»1

605 7 0
                                    

*Shifa pov*

"Shifa! Kau tidak kapok-kapoknya ya cari masalah disekolah ini!" Aku hanya diam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut guru yang selalu saja mengganggu hidupku. Di matanya aku ini serba salah. Kau tau aku hanya menggunakan sepatu kesukaanku berwarna biru muda. Aku tau kalau perturannya di sekolah ini harus menggunakan sepatu berwarna hitam dan selain itu tidak boleh. Sebenarnya sama-sama sepatu apa salahnya?

"Kau ini tau peraturan kan?" ucapnya sedikit meninggi.

"Hemm" Aku hanya berdeham. Aku malas meladeninya. Aku tidak mau mendengar ocehannya lebih banyak lagi.

"Sekarang lepas sepatu kamu! Sepatu kamu ibu tahan!" katanya tegas sambil menunjuk sepatuku yang masih kupakai.

"ah tidak-tidak. Lagi pula apa bedanya sepatu biru dengan warna hitam. sama-sama sepatu. Kalau sepatu saya di tahan, saya harus pakai sepatu mana pulangnya? tuhan kenapa guruku kejam sekali" ucapku tanpa dosa. tapi itu kenyataannya jika sepatuku ditahan aku pulang tidak beralas gitu?.

"Baik ibu maafkan kali ini. tapi di lain kali kamu masih menggunakan sepatu itu. tak segan-segan ibu membakarnya di depan muka kamu."

"Yayaya baiklah. Sekarang apa saya boleh kembali?"

"Silahkan" Ucapnya singkat. Aku berdiri dari kursi dan keluar dari ruangan neraka ini. Ini ruangan BK. Aku memang sudah sering ke ruangan itu. Karena masalah-masalah yang kubuat. Padahal aku tak melakukan sesuatu yang fatal. mereka memang berlebihan. dan aku benci peraturan yang mereka buat.

Aku kembali kekelas yang ternyata sudah ada guru Sejarah. Saat aku memasuki ruang kelas semua mata tertuju padaku termasuk guru itu.

"Darimana baru masuk? kabur lagi?" sindirnya. Aku memang sering kabur dari pelajarannya. Karena setiap pelajarannya selalu membuatku mengantuk.

"Siapa bilang. Saya tadi dari ruang BK." ucapku enteng.

"Kau selalu saja berbicara enteng. sekarang kamu duduk" Aku berjalan menuju kursiku yang terletak di barisan belakang. Aku malas mendengarkannya. Aku memasangkan earphone pada telingaku. Dan tak lama aku tertidur.

Sampai suara bel pulang berbunyi, aku terbangun dan langsung merapihkan barang-barang yang berada diatas mejaku. Pelajaran tadi memang pelajaran terakhir, maka dari itu juga aku selalu mengantuk. Aku menggendong tas-ku lalu pulang.

***

*Radi pov*

Sudah kesekian kalinya gadis itu menerima amarah dari guru-guru disini, tak terhitung sudah berapa kali dia masuk ke ruang konseling. Aku hanya bisa melihatnya, aku tak dapat melakukan apapun saat ini, belum saatnya pikirku.

"Darimana baru masuk? Kabur lagi?" ku dengar suara guru sejarah kami menyindir gadis itu.

"Siapa bilang. Saya tadi dari ruang BK". Sepertinya gadis itu sudah tak mau memikirkan lagi pendapat orang mengenai dirinya. Dia menjawab pertanyaan Bu Grita dengan enteng. Ku menatap tajam mata nya dengan mata elang ku. Entah dia sadar atau tidak. Aku mengenalnya namun mungkin dia tak mengenalku.

Lebih tepatnya dia memang tak pernah mengenalku. Laki-laki kutu buku yang tidak populer. Yang tempat tongkrongannya tak jauh-jauh dari perpustakaan. Jam istirahat berbunyi aku mengeluarkan handphone ku untuk menelfon seseorang, pada dering ke tiga telfonku diangkat.


"Merak udah ada dalam pandangan gue, trus gue harus apa lagi", suara disana menjawab "lu awasin aja dulu dia. Gue belom tau sanca mau lakuin apa ke dia. Tapi yang penting sekarang lo mastiin dia aman"

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang