I live for applause.. applause.. applause..
Dentuman lagu "applause" Lady Gaga menggema hingga seluruh ruangan lounge yang terletak di lantai 20 gedung Bank of South East di kawasan Sudirman. Ini adalah night party ke lima yang Kala datangi sejak seminggu lalu ia sampai di Jakarta.
" Whose party is it again?" tanya Kala pada Tara yang dari tadi sibuk flirting dengan cewek blonde yang duduk diseberang meja mereka.
"Jordan.. Jordan Abimanyu.. Teman sekelas gue di IPSch" Jawab Tara setengah berteriak karena harus beradu dengan suara musik di ruangan itu. Pandangan Tara kemudian beralih dari seberang meja ke arah lantai dansa yang terletak di tengah ruangan. Matanya bergerak tajam dari satu sisi ke sisi yang yang lain seperti elang yang mencari mangsa. "ah.. That's him. Hei, Jordan!" Tara melambaikan tangannya kearah cowok indo yang berdiri di pinggir ruangan dan terlihat kebingungan.
Jordan menangkap panggilan Tara. Wajah kebingungannya berubah menjadi cengiran senang ketika melihat Tara dan gerombolannya yang duduk di sofa di dekat beranda lounge. Ia pun berjalan menghampiri mereka.
"Kalian udah lama disini?" sambut Jordan. Ia dan Tara saling bertukar tinju. "hey Vik." Giliran ia dan Vikram saling bertukar tinju. Mereka bertiga sama-sema bersekolah di IPSch.
"lo kenal Vincent dan Langdon kan, mereka sekolah di IGS." Tara memperkenalkan 2 orang cowok yang duduk di sebelah Vikram.
"Yeah.. We've been met couple times before." Jawab Jordan sambil menjulurkan tinjunya kearah Vincent dan Langdon, menyalami mereka berdua. "beside both of them are famous."
Vincent dan Langdon kompak nyengir. "our pretty face or our menace?" canda Vincent.
"both of them." Jawab Jordan, disambut tawa yang lain. Mereka berdua memang terkenal sebagai duo charming di IGS, Vincent dengan wajah manly khas Manado sementara Langdon yang indo Scottish terlahir dengan rambut berwarna merah. Who doesn't like red head, anyway? they always hot as their hair. Namun selain wajah ganteng, mereka juga terkenal sebagai pembuat onar di IGS. Hal ini mungkin yang membuat keduanya cocok dengan duo Tara dan Vikram yang terkenal sebagai pembuat onar di IPSch.
"ohya, kenalin your ultimate party crasher tonight. Sangkala Adiradja" Tara memperkenalkan Kala dengan berlebihan. Tangannya terjulur kerarah Kala dan jarinya digerak-gerakkan seolah-olah Kala adalah bintang tamu special. Tak ketinggalan Vikram, Vincent dan Langdon mengikuti gerakan Tara.
"Stop it dumbass!" hardik Kala spontan melihat kelakuan teman-temannya.
"That Adiradja?" ulang Jordan mengkonfirmasi apakah Adiradja yang dimaksud adalah keluarga konglomerat yang baru saja naik daun.
Kompak keempatnya mengangguk. Dan dengan wajah sotoy keempatnya menjawab "That Adiradja."
"Do not listen to these morons." Ujar Kala sambil menyalami Jordan. "Nice Party by the way."
"Yeah, Nice Party, bro.. and nice outfit." Canda Tara setengah mengejek Jas merah yang dikenakan Jordan malam itu.
Oke. Jordan si indo Jawa Jerman memiliki wajah tampan khas multiras. Badannya yang tinggi tegap serta rambut ikalnya yang sedikit dibiarkan panjang, tampilannya mengingatkan kita pada si kembar chandrawinata diawal kemunculan mereka sebagai artis. Intinya sangat sulit membuat cowok ini terlihat buruk kecuali jas merah super terang dan celana hitam mengkilat yang ia pakai malam ini. Sangat tidak manly dan menjatuhkan tingkat ketampanannya 5 bar.
"Farah yang maksa gue untuk pakai ini." Jawab Jordan pasrah. Dia ngga pernah bisa menang argument dengan pacarnya itu, meskipun dia lebih tua 2 tahun. "Lagian ini keluaran Dior, dan 100% organic."
"ok.. kita paham kok." Tara menepuk-nepuk bahu Jordan sementara 4 orang disampingnya mendengus menahan tawa.
"Speaking of witch..." dengan sengaja Tara memplesetkan kata-katanya, membuat keempat cowok disampingnya makin tidak bisa menahan tawa. " where is your lovely girl?"
"Nah itu dia.. Gue cari dari tadi." Jawabnya. Ini menjelaskan kenapa ia terlihat seperti anak hilang sebelumnya.
"oh..oh.." Vikram mengangkat tangannya seakan ia ingin menjawab pertanyaan quiz. " Lo udah cek meja Malika and clique di pojok sana?"
Pandangan Jordan mengikuti arah yang ditunjuk Vikram. Kearah meja yang ada di sisi lain ruangan. Dan tampaknya Vikram benar. Farah terlihat diantara segerombolan cewek dan cowok yang terlihat super well dressed dan exclusive di meja tersebut.
"Dude, gue kesana ya." Jordan pamit.
"Mereka siapa?" tanya Kala penasaran.
"oh mereka.." Tara terlihat semangat menjelaskan siapa gerombolan tersebut, ia bahkan menukar posisi tempat duduknya menjadi sebelah Kala agar dapat bercerita dengan rinci.
"Lo liat 3 cewek yang duduk di sofa putih itu? Yang paling pojok sebelah kanan namanya Malika. Penyihir nomor 1 di IPSch, senior kelas 12. Cewek yang paling harus dihindari terutama kalau lo berminat menjadikan dia pacar. Lo lihat kan yang dialami Jordan? Malika 1000 kali lebih sadis." Jelas Tara dengan kesan horror.
"Yah, itu sesuai pengalaman pribadi Tara. Hahaha... " Tambah Vikram, diiringi gelak tawa Vincent dan Langdon.
"Seriously?" ejek Kala.
"Haha." Balas Tara kesal. "Cewek itu menghancurkan pengalaman pacaran gue yang pertama. Dan dia membuat gue bolak balik psikolog di usia gue yang baru 12 tahun."
"Turut prihatin, dude." Kala menepuk pundak Tara.
"Oke lanjut ke pelajaran berikutnya. Dua cewek di sebelahnya adalah Nina dan Bianca, cliquenya Malika dan sama berbisanya. Jadi walaupun mereka cukup cantik dan stylish. Jangan pernah tertarik dengan ketiganya." Jelas Tara lagi. "Ketiga cewek yang duduk di kursi terpisah itu protégé nya Malika, tahun ini mereka junior kelas 10. Yang pakai dress merah itu Farah, pacarnya Jordan, sementara 2 lagi gue lupa namanya. Ketiganya sama-sama harus dihindari."
"Hahaha.. Oke, bakal gue inget pelajaran lo malam ini." Ujar Kala dengan wajah yang dibuat serius. Ia kembali mengamati segerombolan cewek-cewek itu dan tiba-tiba sesuatu menarik perhatiannya. "Cewek yang duduk dengan gerombolan cowok di sebelah sofa Malika juga termasuk salah satu penyihir IPSch?"
"Oh ya. Gue lupa tentang yang satu itu. Namanya Amara, dia protégé nya Malika Nomor 1, sophomore kelas 11. Ngga seperti kebanyakan penyihir di IPSch, dia ngga punya clique. Gue denger ngga ada cewek kelas 11 yang mau berteman dengannya. Kemungkinan besar dia 10x lebih sadis dari dosisnya Malika. Satu-satunya anak di kelas 11 yang berani dekat dengannya hanya cowok disebelahnya itu, Oka. Poor guy, gue rasa dia udah diguna-guna untuk terikat terus dengan cewek itu seumur hidupnya." Jelas Tara.
"Actually she's a nice girl." Bela Vikram.
Tara melirik Vikram tak percaya. "Oh ya, gue lupa. Selain Oka, si India gila ini juga salah satu fansnya Amara."
Kala kembali memperhatikan Amara. "I think I agree with him." Komentarnya membuat Tara mengerutkan wajahnya. Disgust.
"Is she truly a witch?" Tanya Langdon penasaran apakah cewek itu benar-benar punya kemampuan sihir.
Tanpa aba-aba, Kala bangun dari tempat duduknya, kemudian berjalan kearah seberang ruangan meninggalkan keempat temannya melongo melihatnya.
"Dia serius?" tanya Vincent. Keempatnya saling berpandangan. Tampaknya mereka butuh waktu untuk mencerna apa yang terjadi. Mereka masih saling pandang kebingungan. Sampai sesaat kemudian Tara berteriak. "Tunggu apalagi, kejar dia!"
Kejadian berikutnya adalah scene dimana keempat cowok itu dengan heroiknya mengejar Kala dalam gerakan slow motion. Berbagai hambatan mereka hadapi dengan susah payah. Dalam pengejaran tersebut, entah dari mana muncul cipratan-cipratan minuman yang tumpah diudara dan Vincent yang berada paling depan tak mampu menghindar, membuatnya basah kuyup. "Nooooo. My brother shirt!" Teriaknya.
Langdon yang tepat di belakang Vincent spontan menertawai kemalangan temannya. Bodohnya, itu membuat dia tidak melihat serangan susulan gelas cocktail yang terbang kearahnya. Buk.. gelas itu tepat mendarat di wajahnya. "Arrrgh.."
Sementara Vikram dan Tara yang selamat dari serangan udara, kini harus menghadapi barikade gerombolan cewek yang baru selesai dari lantai dansa. Untungnya Tara yang sigap, melakukan berbagai gerakan maneuver, sempil kiri kanan diantara celah - celah yang ada. Sementara sial bagi Vikram, ketakutannya pada perempuan membuatnya tak mampu melakukan maneuver seperti Tara. Jalan yang ia pilih adalah merangkak dilantai melewati gerombolan cewek itu tanpa terlihat. Sayangnya itu malah membuatnya seperti seorang pervert, salah satu dari cewek itu menyadari keberadaannya di bawah lantai, seketika itu juga ia menjadi bulan-bulanan serangan high heels.
Kini tinggal Tara yang mampu menghentikan Kala dari perbuatan yang akan disesalinya seumur hidup. Sayangnya Tara kalah cepat. Didepan sana Kala tinggal beberapa langkah menghampiri Amara yang sedang berdiri menghadap Malika. Cewek itu bahkan tidak tahu Kala ada dibelakangnya.
Apa yang terjadi berikutnya membuat semua orang disekitar meja itu melongo. Seperti ninja, tiba-tiba Kala yang kini berada di belakang Amara menyelipkan tangannya melingkari pinggang cewek itu, kemudian menarik tubuh Amara mendekat. Sekarang wajah Amara tepat didepan wajah Kala. Cewek itu hanya berdiri kaku dipelukan Kala, iya bahkan menahan nafasnya karena syok.
"Surprise!" ujar Kala, senyuman seringai kembali menghiasi wajahnya. Detik berikutnya Kala mendekatkan wajahnya dan mencium Amara tepat dibibirnya.
****
Jantung Amara berdegup kencang. Entah karena sergapan Kala atau ciumannya yang tiba-tiba.
Wajahnya pias melihat sosok dihadapannya. Ia masih berdiri kaku bahkan setelah Kala menjauhkan wajahnya dan melonggarkan pelukannya.
Seperti mimpi, sayup-sayup Amara mendengar Kala berbicara dengan seseorang dibelakangnya. "Hey guys, meet my fiancé."
Penasaran, Amara melongok dari balik bahu Kala. Tepat dibelakang Kala berbaris Tara dan Vikram, seniornya di IPSch, serta 2 orang anak IGS, Vincent dan Langdon.
'Ok. Ini 100% mimpi. Mana mungkin Kala ada di Jakarta.' Ujar Amara dalam hati. Dia mencoba menerka situasi yang dihadapinya saat ini. 'Tapi kenapa 4 orang ini ada di mimpi gw?'
Amara kemudian mengalihkan pandangannya kebelakang. Disana, Nina, Bianca, Farah, Jordan, Sasti, Riri, Oka, Arda dan Bagus memandangnya dengan ekspresi kaget mulut menganga, sementara tak seperti yang lain, Malika terlihat tidak senang. Hidung dan keningnya berkerut, kesal.
Detik berikutnya, ia beralih kepada Kala. Ia memperhatikan wajah Kala dengan seksama. 'Tunggu dulu! Kenapa rasanya seperti bukan mimpi?' Amara kembali bertanya dalam hati.
Seketika itu juga suasana menjadi nyata bagi Amara. Pesta ini benar nyata, teman temannya nyata, para pembuat onar di depannya juga nyata, dan yang terpenting Kala yang ada dihadapannya NYATA!
'ok, jangan panic! Pelajaran nomor 1 keluarga Harjadiningrat, SELALU KUASAI KEADAAN.' Amara mengingatkan dirinya sendiri dalam hati.
"You Here!" Gantian Amara yang memeluk Kala. Sebisa mungkin ia mengontrol wajahnya untuk terlihat kaget dan bahagia. "Girls, ini Sangkala Adiradja. Kami tunangan 3 bulan yang lalu. Gue udah cerita kan?"
Alih-alih dijawab, pertanyaan Amara tersebut malah membuat teman-temannya makin melongo. Dia tahu pasti bahwa tak satupun dari cewek-cewek ini yang tahu pertunangannya dengan Kala. Dan sebelum ia dihujani berbagai macam pertanyaan, Amara langsung mengambil langkah seribu. "Waktunya pergi!" bisiknya tegas di telinga Kala.
Ia menarik Kala menuju pintu keluar lounge. Hampir seluruh pasang mata di ruangan itu memperhatikan gerak gerik keduanya. Bagaimana tidak, ini adalah kejadian langka. Amara Harjadiningrat, the most versetille girl in IPSch. Cewek yang selalu excelent dibidang apapun, ketua club siswa IPSch, cewek paling ningrat diantara para high society di IPSch, begitu sempurnanya cewek ini bahkan tidak semua orang berani untuk berbicara langsung dengannya. Dia sangat exclusive, tidak pernah terlihat besama orang lain selain inner cycle-nya. Tapi tiba-tiba malam ini secara random Amara menarik cowok misterius keluar ruangan dengan tergesa-gesa.
'Siapa dia?' Hampir seluruh orang di ruangan bertanya ingin tahu.
Beberapa berinisiatif mengambil foto dan memasangnya di media sosial #whoisthisguy. I bet, ini bakal jadi tranding topic anak-anak IPSch malam ini.
Si pusat perhatian, Miss Amara, kelihatannya tidak peduli dengan pandangan yang tertuju kearahnya, pikirannya sibuk dengan berbagai pertanyaan terkait Kala, 'apa yang dia lakuin disini? Harusnya dia ada di New York. Apa mungkin karena liburan? Tapi bukannya besok hari pertama masuk sekolah? Oh ya, inget tentang sekolah, aku jadi inget student ID ku masih di tas lama! Wait. Focus. Kenapa Kala bisa ada disini? Damn, dia cium aku didepan semua orang! Oka! Bahkan Malika. Oh god, aku ngga pernah bilang apa-apa tentang pertunangan ini ke Malika. Dia pasti marah besar. Astaga. What should I do? What should i do? What Almira would do?!'
Akhirnya keduanya sampai di depan lift. Amara masih menarik Kala hingga mereka berada di dalam lift. Spontan cewek itu memencet tombol basement dan begitu pintu lift tertutup rasanya semua pertanyaan dibenaknya ingin segera dikeluar.
"What the hell is that!" Amara kalah cepat, Kala duluan mengeluarkan kata-kata. Ini salah satu kelemahan Amara too much thinking. "are you ashame of me?"
"Apa?" Amara kebingungan. 'Apa aku kelihatan malu dengan adanya Kala?' Alih-alih bertanya langsung kepada cowok dihadapannya, Amara kembali sibuk dengan pikirannya sendiri. 'Apa aku salah?'
"Hahaha..." tiba-tiba Kala tertawa geli. "Kidding, kamu mikir apa sih? Kayak orang l" Cowok itu menepuk-nepuk kepala Amara.
Amara mengernyotkan kening karna melihat reaksi Kala. Namun perlahan-lahan semuanya jadi masuk akal. Kala adalah cowok paling senseless yang pernah Amara kenal. Jadi mana mungkin dia tersinggung. Cowok ini paling jago mempermainkan orang lain. "Dasar sialan!"
Amara mendorong Kala menjauh. Rasa kesal mulai menyelimuti dadanya. "Kenapa kamu ada disini" spontan Amara melayangkan pukulan ke lengan Kala. "Kenapa.. kamu.. ke.. Jakarta.. Ga bilang.. Bilang..!" Frekuensi pukulan Amara mengikuti penggaln ucapannya."kenapa.. Kamu.. Cium.. Aku.. Di depan.. Semua.. Orang.."
Ouch.. kala berusaha menghindar dari serangan Amara. Tapi lift itu terlalu kecil untuk melarikan diri. "Aw.. why you hit me? What's the problem? We kissed before."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovable
RomanceNamanya Sangkala Adiraja. Tak ada yang menonjol tentangnya. Dia tidak terlalu tampan, sama sekali tidak atletis, selalu berbuat sesuka hatinya. Apa yang membuatku suka denganya? Tentu saja karena keluarganya yang kaya raya dan... He is mine. -Ama...