Love Is Hurts (Part 3)

46 4 0
                                    

****

"Hih, iya tau kangen tapi ga usah gitu kali. Ternyata kebiasaan nya masih ada ya? Huuu" protesnya sambil membalas mencubit pipiku.
"Aw, sakit, dodol!" omel ku.
"Hahahahaha" tawanya meledak.
"Ih" ucapku sebal.

"Haha, eh Ibay mana?" tanyanya.
"Duhh, Ryan, Ibay kan ke Banjar" jawabku.
"Ohiya lupa, hehe" ucapnya menepuk jidat"

Ryan, ya, itulah nama seseorang itu.
Dia termasuk sahabat kecilku dengan Ibay;)
Dulu, kami bertiga bersahabat.
Selalu bersama sama, tidak pernah berpisah.
Ohiya, aku itu umurnya lebih tua 1tahun dari mereka berdua.
Tapi sifatku yang yang manja pada mereka, mereka menganggap ku masih kecil seolah olah anak TK-_-
Haaah, sudahlah;(

****

"Kenang diriku.. Selalu dihatimu, selalu dijiwa mu, simpan di memorimu.
Kunanti dirimu, bila malam pun tiba.
Cukup kita yang tau, mimpi jadi saksinyaa.."

Alunan lagu itu membuatku ingat Ibay.
Terus kuputar lagu itu, hingga akhirnya bulir bulir bening jatuh dari kelopak mataku.

"Ibay, kapan kamu kembali?"
Aku menangis sejadi jadinya, entah kenapa aku tak bisa berhenti menangis.

"Drrrtt... Drrrttt"

Handphone ku bergetar, ada telepon dari seseorang.

'Tak ada nama'

Segera ku hapus air mata, lalu ku angkat telepon itu.

"Hallo?" suaraku parau karena menangis tadi.
"Yaa, hallo? Cha?" jawab seseorang dari sebrang sana.
"Iya, siapa?" tanyaku berat.
"Ini aku, Cha, Ryan. Suara kamu kok gitu? Kenapa? Habis nangis ya?" tanyanya.

Ternyata Ryan yang menelepon ku.

"Ngga, kok. Ohiya, ada apa menelepon?" tanyaku.
"Ngga ada apa apa, hehe. Cuma mau ngasih tau ini nomor ku yang baru" jawabnya.

Kita mengobrol lewat telepon cukup lama.
Ya setidaknya Ryan bisa menghiburku sedikit.

****

Love Is HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang