Satu : Awal Mula Petaka

189 10 0
                                    

"Ma," sapa Fanya hangat saat memasuki pintu ruang rawat Sonya, Mamanya. Sonya tersenyum hangat melihat kedatangan putrinya itu, "Hai, Sayang."

"Ma, tebak aku datang bersama siapa ke sini," ucap Fanya berbinar-binar. Sedangkan Sonya hanya bisa mengerutkan keningnya.

"Memangnya siapa?" Sonya menatap anaknya dengan bingung.

"Aku datang bersama Kayla dan Tante Inggrid," Fanya membuka lebar-lebar pintu masuk ruang rawat Sonya. Di situ terdapat dua orang wanita tersenyum simpul dengan membawa parsel buah dan beberapa makanan.

"Halo, Tante. Bagaimana keadaan Tante sekarang?" Kayla memasuki ruang rawat lalu berjalan menghampiri Sonya. Ditaruhnya parsel buah yang ia bawa di atas meja di samping tempat tidur Sonya, kemudian diciumnya tangan kanan Sonya sebagai tanda hormat.

"Tante baik-baik saja, Kay. Bagaimana dengan sekolahmu?"

"Syukurlah kalau keadaan Tante sudah baik-baik saja sekarang. Sekolahku baik-baik saja, Tante. Tapi aku masih belum bisa mengalahkan nilai-nilai Fanya," Sonya, Kayla dan juga Inggrid tertawa mendengar kalimat terakhir Kayla. Sedangkan Fanya hanya bisa mendengus kesal.

"Oh, ayolah, Kay. Jangan terlalu berlebihan," Fanya memutar kedua bola matanya yang langsung disambut dengan gelak tawa.

"Sudah, sudah. Aku serius, Fanya. Kau memang sangat jenius. Oh ya, Tante, ini Mamaku," Kayla menghentikan sesi tawa itu dan langsung memperkenalkan Inggrid pada Sonya. Inggrid tersenyum sopan.

"Aku sering mendengar tentangmu dari Kayla. Maaf aku baru bisa menjengukmu sekarang," ucap Inggrid penuh sesal. Sonya hanya tersenyum simpul.

"Tidak apa-apa, Inggrid. Oh ya, kita belum berkenalan secara resmi. Namaku Sonya," Sonya menyodorkan tangan kanannya yang langsung dijabat oleh Inggrid.

"Aku Inggrid."

Fanya dan Kayla tertawa melihat Mama mereka berjabatan tangan seperti itu. Mereka berbisik-bisik lalu tertawa, dan begitu terus sehingga membuat para ibu itu jengah.

"Apa yang sedang kalian tertawakan?" tanya Inggrid kebingungan. Sonya pun kebingungan, namun Inggrid sudah terlebih dahulu menyuarakan kebingungan mereka.

"Mama dan Tante Sonya lucu. Seperti sedang berbisnis," tawa Kayla dan Fanya kembali pecah. Sonya dan Inggrid hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat tingkah anak-anak mereka.

"Memang begitu, Nggrid. Kalau mereka sudah bertemu, hal yang tidak lucu pun bisa menjadi sangat lucu," ujar Sonya pelan namun mampu membuat tawa Fanya dan Kayla berhenti. Inggrid mengiyakan dengan tegas. Fanya dan Kayla bertatapan, kemudian tertawa lagi. Sonya dan Inggrid menggelengkan kepala mereka.

"Itulah kami. Duo tawa," ucap Fanya dan Kayla bersamaan yang membuat Sonya dan Inggrid tertawa.

Sonya, Inggrid, Fanya, dan Kayla tertawa dan bercerita tentang hal-hal ringan. Mulai dari sekolah, pelajaran, menu masakan terbaru, dan banyak hal. Bahkan mereka melupakan waktu saking serunya bercengkerama satu sama lain.

"Assalamualaikum," sapaan seseorang membuat perbincangan mereka berempat terhenti.

"Wa'alaikumsalam," balas mereka berempat dengan serempak.

Kepala seseorang menyembul dari balik pintu. Ia tersenyum kikuk namun kemudian memasuki ruang rawat Sonya.

"Tumben ramai sekali," ucap Fadlan lalu memasuki ruang rawat.

"Papa!" pekik Fanya girang kemudian memeluk Papanya. Ia melepas pelukannya kemudian tersenyum manis, "Iya, Pa. Ramai, 'kan? Supaya Mama tidak jenuh karena hanya keluarga-keluarga saja yang menjenguk. Oh ya, Pa, itu Kayla, sahabatku yang sering kuceritakan, dan itu Tante Inggrid, Mamanya. Mereka benar-benar bisa mencairkan suasana, lho! Mama sampai tertawa terpingkal-pingkal karena mereka!"

Being Her StepdaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang