Chapter 1

189 11 4
                                    

Good morning, Dear.
Aku membuka kelopak mataku dan menangkap seberkas cahaya yang makin lama makin jelas terlihat di mataku. Aku mendecak sebal, hari ini aku harus berangkat pagi ke University Preparation Aboard.

Butuh bermenit-menit untuk ku beranjak dari kasur. I was a liar, I gave into the fire. I know I should've fought it, at least I'm being honest,... Handphone-ku memang menyebalkan. Kenapa harus berbunyi sekarang, eh?

"Apa? Kau bodoh sekali, harusnya kau lihat jam di rumahmu! Ini masih pukul 5. Apa maumu? Hari ini aku akan sangat sibuk." Jelasku dengan nada kesal. "Samantha Lazer, aku Mac. Hari ini juga aku sibuk, tapi aku ingin memberitahumu bahwa akan ada acara study tour ke museum. Oh ya, lagi pula sekarang sudah pukul 6." Ucap seseorang di sebrang sana.

Demi Tuhan, Mac menghubungiku pagi-pagi?

"Oh, Mac. Aku minta maaf, aku tak bermaksud untuk memakimu pagi ini. Aku, aku akan, tidak, maksudku aku sedang bersiap-siap sekarang." Responku kikuk, aku berbohong padanya.

"Bagus. Sampai bertemu di sekolah."

Seolah beribu kupu-kupu sedang terbang di perutku. Aku memang sudah lama menyukai Mac. Maksudku, siapa yang tak menyukai laki-laki seperti dia? Dia kadang baik, tampan, dan cukup pintar kurasa.

Dia sempurna di mata semua perempuan di sekolah. Entah, magnet macam apa yang ibunya berikan pada Mac saat ia kecil. Pesonanya mampu membius ratusan gadis hanya dalam hitungan detik. Laki-laki itu gila.

--- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Aku berjalan di koridor sekolah saat seseorang berjalan juga tepat di sampingku. Aku menoleh dan menangkap sepasang bola matanya yang berwarna hijau. "Kenapa kau menatapku seperti itu, Sam?" Tanyanya saat aku menatapnya dalam. "Ah kau ini, aku tak menatapmu, Bryson." Ucapku sedikit terkekeh akibat canggung dan bohong.

Kami, maksudku aku dan Bryson masih tetap berjalan bersama. Tak ada satu pun di antara kami yang memulai percakapan. Ya, walaupun hanya untuk sekedar memecah keheningan.

"Kalian berangkat-"
"No, kita bertemu di depan." Potong Bryson. Mac yang tadi bertanya hanya menatapku dan Bryson datar. Dia mengangkat satu alisnya, "Hm, kuharap memang begitu." Respon Mac tambah datar.

Kakiku melangkah ke kursi paling pojok depan. Aku duduk di sana hari ini. "Aku akan duduk di sampingmu, jika kau mengizinkan." Ucap laki-laki berjambul aneh di hadapanku. "Silakan, aku juga butuh teman mengobrol nanti." Kataku tersenyum padanya. Laki-laki itu bernama Daniel Skye. Kurasa dia adalah seseorang yang tampan setelah Mac dan Bryson. Dia sangat ramah pada semua orang, termasuk aku.

Daniel menyimpan tasnya di kursi dengan rapi. Sedetik kemudian, dia menaruh bokongnya di atas papan empuk tempatnya duduk. "Hm, sudah lama tak duduk bersama, ya?" Ucapnya bernada sangat friendly. Aku menanggapinya tak terlalu serius, karena Daniel memang sedikit humoris dibandingkan dengan Mac juga Bryson. Entahlah, walaupun aku tak begitu mengenal mereka, setidaknya kedua manusia itu bertindak dingin padaku tadi.

Jadi, tak salah bila aku menyimpulkan sifat mereka yang garing itu, kan? Lagi pula siapa peduli dengan itu?!

Sebenarnya aku tak begitu menyukai makhluk berambut hitam-blonde itu, -maksudku Mac. Dia mengagumkan memang, tapi dia sangat cuek menanggapi semua perempuan yang benar-benar menggandrunginya. Ia tak pernah merespon mereka kurasa. Maka dari itu, saat Mac mengabarkan hal kecil seperti tadi pagi padaku, aku sangat senang.

RecoveryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang