1.

26 2 0
                                    

Menjadi siswa baru memang tidak enak. Bertemu dengan wajah-wajah yang sangat asing dan mencari lagi teman yang benar-benar teman. Itu sangat sulit. Aku benci itu.

Ya, aku disini. Disekolah baru. Sekolah di Negara asalku, tempat kelahiranku. Sendiri. Aku tinggal sendiri di Negara asalku ini.

Ah ya, nama gue Rajen, lengkapnya Rajendra Darka Wijaya.

"Lo tinggal dimana? Tau arah pulang kan?" Itu teman sebangkuku. Perempuan, Namanya Galienna biasa disapa Galie. Cantik menurutku, tapi sangat-sangat bawel. Level bawelnya melebihi bawelnya cewek-cewek lain.

"Lumayan deket dari sini, gue naik Taxi. Mau bareng?" aku merapikan bajuku yang memang sedikit berantakan. Kelas sudah sepi, hanya ada aku, Galienna, dan perempuan pembaca novel. Ya, aku menyebutnya itu. Galie bilang, namanya Andara. Menurut cerita Galie, Andara hanya berkutat dengan novel nya jika tidak sedang belajar di kelas, dia tidak mempunyai teman, dia juga siswi terpintar di kelas ini, dan tidak pernah tersenyum. Cukup banyak informasi dari Galie tentang Andara.

"Rajen, sebaiknya lo pulang bareng gue dan Nathan aja."

Galie memoles sebuah lipstick ke bibirnya. Tidak, itu bukan lipstick. Entahlah gue tidak tahu namanya, intinya ya semacam lipstick.

Ah ya, Nathan adalah kekasih Galie. Galie bicara banyak tentang Nathan, bukan hanya Nathan yang dia bicarakan, mulai dari dirinya, Andara, sampai ibu Kantin pun dia bicarakan.

"Udahlah Galie, gue bukan anak perempuan yang harus lo cemaskan karena pulang sendirian."

"Yasudah, gue duluan. Hati-hati Raj!"

Raj. Dari awal perkenalan, tepatnya tadi pagi, Galie memanggil setengah dari nama panggilanku. Aneh. Raj? Seperti nama India saja.

Aku memandang sekekeliling kelas ini, tanpa sengaja pandanganku berhenti tepat ke arah si perempuan pembaca novel itu. Tentu saja dia berkutat dengan kegiatan rutinnya itu, membaca novel. Entah ada angin apa, kakiku mulai melangkah menjauhi tempat yang tadi aku duduki dan mulai mendekat ke meja Andara, perempuan pembaca novel itu.

"Hai."

Kata sapaan itu melontar dari mulutku begitu saja. Aku tidak mengerti mengapa seluruh tubuhku menjadi mendadak bergerak tanpa gue sadari.

Dia mendongak, dan menaikan kacamatanya yang sedikit menurun. Kalian pasti tahu bagaimana ekspresinya, datar. Dia menatapku lekat-lekat seperti sedang menyelidiki sesuatu. Dan kalian tahu apa yang selanjutnya terjadi?

Dia kembali membaca novelnya, tanpa mengindahkan sapaanku. Mengesalkan bukan? Aku mencoba teguhkan hati ini untuk bersabar. Azeg hahaha.

"lo lagi menunggu seseorang?" Tanyaku.

"Bisa ga lo gausah ganggu gue? Terimakasih."

Deg.

Sangat galak........menurutku.

Dia menjawab pertanyaanku tanpa melepaskan pandangannya dari novelnya. Benar-benar mengesalkan. Tapi, aku tidak akan menyerah sebelum aku mendapatkan alasan mengapa dia belum beranjak dari tempat duduknya sampai sekarang.

Tunggu.

Mengapa gue jadi penasaran sekali?

Ini tidak beres.

Persetan dengan Andara!

"Maaf, gue cuma pengen tau kenapa lo masih disini."

Aku menggaruk tengkuk leherku yang mana tidak gatal. Suasana sedikit canggung. Bukan sedikit, bahkan sangat canggung.

"None of your bussiness, lo ganggu gue. Gue duluan, permisi. Ah ya, biasakan untuk ga mencampuri urusan orang lain."

Wow.
Perempuan ini benar-benar berbeda. Padahal aku hanya bertanya seperti itu, apakah pertanyaanku mengkorek pribadinya? Cukup sudah, aku menyerah. Perempuan ini benar-benar galak. Ternyata perempuan tidak semua lemah lembut, aku baru tahu itu.

Dia meninggalkanku yang tercengang seperti orang idiot ini. Untungnya, Galie tidak ada. Jika Galie masih disini, gue yakin dia akan mengejek aku habis-habisan. Galie suka sekali mengejek orang. Mengapa aku tahu? Ya, seperti yang aku bilang, dia sangat cerewet. Semua orang dibicarakan olehnya, dan sesekali diejeknya.

Tunggu.

Gue masih tercengang disini, betapa idiotnya gue.

****

Semoga suka ya, baru nyemplung ke dunia nulis wkwk. Tinggalin vote and comments, please. Terimakasih!!

-Choirun Nissa Ramadhan Setiawan.

Andara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang