Sad, Beautiful, tragic love

721 7 1
                                    

This is my third story! So, enjoy it! Leave a comment, or press the vote button if you like it, thank you. :) 

“Hei, kau sudah sadar? Teman-teman.. Willy telah sadar!”

Pusing, dan bingung. Itulah yang pertama kali kurasakan. Dimana aku? Ah, bau ini. Bau obat-obatan yang dari dulu tak pernah kusuka. Hmm, mungkin aku sedang berada di Apotek. Tapi, bagaimana seseorang bisa berbaring di Apotek? Bukan, bukan di Apotek. Kurasa aku sedang berada di rumah sakit. Ya benar, rumah sakit.  Hey, apa yang telah terjadi padaku sampai-sampai aku bisa berada di sini? Ah, sial! Mengapa aku tak dapat mengingat apapun? Semakin aku mengingat, semakin sakit kepalaku dibuatnya.

“Willy! Syukur kau telah sadar. Kau tau, Kau sudah tidur selama tiga hari berturut-turut. Kami semua khawatir dibuatnya.”

Siapa cowok ini? Mengapa wajahnya terasa asing bagiku? Lagipula siapa aku? Aku hanya memandanginya dengan tatapan aneh, bercampur bingung. Setelah itu beberapa cowok lainnya mulai mengerubungiku. Tampak sekali bahwa mereka sangat gembira menyadari aku telah siuman. Mereka, dengan semangatnya menyakan semua hal tentang keadaanku sekarang. Mulai dari apa yang kurasakan, bagian tubuh mana yang masih sakit, dan masih banyak lagi. Aku jadi semakin bingung. Sebenarnya siapa mereka? Tuhan, kumohon, tolong aku.

Kejadian yang sangat membingungkan ini terus berlangsung  sampai salah satu dari mereka menyatakan ingin pulang. Mengetahui hal itu, dengan sumringahnya aku memperbolehkan mereka untuk segera pulang. Bukan, bukan aku tak suka menerima tamu atau pembesuk, malah aku sangat senang mengetahui ada orang yang mau repot-repot datang ke sini hanya untuk melihat keadaanku. Bukankah itu menunjukkan betapa besar perhatian mereka terhadapku? Tapi, tidakkah kau tahu rasanya berada di sekeliling orang yang sama sekali kau tak merasa mengenalnya? Bayangkan, tadi ada sekitar lima orang di sini dan hebatnya aku tak merasa mengenali salah satupun dari mereka! Hah, Aku merasa aneh. Ya, sangat aneh.

Awalnya kukira mereka salah masuk kamar. Tapi melihat mereka yang sepertinya sangat mengenalku, aku mulai berpikir kalau mungkin aku yang lupa dengan mereka. Agrhh, apa yang terjdi padaku akhir-akhir ini? mengapa aku tak bisa mengingat apapun? Hah, bahkan akupun lupa siapa aku. Tapi, bagaimana itu bisa terjadi? Ah, apa mungkin aku terkena.. terkena  amnesia?

Tiba-tiba seorang suster muda masuk ke ruang inapku, dia mengatakan kalau ingin memeriksaku. Tak mau membuang kesempatan, kutanyakan semua hal yang sampai saat ini sangat membingungkanku padanya. Mulai dari siapa aku, apa yang telah menimpaku, sampai siapa sebenarnya gerombolan laki-laki yang tadi menjengukku.

Suster itu menjawab satu persatu pertanyaanku dengan sabar dan lembut. Darinya kutahu kalau aku adalah salah satu korban tabrak lari saat sedang dalam perjalanan pulang ke rumahku di malam hari. Katanya, aku sempat tidak siuman selama tiga hari dan kini kakiku sedang di-gips karena patah tulang akibat kecelakaan itu. Juga, suster itu mengatakan aku terkena amnesia.Oh, Tuhan. Cobaan apalagi yang Kau berikan? Bagaimana aku dapat melanjutkan aktivitasku di luar sana jika keadaanku yang seperti ini? Apalagi suster itu juga menambahkan kalau aku harus dirawat di sini sampai beberapa minggu lagi. Ah, pasti sangat membosankan.

Beberapa saat kemudian, sang suster  mengatakan kalau tugasnya sudah selesai. Sebelum dia meninggalkan kamarku, dia meminjamkan sebuah kursi roda untukku. ‘Mungkin kau ingin jalan-jalan’ teringat lagi kata-kata suster tadi. Ah, sungguh suster yang baik

Setelah sang suster pergi, aku merasa kesepian. Ya, sangat kesepian. Aku menginginkan semacam hiburan. Tapi, adakah yang namanya hiburan di tempat suram ini?

‘Hahahahaha’

Terdengar suara tawa ceria dari anak-anak kecil. Aku penasaran, darimana suara itu berasal? Aku mendongkakkan kepalaku keluar dari jendela kamarku yang lumayan besar. Dan ternyata benar, ada sebuah taman indah yang tak terlalu ramai yang terlihat dari jendela kamarku. Di sana kulihat ada segerombol anak kecil yang sedang bermain bersama seorang gadis yang kurasa seumuran denganku. Wajah mereka sangat ceria dan tak jarang mereka tertawa bersama karena lelucon yang ceritkan gadis itu.

Ah, Aku tertarik untuk mengenal gadis itu lebih dalam. Gadis itu terlihat sangat menyenangkan. Wajah cantiknya berwarna putih bersih, hanya sedit pucat, menandakan kalau dia sedang sakit. Tentu saja! Jika tidak, mengapa dia di sini? Ah, sudahlah! Hmm, tapi dari binar mata ceria, senyum indah, juga tawa lepasnya terlihat sekali dia gadis yang periang, seolah dia tak sedang sakit. Hmm, gadis yang menarik. Apa sebaiknya aku ke sana? Menemuinya hanya untuk sekedar berkenalan dengannya? Kulirik kursi roda yang baru beberapa menit lalu dipinjamkan suster padaku. Kursi itu seolah memanggilku untuk mendudukinya. Baiklah.

Sad, Beautiful, tragic loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang