Part 2

211 10 0
                                    

Tinn.. tinnnn....

Suara klakson mobil yang beradu dengan deru hujan mengagetkan Oren yang masih duduk bersandar di halte. Dia bingung. Itu bukan mobil Ayahnya. Tapi tak ada satu orang pun disini selain dirinya. Itu artinya suara klakson tadi ditujukan untuk dirinya bukan?

Oren hanya memandangi mobil itu dengan tatapan bingung tanpa melakukan apa pun. Dia takut akan diculik oleh pengendara mobil tersebut. Tiba-tiba seorang cowok keluar dari mobil itu dan berlari kecil menerobos hujan menuju ke arahnya.

Oren terlonjak kaget saat melihat siapa cowok itu. "Elo... ngapain disini?" tanya Oren langsung. Dia bingung kenapa Eza ada disini.

Eza menatap Oren tidak percaya, "Menurut lo? Asal lo tau, gue ga bakalan ninggalin cewek sendirian di halte cuma karena tawaran pulang barengnya ditolak."

Oren melongo, "Tapi kan tadi lo dengan santainya langsung ninggalin gue..."

"Ga usah bawel cepet ikut gue!!"

Dengan sigap, Eza menggandeng tangan Oren untuk menuju ke mobilnya. Tangannya dingin. Dingin sekali.

Tiba-tiba Oren menyentakkan genggaman tangan Eza dibawah guyuran hujan. "Gue ga mau ikut! Siapa lo maksa-maksa gue hah?" Oren mendelik tajam ke arah Eza. Suaranya gemetar. Dingin air hujan serasa menusuk tulang-tulangnya.

"Lo mau mati kedinginan disini? Ga usah batu jadi orang! Cepet masuk."

Dengan sangat terpaksa Oren masuk ke mobil. Sebenarnya dia juga sudah tidak kuat dengan dingin yang menyeruak. Buku-buku jarinya sudah memutih. AC mobil kini membuat dirinya semakin menggigil.

Sepanjang perjalanan, Eza hanya terdiam. Tidak peduli sedikitpun dengan kondisi Oren yang sedang kedinginan. Oren pun tak ingin membuka percakapan. Ia hanya sibuk memandang keluar jendela, melihat pepohonan yang diguyur hujan deras. Tapi, sebersit pertanyaan muncul di dalam pikirannya. Apakah Eza tahu dimana rumahnya?

Dengan sedikit takut, Oren membuka suara, menoleh ke arah Eza, "Rumah gue di Palem Indah blok B - 9."

Eza hanya menoleh ke arahnya. Menatapnya dengan mata yg disipitkan. Oren salah tingkah karena ditatap seperti itu. Entah kenapa Eza kelihatan lebih menawan. Apa karena rambutnya yang basah? Oren pun tak tahu. Buru-buru Oren mengenyahkan pikiran itu.

Karena tidak tahan, Eza menghentikan laju mobilnya dan mengambil sesuatu di jok belakang.

"Pake ini." Eza menyodorkan hoodie berwarna navy.

Oren hanya terbengong.

"Cepet pake! Gue jadi ga fokus nyetir gara-gara seragam nerawang lo," Eza memandang tubuh Oren dengan geli.

Oren spontan melihat seragamnya yang benar-benar nerawang.

Gila!!!! Kenapa gue baru sadar anjirrrrrr!!!!!!

Oren hanya mengumpat dalam hati. Mukanya memanas, malu. Dengan cepat dia memakai hoodie yang diberikan oleh Eza.

Wangi banget! Ini satu botol disemprotin semua kali ya..

Eza pun hanya tertawa melihat Oren yang kelihatan malu sekali.

"Diem lo!! Ga ada yang lucu tau!! Seneng kan lo liat tontonan gratis?!"

ORENVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang