Akhirnya aku menginjak Bandara dipulau Sumatra, untuk pertama kalinya dikota Suma tinggal, dikota yang tak tersentuh olehku kecuali hari ini. Suma, Im here... can you see me? Can’t we meet again? Apakah telephaty kita masih tersambung?.
“Hentikan Bali, jangan mulai lagi. Disini untuk masadepan, bukan masa lalu” kataku sambil tersenyum bodoh untuk sebuah harapan dalam hati.
Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang, seorang lelaki. Tuhan, apa engkau sedang menjawab doaku? apa telephaty itu masih tersambung? Jantungku berdebar, tanganku dingin.
lalu dia mendekapku dari belakang, aku mau mati sungguh nyaris mati.
Aku berbalik badan, tak sabar ingin memeluknya, ketika aku berbalik “Selamat datang di Kota Medan Ny. Bali” katanya dengan senyum paling tulus sedunia. Aku tak jadi mati, aku menangis, menangis sejadinya.
“Hei.. ssstt.. ada apa? kenapa menangis?” Dia memelukku, menenangkanku. Sungguh itu tulus, sangat hangat tapi... Tapi dia bukan Suma-ku. Dia Manta, kekasihku. Okey Bali, kau terlalu berharap lagi.
“Aku takut sendirian, aku pikir kau takkan mengantarku, kau sibuk dengan meeting dan mengingkari janji. Kau kan tau aku gampang tersesat. Aku membenci mu” Aku berbohong, maafkan aku Manta, Aku menangis karena yang datang bukan Suma-ku.
“Maafkan aku, aku hanya ingin memberimu sureprice sweetheart” Manta memelas dengan sangat manis, memelukku lagi lebih erat. Maafkan aku juga Manta aku hanya merindukan Mantanku.
Mobil yang di kendarai Manta melaju menuju kantor yang akan aku tempati. Tak sulit menemukannya dengan bantuan GPS. Manajer disana menyambutku dengan sangat ramah, mereka menjelaskan bahwa fasilitas tempat tinggal akan dibiayai oleh kantor sepenuhnya dan aku bebas mencari lokasinya dimana.
Aku berfikir, hanya 6 bulan tinggal disini untuk bekerja. Manajemen krisis, ingat krisis. Dana yang diberikan perusahaan tak cukup fantastis. Sehingga aku berfikir kenapa tidak mencari kos-kosan didekat sini saja, yang terpenting lingkungan nyaman dan fasilitas memadai. Selesai dari sana, aku dan Manta langsung mencari tempat tinggal.
“Sayang, kamu yakin mau tinggal di kosan aja?, gak mau cari rumah aja gitu sekalian?” Kata Manta saat dimobil.
“Enggak nta, aku udah yakin mau dikosan. Lumayan ada yang jagain, ada temen juga kan. Kalau ada apa-apa gampang, lagian uangnya bisa jadi bonus kan hehehe”
“Hemm.. baiklah Nyonya, jika itu yang dirasa terbaik. Laksanakan” Satu persatu mengobservasi kosan yang dirasa cocok disekitar sana. Ada yang bagus tapi terlalu jauh, takutnya rentan macet. Ada yang dekat, cuma fasilitasnya terlalu minim.
“Kita sholat maghrib dulu ya sayang, setelah itu kita check in hotel”
“Oke pak Mahes, ehehehe” kataku meledeknya. Manta pasti kesal, Mahesa itu nama Ayahnya, tapi lucu sekali jika meledeknya dengan nama itu.
“Hei.. gak sopan ya sama papa mertua sendiri, kualat gak direstuin loh”
Jalanan sangat macet, sulit sekali parkir mobil di mesjid. Akhirnya di ujung waktu, kami menemukan musholla kecil. Musholla ini mulai sepi, tak ada tabir pemisah sehingga kami memutuskan sholat berjamaah.
Usai sholat, aku mengambil foto Manta dari belakang. Aku tertegun, kenapa aku masih saja merindukan seseorang yang tak kunjung datang hingga 7 tahun terakhir dan menghiraukan dia yang tulus didekatku.
Ya Allah, Jika aku jatuh hati, jatuhkan hatiku pada yang membuatku lebih mencintaimu, tuntunlah aku pada cinta yang Engkau ridhoi. Jika memang Manta untukku. Maka relakan hati ini sepenuhnya tentang Suma dan bahagiakan pula Ia dimanapun berada.Amin.
Seusai sholat, kami langsung mencari tempat penginapan, tidak sempat untuk mencari kost malam begini. Selesai check in untuk dua kamar, kami langsung bersiap siap untuk makan malam. Malam ini aku begitu bersemangat untuk sekedar berkeliling kota Medan bersama Manta. Menyusuri jalanan sekedar mencari menu yang membuat kami tertarik.
“Sayang, kamu gapapa libur begini? kerjaan kamu gimana?” Tanyaku sambil menyesap teh hangatku
“Gak papa sayang, aku udah urus biar bisa 3 hari disini” Jawab Manta dengan santai.
“Terimakasih Tuan Mahes yang baik hati” kataku sambil tersenyum dan lanjut meminum teh ku yang masih hangat.
“Sama-sama Ny. Kalimantan Mahesa yang cantik tapi menyebalkan” kata Manta sambil mencubit pipiku gemas.Akhirnya ini tempat ke 10 yang kami temui seusai makan malam. Tempatnya sangat nyaman, disambut dengan seorang Ibu Kost yang sangat ramah. Wanita paruh baya itu terlihat berusia 55 tahun, namun masih jelas raut cantik diwajahnya.
“Permisi bu, Bolehkah saya bertemu dengan pemili kost ini? Ingin mencari kamar kost” Manta mendahuluiku keluar dan bertemu dengan ibu paruh baya tadi.
“Benar, dengan saya sendiri, siapa yang ingin ngekost?”
“Pacar saya Bu, sedang didalam mobil, menuju kemari”
“Aduh, sayang sekali kamar kost disini penuh jadi sepertinya tidak bisa”
“Permisi” Bali menyapa dengan senyuman didekat pintu----------------------------------------------------
oh yeaaaahh.. finally punya waktu buat update lagi, I promise will learn harder to make you love it readers, so.. I need your comment and your vote yah.. I heart you readers
KAMU SEDANG MEMBACA
khatulistiwa love story
RomanceKinanbali : Apa rasanya, bertemu mantan kekasih jarak jauh setelah 7 tahun lamanya tidak bertemu. Mantan kekasih yang seharipun tak pernah bisa dilupakan, meski sudah bersama kekasih yang baru. Bagaimana jika tiba tiba mantan kekasih itu sudah bertu...