Part 1# Firts Day

97 13 2
                                    

Tes
Tes

Butiran seperti crystal itu jatuh tanpa di komando dari mata Cainilla. Mengingat masa - masa dimana dia selalu di nomor duakan. Kejadian lalu selalu saja melintas tanpa diinginkannya.

Menjauh dari orang tuanya membuat Cainilla jauh lebih baik. Kehidupannya berubah semenjak ia hidup bersama Omanya.
Yaa walaupun harus berhubungan jarak jauh dengan Arkan kekasihnya.

"Ya, semoga kamu masih menunggu aku ya Arkan"

Cainilla menatap sendu foto dia bersama kekasihnya itu. Sudah setahun lebih tidak bertemu.

Jelas tidah pernah bertemu, ya karena mereka berbeda negara. Jarak Jakarta-Singapura itu jauh. tak seperti jarak Jakarta-Depok.

"okey Arkan sebentar lagi kita akan bertemu kembali, tunggu aku"

Sebenarnya Cainilla tidak ingin menginjakkan kakinya ke tanah kelahirannya itu lagi dan bertemu dengab orang yang telah merusak masa remajanya itu. Please don't remember about it again. Hati Cainilla menolak tapi pikirannya tidak.

"Kamu harus memperbaiki hubungan kamu dan keluargamu Cain"

Nasihat Oma masih terngiang di otakku. Ya INGAT aku kembali ke Indonesia karena oma yang meminta, bukan ada lain hal.

Walaupun aku merasa gengsi untuk mengungkapkan sebenarnya aku merindukan tanah airku ini.

"Yeyy I'm coming Indonesia" seru Cainilla gembira saat sampai di bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Belum terlihat sang mentari di tanah Indonesia ini. Yup dia berangkat pagi buta untuk sampai di Indonesia.

05:00 WIB

"Huh masih pagi banget ini mah" keluh Cainilla saat melihat jam di tangan nya itu.

Walaupun masih pagi tapi bandara masih saja ramai orang. Entah apa yang mereka lakukan.

Cainilla menyipitkan mata ketika dia melihat seseorang yang begitu familiar di matanya.
Tanpa di sadari dia melangkah menuju orang tersebut. Memang tidak begitu kelihatan karena suasana dibandara dengan pencahayaan remang-remang.

Saat hendak sampai mencapai orang tersebut ada saja yang membuyarkannya.

BUGH

Tubuh Cainilla terhuyung jatuh kelantai. Barang-barang yang dari tadi di pegangnya berserakan berantakan.

"Aww sakit" ringis Cainilla sambil mendongak keatas melihat orang yang menabraknya itu.

Mata Cainilla membulat seketika dan langsung berdiri dan berhadapan dengan orang tersebut.

Oh Shit!! Ingin marah tapi tidak bisa. Sungguh tak enak hati jika mengomel dan malu. Laki-laki tampan yang sekarang berada dihadapannya itu melirik kesal dan sinis.

"Kalo jalan itu bukan pakai kaki saja tapi pakai mata juga" tegur lelaki itu dan langsung pergi.

"Ish ganteng sih tapi nyebelin" cibir Cainilla dan langsung mengamati sekitar mencari orang yang tadi ingin dia dekati.

"Yah orangnya udah ilang huh, tapi siapa yaa? Sudahlah.Lupakan!" ucapnya lalu membereskan barang-barangnya dan langsung bergegas pergi.

====skip====
"Aduh, kok taksi gak ada yang berhenti sih" kesal Cainilla melihat jalanan yang cukup ramai dan sedang menunggu taksi.

"Ah mungkin aku harus ke sebrang jalan sana" ide itu muncul saja di otak Cainilla.

Sangking ingin cepat sampai rumah, Cainilla menyebrang jalan tidak menengok kanan kirinya itu kalau sekarang dia sedang berada di jalan raya.

TINNNNN

Bunyi klakson mobil yang mengagetkan itu membuat Cainilla shok dan seketika berhenti berjalan.

Sykurlah!!!

Mobil itu langsung mengerem dan sang empunya keluar untuk melihat situasi.

"Aduh mbk maaf yaa" kata maaf itu keluar dari seorang perempuan berpatas cantik. Sepertinya dia seumuran dengan Caini.

Disaat itu pula Caini langsung membuka mata.

"Syukurlah gue gak mati" ucapnya agak sedikit lega di campur shok saat melihat orang yang meminta maaf. Eh salah lebih tepatnya di samping orang itu.

"Elo itu selain ceroboh ternyata bodoh juga ya"

Yup orang itu adalah yang tadi menabraknya hingga jatuh saat dibandara.

"Udah-udah, lo gak papa kan?" ucap gadis cantik itu dengan lembut.
Baik sekali gadis ini tidak seperti disebelahnya itu sangat amat menyebalkan. Dalam hati Caini barucap.

"Oh gue gak papa kok cuma agak sedikit shok" ucap Cainilla diiringi senyumnya yang bisa membuat orang meneguk ludahnya.

"Okey sebagai minta maaf, gue bakalan antar lo pulang kerumah! Gak boleh nolak okey! Di daerah sini itu jarang taksi yang lewat" ucap gadis itu panjang lebar. Ternyata dia orangnya agak sedikit memaksa dan perhatian banget.

Terlihat wajah yang sulit diartikan pada cowo itu.

"Kenapa kita musti ngantar dia pulang sih" tolak cowo itu dengan memasang wajah kesal, tak suka, dan benci.

"Yaudah kalo gak boleh gue papa kok naik bis aja kalo gak ada taksi" ucap Cainilla agak sedikit jengkel tapi ia tutupi dengan senyummya lagi.

"Eh apaan sih Rez nggak ya pokoknya kita harus anterin dia pulang sebagai tanda maaf kita. Lagian kan elo nya juga yang salah nyetir gak liat-liat"
omel gadis cantik itu pada cowo yang dipanggil Rez itu.

"Yaudah-yaudah gue anterin gue pengen sekolah, cepet naik atau gue tinggal" oh dia rada sedikit baik tapi dia gengsi. Batin Caini tertawa.

Sampailah mereka didepan rumah yang megah. Caini keluar mobil dan berucap terima kasih.

"Eh makasih ya tumpangannya" ucap Caini saat dia sudah berada di samping mobil Rez itu.

"Ah iya sama-sama. Btw ini rumah lo?" tanya gadis itu sambil mengamati halaman rumah Caini dari kaca mobilnya yang terbuka itu.

"Iya, elo mau mampir dulu?" tawar Caini dan membuat gadis itu terkekeh.

"Eh makasih tapi gue juga lagi buru-buru pulang. Tapi bolehkan kapan-kapan gitu gue main kesini" tanya gadis itu dan membuat Caini tertawa.

"Ya bolehlah, mainlah kalo ada waktu gituhhh" ucap Caini dengan senyum mengembangnya.

"Yaudah gue balik dulu ya bye" ucap gadis itu dan meninggalkan Caini.

Cainilla jalan menuju pintu rumah yang sudah ia rindukan ini. Tapi mengingat masa" lalu membuat hatinya sedikit tergores.

"Assalamualaikum" ucap Cainilla sambil memencet bell rumah tang megah itu.

Setelah menunggu beberapa menit terbukalah pintu dan munculah seseorang yang sudah membatu di keluarga ini sebelum ia lahir.

Ternyata yang Caini harapkan tidak terwujud.

LATEWhere stories live. Discover now