1

38 3 2
                                    

Musik rock mengalun indah melalui headphone dikuping pria itu. Padangannya mengarah ke kaca jendela bus, tidak, dia tidak melamun. Pria itu sedang mengamati kemacetan yang terjadi diluar bus. Ah bukan, bukan sekolah tujuannya, tetapi berlibur.

Saat sampai diterminal matanya menyapu sekeliling, mencari sosok yang ia rindu.

"Nata!" teriak seorang gadis sembari melambaikan tangannya. Ya, pria yang memakai headphone itu bernama Nata, Shano Arean Albinata.

Nata tersenyum, memamerkan giginya yang rapi. Langkah kakinya setengah berlari menemui gadis itu. "Hai Ra!" Sapa Nata kepada gadis yang sudah ada didepannya.

"Kenapa lo gak-"

Tangan Nata mendekap gadis itu, membuat gadis tersebut memotong ucapannya.

"Shae Astafany Weenara! Dua tahun kita gak ketemu lo masih segini-gini aja!" teriak Nata, ya, Nata teriak.

Nara meloloskan diri dari pelukan Nata. Nata mendapat satu jitakan dikepalanya. "Lo tuh kebiasaan banget! Dibilang jangan panggil nama lengkap gue kalo ketemu, jangan potong ucapan gue, jangan peluk-peluk gue, jangan teriak dikuping gue! Ish!" bentak Nara, lalu berbalik, mengerucutkan bibirnya.

"Ya, lo, tau itu kebiasaan, main larang-larang. Gue juga nahannya susah, lagi, kan ini cuma terjadi disetiap pertemuan pertama kita. Gue kangen, rindu, Ra." jelas Nata, matanya berkaca-kaca, tentu saja hanya berpura-pura.

Kebiasaan Nata jika sudah lama tidak bertemu Nara:
1. Memanggil nama Nara dengan lengkap
2. Memotong ucapan Nara
3. Memeluk Nara
4. Teriak dikuping Nara

"Air mata buaya dangdut, lo! Jang-"

"Ra, Ano gak bisa dateng ya?" Nata memotong ucapan Nara, lagi. Ano, sahabat mereka berdua, Sevtaha Andro Wiano, mereka memanggilnya Ano, hanya mereka.

"Iya, Eyang Ti lagi sakit. Lo tau 'kan Ano gimana ke eyangnya." jawab Nara nadanya merendah, mata indahnya menerawang.

Nata nyengir kuda, merasa puas karna dia bisa mengalihkan topik pembicaraan.

Nara melihat itu, cengiran Nata yang menyeramkan. Langkahnya terhenti. "Lo, kenapa? Jangan bilang kalo lo minta gue biar anterin kesana, lalu sampai disana lo bukannya nengok Eyang Ti, tapi malah gombalin Tasha." Nara melipat tangannya di dada.

Nara juga berhenti. "Lo, kenapa? Jangan bilang kalo lo cemburu ngeliat gue gombalin Tasha, lalu meminta gue untuk gombalin lo juga, tapi malah gue dibikin cemburu karna lo yang bakal gombalin Tasha." jelas Nata, ngaco.

Tasha adalah sepupu Ano yang kini duduk di bangku sekolah kelas 3 SMP, Tasha sempat suka kepada Nata saat pertama bertemu, dan Nata mengetahui fakta itu.

Nara memutar bola matanya.

"Ayok ke rumah Eyang Ti. Kita gombalin Tasha bareng-bareng." Nada bicara Nara ketus, lalu berjalan didepan Nata.

Nata menyusul, menyamakan langkah Nara, menautkan jari miliknya dengan jari Nara.

***

PRETENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang