cepet ntar keburu bel Syl"

Tap. Tap. Tap.
Aku dan Syla sudah meletakkan makalah kami berdua di meja Ibu Roro. Aku heran, meja ibu Roro kosong. Hanya ada makalah milikku dan Syla. "Apa teman-teman yang lain  lupa kalau hari ini deadlinenya" detikku dalam hati.
Ku lanjutkan langkah, kembali menuju kelasku bersama Syla.

Waw. Suasana kelas begitu dingin menyambut kedatanganku dan Syla.

"Tuh kan Ma...." bisik Syla.

"Udah santai aja..." jawabku pelan sembari melanjutkan langkahku ke tempat dudukku.

Kelas ini hening sekali. Entah kenapa. Mata-mata sinis ada di sekeliling kelas ini, dunia terasa sesak. Hal yang paling menyakitkan bagiku adalah ketika aku merasa asing ditengah orang-orang yang kukenal dan mengenaliku. Tapi, Allah tahu bahwa aku kuat. Aku tak boleh terlihat lemah.

"Naima.. Bener kan mereka musuhin kita..." bisik Syla.

"Oh ya gapapa deh Syl... Yang penting ga dimusuhin sama Allah..." jawabku lantang yang sontak saja membuat Syla spontan memukul pundakku.

Bagiku hidup itu harus membiasakan yang benar. Bukan membenarkan yang biasa. Iya kan?
Aku tak tau pasti kenapa mereka sepertinya begitu membenciku. Yang kutau aku berjalan dijalan yang benar. Apa karna kurangnya rasa solidaritasku terhadap mereka? Tapi solidaritas mana dulu yang harus ku tanggapi. Jika harus melalaikan kewajiban, aku tak bisa. Sama sekali. Life is a choice kan? Dan disetiap choice itu akan ada risk nya tersendiri. Dan ternyata ini resikonya. Hal yang konyol menurutku. Banyak yang bilang sih, kalau masa-masa SMA itu masa paling indah. Bagiku, indah sekali karna ini ujian terberatku unruk menjadi pribadi yang lebih dan lebih baik lagi.

Jam sekolah berakhir. Mereka masih tetap saja seperti itu.

"Naima.. Kamu les ga hari ini?" tanya Syla.

"Iya nih aku ada les Syl. Terakhir nih.. Tes akhir..."

"Terus kamu belajar belum Ma?"

"Belum hehehe kan semalem ngerjain makalah Sylaa...''

"Ah kamu sih gampang... Setsetseeet waktu belum abis juga paling udah selesai... Naima.. Naimaa"

"Hahahaa.. Lebay... Angkotnya udh dateng nih.. Duluan ya Syl.. Kamu ati-ati yaa dijalan..." lambaiku pada Syla.

"Iya Naimaaaaa... Suksess yaa" lambainya kembali padaku.

Tap. Aku sudah sampai. Hari ini tes akhir dari sekian pertemuan les ku.
Ternyata di ruangan ini sudah ada beberapa siswa yang datang.

"Hay naimaaa..." sapa teman lesku. Namanya Fajar.

"Helo Fajar.." jawabku sambil tersenyum tipis.

"Are you ready for exam today?”

"Really. I am not ready."

"Kenapa? Bukannya kamu yang paling semangat disini Ma?"

"Yes. I'm fine ko Jar. Hehee"

"5menit lagi bel bunyi. Its mean, the exam is will be start. Ayo prepare"

"Yap" sambil menunjulkan pensil ujian ke hadapan Fajar.

Teeeet. Teeeet. Teeeeeeeeet.
90menit, Tespun berjalan.

"Alhamdulillah........." seruku ketika keluar dari ruang ujian.

"Naimaaaa wait..." teriak Fajar dari dalam ruangan. Seketika ku hentikan pijakanku.

"Ada apa?" tanyaku.

"Kamu pulang naik apa Naima? Ini udah jam berapa coba?"

"Oh ini udah jam 5 sore hehe aku pulang biasa sama jemputan, jemputan mamang angkot" jawabku.

"Kamu sama aku aja Ma.." ajaknya.

"Haa? Sama kamu? Hm lain kali aja deh Fajar... Aku lebih tenang kalau naik angkot.. Hehe by the way makasih sebelumnya.. Aku pulang ya.. Byee" lambaiku sembari meninggalkannya.

"Oh gitu.. Iya Ma.. Take care on the way ya..." lambainya juga padaku.

Tap. 1jam perjalanan. Aku sudah sampai dirumah. Kurebahkan tubuh ini. Melepas lelahku.... Lelah hati, pikiran juga fisik....

***************************************
Cerita ini hanya fiksi belaka ya hihi.
Terus read updetannya, makasih udah baca yaaaaa;;)
Tunggu part selanjutnya;)

Salam,
Me_Littlequeen
@vinnidptr

Satu Cinta Tak BermasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang