2. Hate to Kiss

32.9K 1.5K 73
                                    

Sebagian cerita ini di PRIVATE hanya untuk follower.

Terma kasih.

Happy Reading.

~~
~~
~~

BENEVAN mendengus melihat wanita yang duduk di sebelahnya mengeluarkan satu buku tebal penuh gambar-gambar interior rumah dan satu lagi buku catatan yang ukurannya lebih kecil, padahal belum lima menit yang lalu wanita itu menaruh bokongnya pada bangku empuk di kabin pesawat. Bahkan tanpa menunggu lama, wanita itu sudah mulai membolak-balikkan lembaran bukunya sambil mencoret-coret pada catatannya. Wanita itu bahkan tidak bisa menjauhkan pandangannya dari buku yang sudah seperti kitab baginya ketika pesawat mulai naik dan nampan-nampan makanan mulai dibagikan oleh pramugari yang ramah.

Rupanya wanita ini sama sekali tidak suka membuang waktu! pikir Ben di antara kagum sekaligus tidak suka.

Kagum pada dedikasi yang ditunjukkan wanita itu pada pekerjaan. Sebagai calon pemimpin sebuah perusahaan besar menggantikan sang ayah, sudah pasti ia akan sangat bangga dan senang jika mempunyai satu saja pegawai dengan loyalitas seperti yang ditunjukkan wanita ini. Mandiri dan pekerja keras.

Tapi dimatanya sebagai seorang pria, wanita mandiri dan pekerja keras sama dengan masalah. Mereka keras kepala, pemarah, selalu merasa benar, dan ambisius. Ambisius yang artinya tidak ada yang lebih penting dalam hidupnya selain pekerjaan. Sama seperti wanita yang duduk di sebelahnya, Aurelie Karenina.

Tapi dari Benevan, ada label khusus yang akan dimahkotakan untuk Aurelie. Yaitu menyebalkan.

Tunggu! Menyebalkan? Rasanya itu tidak cukup menggambarkan sikap perempuan itu. Aurelie lebih dari sekedar menyebalkan. Seperti sekarang ini.

Dengan celana satin hitam ketat dan kemeja modis tanpa lengan ditambah sepatu berhak lancip andalannya. Rambutnya kecoklatan ikal bergelombang dijepit separuh di puncak kepala. Wajahnya hanya dipulas make up sederhana, matanya bulat dibingkai bulu mata tebal dan alis melengkung sempurna, yang saat ini melotot marah ke arahya.

Dua tebakannya sudah benar. Aurel benar-benar pemarah. Dan ia selalu merasa benar.

"Apa yang kau lihat!" bentak Aurelie. "Kau ingin mencuri ideku, ya!"

Satu lagi tambahan dari Ben untuk wanita ini. Selain menyebalkan, ternyata dia juga gila.

Dan sekarang Ben harus bekerja sama dengannya!

Pertama kali Ben bertemu dengan Aurelie di coffee shop asal Amerika yang ada di Cendana Tower saat ia di undang ke sana untuk mendengarkan contoh desain interior yang akan dipresentasikan oleh salah satu calon pemegan proyek tersebut yang nantinya akan bekerja sama dengan Callery Design & Construction.

Pagi itu ia baru saja kembali dari Kalimantan setelah tiga minggu penuh berada di sana mengawasi pembangunan resort di salah satu pulau sebelah timur yang membutuhkan perhatian ekstra. Ia kelelahan, kurang tidur dan pekerjaannya semakin menumpuk. Hanya butuh satu kalimat dari wanita ini, emosinya tersulut dan memuncak.

Bagaimana tidak?

Jelas sekali kalau Aurel adalah wanita keras kepala yang tidak mau dijadikan pihak yang bersalah. Dengan gaya sombong dan menantang, wanita itu menuntut permintaan maaf. Yang benar saja! Jelas-jelas Aurel yang tidak memperhatikan jalan karena sibuk dengan pikirannya hingga menabrak dan menumpahkan kopi panas di tubuh mereka berdua, tapi ia yang menjadi tumbal.

Tapi entah apa yang dipikirkan Ben hingga sampai mencium wanita itu di depan umum. Tapi sesuatu dalam tatapan matanya yang menantang menuntut permintaan maaf, membangkitkan sesuatu dalam dirinya.

Something StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang