Aku berjalan ketempat biasa aku melihat dia tertawa bersama teman-temannya. Bahkan melihatnya memetik gitar di taman kampus disaat jarum jam menunjuk ke angka 11 sudah menjadi kebiasaan ku.
Duduk dibawah pohon yang cukup besar untuk menutupi cahaya matahari yang ingin menyilaukan matanya, dia bersender sambil memeluk gitarnya. Tak lupa ditelinganya tergantung headset berwarna putih yang terhubung di iPodnya.
Ada yang beda...
Dan perbedaan itu membuat bibirku terangkat ke atas membentuk senyum yang ku yakini wajahku terlihat sangat amat idiot.
Aku berdiri dibalik pohon yang jaraknya jauh dari tempat dia memetik gitarnya--tapi masih bisa melihat teman-temannya sedang berjalan kearahnya dan masih bisa melihatnya tersenyum kearah teman-temannya.
Senyum, yang menurutku, senyum yang membuat dirinya makin terlihat menarik. Dan itulah yang membuat semua perempuan disekolahku dulu dan dikampusku sekarang mengejar dan berlomba menarik perhatiannya. Tapi sayang, selama bertahun-tahun aku memperhatikannya, hanya satu perempuan yang dapat menarik perhatiannya. Dan satu perempuan itu sepertinya masih menarik perhatiannya sampai sekarang, walaupun mereka sudah tidak berada di status in relationship.
Aku mendengar Zayn--salah satu temannya--menyinggung perbedaan yang sedari tadi membuatku tersenyum. "Asik gitar baru! Dapet uang dari mana lo buat beli gitar? Atau dapet kado dari siapa?"
Dia hanya tersenyum sebagai jawaban dari pertanyaan Zayn.
Senyumnya manis.
◘◘◘
Katakanlah aku penguntit kelas atas. Atau bisa jadi aku terlihat seperti psikopat. Aku yang terus menerus mengikuti semua kegiatan dia dari yang hanya pergi kerumah temannya sampai pergi ke perpustakaan saja, sudah terlihat seperti penguntit. Bukan terlihat lagi, tapi memang sudah menjadi penguntit.
Aku mengaguminya sejak aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas sampai saat inipun aku masih mengaguminya. Entah memang ini perasaan kagum atau perasaan lebih dari sekedar kagum.
Tapi sepertinya lebih dari kagum.
Aku masih memperhatikannya duduk disalah satu meja didalam perpustakaan sambil membaca novel horror yang disukainya.
See? Buktinya aku hafal semua hal berbau Niall.
Ya. Namanya Niall. Niall James Horan. Laki-laki yang sejak 3 tahun lalu sudah menarik perhatianku.
Laki-laki yang selalu digemari semua orang karna keramahan dan wajahnya yang selalu terlihat ceria. Niall juga orangnya humoris. Gampang tertawa, apalagi disaat dia sudah mengobrol bersama Louis Tomlinson, Liam Payne, Zayn malik dan Harry Styles.
Mereka berlima adalah laki-laki yang mempunyai gelar "Laki-laki yang diimpikan oleh semua perempuan". Mereka tampan, pandai bermain musik, pintar, populer. Berbeda dengan ku yang selalu invisible. Bahkan aku berani bertaruh sekarang, silahkan tanya kepada seluruh anak dikampus ini, apakah mengenal diriku? Pasti sudah ku yakini bahwa tidak ada yang mengetahuiku. Aku hanya seorang perempuan yang sangat amat menyukai buku. Tapi tolong, jangan sebut aku seorang kutu buku. Aku hanya menyukai buku, dan membacanya dalam jangka waktu yang lumayan cepat.
Aku bukan seorang nerd yang selalu di bully. Aku hanya sering menghabiskan waktuku dengan buku-buku. Terserahlah kalian ingin menyebutku kutu buku atau apa....
Aku selalu memilih untuk menyendiri dibandingkan harus bersosialisasi. Maka dari itu, tidak ada yang tau keberadaan ku. Kecuali Rexy, teman atau bisa disebut sahabat dari kecilku. Sejak usia 7, Rexy selalu berada disampingku, menemaniku bermain disaat semua anak bermain dengan kakak atau adik masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Niall Horan
FanfictionOne-shot story about Niall Horan Copyright by exznap-z 2015