4

23 0 0
                                    

"Ta, yuk ke cafe, gue di halte."

"Oke, OTW."

*

Nara dan Nata duduk berhadapan, di dekat jendela kaca yang besar. Tentu saja Nata yang memilih tempat duduk ini. Milan Cafe, cafe menarik bergaya klasik.

"Ra, kayaknya gue percaya sama love at the first sight, deh." pandangan Nata ke arah jendela, pikirannya seperti masih dipenuhi oleh Nata, Nata cewek.

"Oh, terus janji kita bertiga?" tanya Nara santai sambil mengunyah keripik kentangnya.

"Janji tetap janji lah." mata Nata masih memperhatikan keadaan di luar kaca, namun tangannya bergerilya mencari keripik kentang Nara. Putus asa, karna Nara bebal tidak menyodorkan keripik kentangnya, Nata mendengus. Menempatkan tangannya ke tempat semula.

"Tadi Ano aneh banget tau." ucap Nara setelah menghabiskan keripiknya yang terakhir.

Don't you go and carry on with your life
It was a one night stand 'til I woke up next to you

Nara mengecek ponselnya. Ano Calling.

"Halo, Ra? Masih di MC?"

"Iya."

"Gue OTW."

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Ano, tidak biasanya seperti ini, Nara mengumpat.

"Ano mau kesini katanya." Nara menyampaikan informasi, lalu membuka keripik kentang yang masih baru dan menyantapnya.

Kriukk kriukk

Nata menatap Nara dari sudut matanya.

Nara membalas tatapan Nara dengan air muka yang seakan menyampaikan apa?

"Beli keripik berapa sih lo? Gue minta ga dikasih juga! Pedit! " Nata merampas keripik Nara.

"Lo gak bilang minta!"

"Lo gak ngasih!"

"Ngomong gak usah pake otot!"

"Gue ngomong pake mulut!"

Mereka berdua beruntung, karena pengunjung cafe siang ini sepi.

Ano yang melihat Nara dan Nata dari luar jendela yang sepertinya sedang berantem, tergesa menemui mereka. Dan Ano tidak sendiri.

"Wo wo wo...., ada apaan sih?" Ano melerai mereka.

Dua-duanya menatap Ano, mematikan. Dibelakang punggung Ano muncul gadis anggun.

"Hai." Sapa gadis itu.

"Nata?" ucap Nata.

"Nata?" Nara dan gadis anggun itu mengucapkan dengan nada yang sama dan waktu yang sama.

'Astaga cowok cute itu, darimana dia tau nama gue? Jangan bilang dia Arey?' batin Nata -cewek-

Ano terkejut, -ok, Ano lebay- Nata menggaruk tengkuknya, Nara bengong.

"Um, apa gue perlu memperkenalkan diri?" tanya gadis bernama Nata itu, mencairkan awkward moment.

Nara tersenyum, mengulurkan tangannya "Gue Nara."

Gadis itu ikut tersenyum dan menyalami tangan Nara. "Nata."

"Ini juga Nata!" Ano merangkul Nata.

"Ah? Eh, buk-bukan, gu-gue Arey" Nata gelagapan, ucapannya dipotong Nara.

"Halah nama dia Nata juga tau. Haha, kalian jodoh jangan jangan. Eh, jangan sih kalo jodoh sama dia nanti keturunan lo ngeselin." Nara mengakhiri ejekannya.

"Yang manggil gue Nata cuma kalian berdua, sotoy." gerutu Nata.

'Jadi dia emang Arey? Masih inget gue nggak ya?' ucap Nata cewek dalam hati, matanya berbinar.

Nara memeletkan lidah. Sebelum Nata sempat membalas Ano membuka mulut.

"Ta, duduk Ta." ajak Ano

'What a kind you are, Ano.' batin Nata

Kedua Nata pun duduk.

"Maksud Ano, Nata cewek, lho, ya. Ya gak No?" timpal Nata.

"Iya, Ra. Nata cowok, berdiri berdiri!" canda Ano

"Cih." Nata, sahabat mereka mendecak.

Karena merasa tidak enak hati kepada Nata cowok, Nata cewek menyarankan,"Ng, kalian panggil gue Desta aja deh ya supaya gak bingung."

"Emang nama lengkap lo siapa?" tanya Nara, sembari membuka keripik kentang dan memberikannya kepada Ano.

"Sadesta Avnina Willonata." gumam Nata, namun tatapannya kosong, Nata juga tidak sadar dirinya bergumam seperti itu.

"Sadesta Avnina Willonata." jawab Nina, lalu tersenyum.

Nara yang melihat gerak mulut Nata tadi, memicingkan mata, terheran-heran. 'Kok air mata buaya dangdut tau?'

"Hmmm, Willonata. Cantik ya nama lo, kayak orangnya." Ano menyenggol Nata.

Nata hanya mendengus, meminum icenya, lalu mengambil rubik berukuran sedang yang ada disaku celananya, Nata menunduk, memainkan rubiknya yang acak, menaruh rubiknya diatas meja, memainkan rubik baru yang acak, 3 detik kemudian menaruhnya lagi dimeja, sampai rubik ke 7, lalu Nata meminum icenya lagi, memainkan rubik acak lagi.....

Nata tidak sadar bahwa ia diperhatikan oleh teman-temannya, tatapan mereka kepada Nata seperti tidak dianggap, suara didalam cafe seperti teredam dikuping Nata, sampai pada rubik ke 13 Nata berhenti.

Ano melempar rubik yang ia punya, lalu diselesaikan oleh Nata, lalu melempar lagi dan diselesaikan lagi, melempar rubik lagi, dan ....

Nata mengangkat kepalanya, menatap bego mata teman-temannya yang menatap dia.

"Ikut main?" tawarnya dengan wajah bego, dan menyodorkan rubik yang ia pegang.

Ano, Nara dan Desta menggelengkan kepala.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRETENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang