Siapalah Aku ini?
Hanya sebuah akar negatif.
Tak bermakna, tiada guna.
Siapalah Aku ini?
Hanya sebuah bilangan konstanta.
Sendiri mengutuk dunia.Jika bumi adalah matriks berordo nxm.
Mungkin aku berada pada baris n dan kolom m.
Dimana disitu tertulis "Bukan Siapa-siapa".
Jika semesta ini adalah himpunan bilangan real.
Mungkin aku adalah angka nol.
Tak terlihat oleh mata, tak dianggap ada.Siapalah Aku ini?
Mengadu nasib dengan melempar dadu.
Berharap peluang keberuntungan dapat mengganjal perut.
Siapalah Aku ini?
Mengarungi dimensi waktu dengan mencuri.
Tak ada lagi logika tautologi dan kontradiksi.Ah hidup ini keras kawan.
Tak semudah menghitung 1+1=2.
Lebih rumit dari kalkulus dan aljabar linear.
Bagiku lingkaran kehidupan hanyalah omong kosong.
Apalah artinya jika aku berada di pusatnya?
Tak pernah ikut berputar.
Selalu berada di titik yang sama.Siapalah Aku ini?
Menyumpah-nyumpahi langit.
Menarik kesimpulan Dia tidak adil.
Kulihat refleksi bayanganku di air sungai.
Bertanya dalam hati, Mirip Ayah atau Ibukah Aku?"
Kutertawakan pertanyaan irasional itu.
Apa pentingnya?Terkadang pahit hidup ini tereliminasi ketika gelap datang.
Bulan berdiameter 3476 km itu mampu membunuh sepiku.
Eksponen jiwaku tentram merasakan kehangatannya.
Setiap malam, tiga jam sehari.
Kalikan enam puluh, kalikan enam puluh, kalikan seribu.
Kalikan lagi tiga puluh, kalikan lagi dua belas, kalikan lagi dua belas.
Jika kau benar, maka akan kau dapatkan angka 4.665.600.000.
Itulah banyaknya milisekon bola raksasa itu menemaniku.
Fantastis bukan?Perlahan kupejamkan mata ini.
Berharap esok tak ada lagi.
Bukan, bukan karena aku takut menata setiap himpunan masalah yang menyerbu.
Atau takut menghadapi berapa ton berat beban hidup yang menghimpit dada.
Hanya saja aku lelah, lelah menghadapi deret ujian yang tak terhingga.
Terlebih aku harus sendiri, sendiri hadapi setiap detik..
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Matematika
PuisiTerima kasih untuk dua hal yang menginspirasi. Matematika, dan... kamu.