Cerita ini dibuat dengan segala penderitaan dibaliknya(?) Penderitaan karena mendapat tema 'Luka Fisik' yang malah bikin luka di hatiku #ehapalahini karena waktu itu panik gak punya ide apapun. Dengan tekat bulat biar bisa ikut turnamen NPC *cihuy* mengalirlah cerita absurd ini.
yuk disimak.
enjoy ^^
=========================================================================
Bunga senang mengobati luka orang-orang. Sewaktu kecil, dia akan membawa plester kemana-mana. Teman-temannya akan memanggil Bunga ketika mengalami luka.
"Bunga, boleh aku bagi plestermu? Tanganku terluka."
"Bunga, kakiku berdarah! Aku butuh plestermu."
"Aaah, panggilkan Bunga! Aku terjatuh dan aku luka-luka."
"Bunga...."
Bunga.
Bunga. Bunga.
Bunga akan selalu datang dengan riang dan memberikan plesternya. Bunga akan meniup-niup luka temannya, membuat mereka tersenyum kegelian meski ringisan itu masih terselip.
Jika temannya menangis, Bunga selalu mengatakan, "jangan menangis. Tenang saja pasti plester ajaibku ini akan menyembuhkan lukamu."
Dan teman-temannya hanya akan menganguk pasrah, berharap plester kecil Bunga mampu menyembuhkan luka mereka dalam sekejap.
~~~
Bunga senang mengobati luka orang-orang. Hingga saat SMP dan SMA, dia mengikuti ekstrakurikuler Palang Merah Remaja. Bunga selalu menjadi panitia medis pada setiap kegiatan yang ada. Bunga tak pernah melewati pelatihan cara-cara pertolongan pertama. Bunga selalu berlari paling dulu untuk menolong korban yang terluka.
Seperti saat ini, SMA-nya tengah mengadakan pekan olahraga dan seni. Bunga bertugas sebagai tim medis di lapangan futsal. Kebetulan, yang bertanding adalah kelasnya, XI IPA 2 melawan kelas XII IPA 1. Pertandingan berlangsung meriah. Sorak-sorai penonton tak pernah berhenti terdengar. Kedua tim ini imbang dalam permainannya.
Hingga, bola yang sedang dikuasai tim XI IPA 2 berhasil direbut oleh tim XII IPA 1. Penyerang bernomor punggung lima itu dengan lincahnya menggiring bola. Oper ke kiri, menyingkir ke kanan, kembali menerima bola dan berlari membawa bola mendekati gawang.
"SHOOOOOT!!!"
"Tembak langsuuuug!"
"Goal-in, woyyyyy!!" teriakan-teriakan semangat pendukung XII IPS 1 menggema dari tribun penonton.
Penyerang nomor lima itu pun mengangkat kakinya, bersiap menendang. Lalu tiba-tiba pluit ditiup, pelanggaran dilakukan. Kartu kuning diangkat tinggi, membuat pendukung tim XI IPA 2 bersorak kecewa. Bunga segera berlari ke tengah lapangan, menghampiri penyerang nomor lima yang telah tergeletak menahan sakit akibat tekelan pemain lawan -yang tak lain teman sekelas Bunga.
Bunga berlutut di samping seniornya itu. Tangannya dengan cepat mengocok botol ethyl chloride dan menyemprotkannya di kaki Kak Aben--yang namanya baru diketahui Bunga saat pemain lainnya menanyakan keadaan laki-laki ini. Baru saja Bunga akan membersihkan luka di lutut Kak Aben tetapi pertandingan harus segera di lanjutkan.
"Kaki kakak gak apa-apa kok. Kakak sanggup lanjutin pertandingan gak?" tanya Bunga pelan yang hanya dijawab gelengan oleh Aben. Aben merasa lebih baik dia berhenti dari pada bermain sambil menahan sakit, hasilnya juga tidak akan maksimal.
Bunga memberikan kode pada wasit bahwa Aben meminta untuk digantikan. Bunga pun turut membantu Aben keluar lapangan dan mendudukkannya di kursi pemain cadangan. Bunga kembali berlutut di depan Aben.