blu's outfit on top!
.
'ada lagi, mum?' calum bertanya, figur tingginya bersandar pada pintu depannya yang setengah terbuka. joy, ibu dari anak berambut hitam itu hanya menggeleng dan tersenyum, mengucapkan terima kasih sekali lagi sebelum calum keluar dari rumah itu untuk membeli kebutuhan sehari-hari mereka. lalu akhirnya calum-pun menutup pintu dengan perlahan dan menuruni tangga terasnya.
ia mulai berjalan, memeluk dirinya sendiri karena dinginnya malam itu. hoodie hitam yang ia kenakan kelihatannya bukanlah perlindungan terampuh dari suhu malam itu. tangan calum dengan erat menggenggam secarik kertas yang diberikan joy dengan kuat, sangat takut angin malam pada saat itu bisa menghembus catatan kecil dari ibunya yang berisi daftar barang-barang yang harus dibeli.
tidak ingin terdengar tinggi hati - tetapi calum bisa mengingat semuanya diluar kepala. hanya saja joy memaksanya untuk membawa daftar belanja itu, in case calum tiba-tiba lupa apa yang harus dibeli. calum hanya bisa tertawa saat mendengar hal itu. ia tidak pernah lupa akan hal itu.
sneakers tua calum bergesekkan dengan aspal keras yang berpermukaan tidak rata, menimbulkan suara yang tidak sama sekali ingin ia dengar. supermarket kecil yang ingin ia tuju tidak terletak terlalu jauh, mungkin sekitar satu atau dua blok dari rumahnya.
masih saja ia merasa sungguh malas, karena sebelum itu ia sedang berada di dalam zona nyamannya, bersembunyi dibawah selimutnya yang hangat dengan laptopnya dan netflix terbuka. berjalan lima ratus meter bukanlah cara yang baik untuk menghabiskan waktu liburnya.
sesekali ia akan mendengar suara-suara aneh dari sekelilingnya, menyebabkan peluhnya jatuh dan matanya dengan gugup melirik ke kanan dan kiri. 'wow, thanks mum. sekarang aku akan mati sebelum aku bisa menerima ijasahku.' ia mengesah takut, berbisik pada dirinya sendiri.
sebelum ia bisa memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat ia dibunuh, which won't happen, calum tersadar dari khayalannya, matanya mulai terfokus dan melihat cahaya biru terang dari supermarket yang sudah ia cari.
akhirnya, batin calum. dengan kakinya yang pegal ia melangkah lebih dekat, lebih cepat dari sebelumnya. ia sudah tidak sabar untuk segera kembali tenggelam dalam selimutnya dan menonton ulang finding nemo. hey, bukan salahnya jika ia selalu menangis pada bagian akhir film itu.
dengan malas ia membuka pintu supermarket itu dengan bahunya, dan benar saja, pintu itu berderit terbuka, meskipun pada awalnya agak tersangkut. calum disambut oleh aroma yang memuakkan, lalu ia melihat bangkai tikus dilantai yang berdebu, juga cahaya yang redup menerangi remaja yang berdiri di belakang kasir. anak itu terlihat seperti ia ingin membunuh calum.
okay then, what a fun place to shop! ia melontarkan pernyataan sarkastiknya dalam hati.
keraguan memenuhinya saat ia hampir melangkah kedalam. tetapi pada akhirnya ia harus masuk juga, kan? jadi ia melangkah masuk. dan pada saat ia berpikir bahwa supermarket itu tidaklah terlalu buruk, sepatu barunya menginjak sesuatu yang menimbulkan suara remuk yang masuk ke telinganya.
cheetos.
calum bergidik geli, terburu-buru mengangkat kakinya dan berlari dari tempat dimana ia berdiri. dengan cepat ia merogoh kesakunya, lalu mengambil kertas belanjaan itu dan membacanya. hal pertama yang ia lihat adalah 'lots and lots of chocolate!' ditulis dengan dua hati diawal dan akhir kalimat itu, tinta pink yang agak luntur terlihat mencolok diantara tulisan lainnya yang menggunakan tinta hitam.
cal memutar bola matanya, pasti itu tulisan mali, who is on her period. kapan lagi kakaknya mau memakan makanan berlemak tinggi? ia memutuskan untuk tidak membelikan kakaknya batangan coklat itu.
'jika ia menginginkan makanannya ia bisa membelinya sendiri.' calum berpikir lalu mengangkat bahunya. sebelum perasaan bersalah bisa menelannya hidup-hidup, ia segera bergerak ke lorong obat-obatan setelah melihat bahwa kata 'aspirin' tertulis di kertasnya.
ia sempat bingung untuk apakah ibunya membutuhkan aspirin, karena joy hampir tidak pernah meminum alkohol. lalu calum ingat, pasti mali lagi.
kakaknya memang sangat gemar mengunjungi frat parties, karena pacarnya sendiri adalah seorang frat boy. calum memutuskan untuk tidak membeli obat itu juga. hey, ia juga harus berusaha membeli aspirin ini sendiri, lagipula ia juga yang membutuhkannya, batin cal.
satu persatu barang di list-nya tercoret, dan anak aussie itu mulai merasakan langkahnya lebih ceria karena itu semua berarti ia bisa kembali ke kamarnya dan menghindar dari tatapan dingin sang kasir. setiap detik yang terbuang disitu membuat calum semakin ingin muntah, karena jujur saja, aroma tikus dan kucing mati disitu bukanlah percampuran yang baik.
sebelum calum bisa menyerahkan belanjaanya ke kasir ia bisa melihat sesuatu atau seseorang bergerak di ujung matanya.
what the.
dengan cepat ia menoleh ke arah kirinya. gadis yang kira-kira seumuran dengannya jatuh di titik pandang calum. bralette hitam yang dikenakan gadis itu terlihat sangat kontras dengan kulit pucatnya, tindik yang ada di pusarnya bersinar dibawah sinar bulan dari celah kecil di ventilasi. wajah dan raut gadis itu tidak terlihat jelas, tetapi dari gerak-geriknya ia seperti terburu-buru.
mata calum melirik ke bawah, melihat combat boots yang dikenakan gadis itu dan ripped jeans yang menunjukkan lututnya.
cal bergidik takut didalam hatinya. perempuan tidak seharusnya memakai baju seperti ini di malam hari. hal yang menguntungkan adalah bahwa jaket denim yang dikenakan gadis itu cukup untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka.
jari-jari kurusnya yang terpoles dengan cat kuku hitam sangat lincah mengambil beberapa pak rokok yang ada di etalase, lalu memasukkannya kedalam saku jaketnya.
what on earth just happened?
gadis itu sudah tanpa ragu lagi sedang mencuri. calum hanya bisa bergetar ditempat kakinya berpijak, belanjaannya serasa akan jatuh kapan saja. itulah pertama kalinya ia pernah melihat langsung suatu pencurian.
dengan gugup ia menoleh kearah kasir, ingin memastikkan bahwa kasir itu akan menegur si gadis, sehingga calum tidak harus berbicara pada gadis berambut hitam itu.
pastinya akan sangat canggung jika percakapan diantara pencuri dan pahlawan hari itu benar-benar terjadi. sang kasir ternyata hanya dengan santai berdiri sembari meniup permen karetnya, tatapannya kosong seakan-akan ia lebih baik digantung diatas mulut gunung berapi daripada berdiri disitu.
pada akhirnya calum memberanikan diri untuk berjalan menuju gadis itu dengan lutut yang lemas dan wajah yang berkeringat.
langkah demi langkah ia berjarak semakin dekat dengan gadis itu. fitur wajahnnya sudah mulai jelas sekarang. dari samping, calum bisa melihat tindikan hitam pada alis gadis itu, hidungnya yang kecil dan bibirnya yang ditutupi lipstick maroon, serta matanya yang berwarna hijau pudar. sangat cantik, pikirnya.
tapi ia pencuri.
sebelum calum sempat mencolek bahu gadis itu, sepatunya menginjak sesuatu yang terdengar seperti bungkus plastik sebuah permen, yang tentunya menimbulkan suara dan tentunya menarik perhatian gadis itu, yang jaraknya hanya mungkin dua langkah dari calum. oh no.
hati calum berdetak sangat kencang saat gadis itu berbalik kearah calum.
mata hijaunya menunjukkan rasa kaget, dengan sedikit ciprat kecemasan pada ekspresinya. pupilnya mengecil saat melihat calum, tetapi pada detik berikutnya ujung bibir gadis itu melengkung keatas, dengan sebuah senyum tulus berada di wajahnya.
'hi, i'm blu.'
.
a vote would be nice! also feedbacks are always appreciated. sorry for my mistakes and thanks for reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
blu - cth [ on hold ]
Fanfictioneverything about her was blue, her name, her jacket, and her days. written in bahasa, nerd! calum. ©lrhtears, 2015. [ cover by me ]