Cainilla POV
Setelah beberapa saat menunggu, pintu terbuka dan mempakkan sosok wanita paruh baya yang selalu ada bersamanya dikala orang tuanya pergi.
"Ya ampun Non Caini sudah sampai"
Yup wanita itu adalah Mbok Inah assistant rumah tangga keluargaku ini sejak aku dan kakakku belum lahir.
Aku memasuki rumah yang megah dan indah ini. Tapi mendadak hatiku menjadi kelam. Dimana keluargaku yang sesungguhnya?.
"Mbok aku langsung kekamar aja ya mau langsung tidur...capek" pamitku kepada Mbok Inah dan langsung menaiki tangga menuju ruangan paling awal disaat memasuki lantai dua ini.
Saat sudah sampai didepan kamar, dan itu membuatku terkejut.
Grisellda's Room
Aku menghela nafas pelan merasakan sesak didada. Ruangan yang seharusnya aku tempati itu sampai kapanpun sekarang sudah menjadi hak orang lain.
Sejenak aku melihat keadaan lantai dua ini. Sungguh sudah berubah. Aku langkahkan kakiku menyusuri lantai dua ini mencari kamar kosong. NIHIL.
Di lantai dua ini hanya ada 4 ruangan. Yaitu pertama kamar Andira adik perempuanku dan kamar ku yang sekarang milik Grisellda, satu ruangan lagi adalah ruang bermain anak alias banyak barang-barang masa kecil kami yang bertumpuk disana dan tertata rapih. Ada lagi kamar yang bekas Grisellda itu juga berada di lantai dua.
Aku teringat masih ada lantai 3 dirumah ini. Mungkin saja ada kamar yang kosong untukku.
Oh iya kamar Grisellda yang dulu sudah disulap menjadi ruang karaoke atau home teather pribadi yang tak sengaja aku buka karena penasaran.Aku menaiki tangga untuk kelantai tiga yang lebih kecil dari tangga sebelumnya.
Hanya terdapat 2 ruangan. Aku melangkah menuju salah satu ruangan itu dan ku buka pintunya.
Nah ketemu ini adalah ruangan yang sedari tadi aku cari. Kamarku. Kenapa aku mengenalinya, ya karena terlihat dari barang-barangku yang sudah menemaniku sejak dulu.
"Gue harus bisa nyaman di kamar ini. Bismillah" aku berdoa supaya aku tenang berada di kamar baruku ini yang sebelumnya adalah gudang.
Aku meletakkan koperku disebelah kasir dan ku langsung membuka gorden untuk melihat alam luar dan ku melihat ada balkon rumah dan pintunya yang menyerupai kaca.
Sangking penasaran dengan balkonnya dan terlihat apa saja jika berdiri disana, aku langsung menggeser pintu tersebut dan aku bisa melihat gedung-gedung menjulang tinggi itu dari sini.
"Tidak begitu buruk" responku dan sedikit ku menikmati waktu fajarku disini hingga matahari terbit.
Disaat matahari ingin menampakkan dirinya tanganku sudah sigap dengan kamera SLR ku untuk memotret keindahan alam itu dari balkonku ini.
KLIKK
Satu bidikan tepat mengenai objeknya. Terukir senyum mengembang di bibirnya.
"Yesss berhasil"
Tak lupa aku pun ingin mengabadikan momen ini bersama diriku. Aku mengeluarkan ponsel dan megarahkan kamera dan membidik wajahku yang sedang menikmati pagi dan terkena cahaya matahari terbit.
"Lumayan bagus lah"
Karena pantulan cahaya matahari yang mengenai wajahku itu bidikan menjadi bagus aku pun meng-upload di jejaring sosial yaitu instagram dengan caption"enjoy this morning with the cool dew and sunlight 🍃⛅️"
Tak butuh waktu lama untuk mendaptkan likes. Wajar saja gadis ini memiliki paras yang cantik.Aku hanya sekedar melihatkan enjoy nya dipagi hari. Tak ada niat apa pun. Dan aku merasa sedikit senang disaat membaca comment yang positif dan mengatakan diriku sangat cantik.
Aku tidak merasa diriku cantik. Aku merasa diriku sama seperti mereka yang biasa saja.
Sangking ke enakkan membaca dan membalas comment aku pun lupa jika aku harus membersihkan diri dan sarapan.
"Udah jam 6 aja gak kerasa" ucapku melihat jam yang berada di ponsel dan langsung bergegas untuk mandi.
Lumayan lama untuk membersihkn diri. Setelah itu ia membereskan bajunya untuk disumpan di lemari. Dirasa sudah selesai ia turun ke bawah untuk sarapan.
"Lho mana yang lain Mbok kok gak sarapan?" tanyaku bingung saat melihat meja makan yang kosong.
"Non Grisel dan Non Andira sudah sarapan barusan dan mereka berangkat untuk sekolah sedangkan Nyonya dan Tuan sedang ada pekerjaan di luar kota sejak 2 hari yang lalu"
Jelas Mbok Inah dan aku pun hanya pasrah. Kembali ke Indonesia saja tidak disambut.
Dan aku hanya sarapan di temani suara sendok dan piring yang saling beradu. Aku kembali menuju lantai atas untuk beres-beres kamarku yang lumayan kotor.
Dan selesai itu aku merasa sedikit bosan berada dirumah yang besar ini sendirian yang artinya tak ada yang bisa diajak curhat.
Aha! Aku punya ide untuk agenda hari ini.
Lanjut?????
Vote and comment yaa.
YOU ARE READING
LATE
Teen FictionMenjadi orang yang selalu sempurna itu memang sangat sulit -Cainilla Penyesalan memang selalu berada di akhir -Akran