Chapter 4

81 6 0
                                    

"Tidak. Kumohon, jangan ganggu aku lagi." aku melangkah mundur lalu menutup pintuku rapat-rapat. Jo sedang menggerutu sekarang. Apa peduliku? Dia menyebalkan dan gila. Aku tidak akan pernah mau untuk tinggal satu atap dengannya. Bayangkan jika setiap hari aku harus membersihkan rumahnya yang cukup luas itu ditambah dengan mengerjakan seluruh PRnya? Tidak. Itu tidak boleh terjadi.

Setelahnya, aku segera pergi ke dapur untuk memasak makan malam. Aku hampir lupa bahwa aku akan kedatangan tamu dari Calgary. Dia Kimberly, temanku di Toronto.

Aku menyalakan kompor dan mulai memasak. Malam ini aku hanya akan membuat wiener schnitzel, kentang, dan poutine. Aku tidak peduli jika Kim akan mual dengan menunya. Dia harus tahu kalau aku tidak punya resep makanan lezat lain selain itu.

***

Segera, kubuka kenop pintuku saat seseorang mengetuk pintunya yang makin lama makin keras, kurasa. Aku harus segera membeli bell agar mereka tidak perlu merusak pintuku.

"Kau tidak perlu memukul pintunya, Kim." aku mendecak dan mendapati Kimberly sedang tersenyum sambil melebarkan kedua tangannya. "Sam, tidakkah kau merindukanku?" Kimberly terlihat girang dan mengalihkan pembicaraan. Dalam satu persetengah detik aku sudah berada di pelukannya. Dia sangat merindukanku.

"Kau tahu, suasana apartemenmu lebih nyaman daripada home stayku di Calgary. Ini mengesankan. Kau mendapakan 3 kamar padahal kau tinggal sendirian." papar Kim sambil berjalan mengelilingi apartemenku. Ia tak henti-hentinya memuji keapikanku dalam membereskan seluruh ruangan di sini.

Matanya berbinar ketika ia berdiri di depan meja makanku. "Astaga, poutine itu milikku!" Kim berlari kecil dan menarik kursinya pelan. "Terserah kau, tapi ini akan lebih membuatku kenyang." aku mengambil wiener schnitzel dan kentang, lalu memakannya perlahan. "Ya, kurasa." Kim melalukan hal yang sama denganku.

Percayalah, kami sempat makan dengan tenang sebelum Kim membuka mulutnya untuk bicara.

"Siapa yang berpikir bahwa kau pandai dalam memasak?" Kim tergelak dengan ucapanya sendiri. "Oh, aku hampir lupa untuk memberitahumu. Sam, aku akan pindah ke UPA dan melanjutkan sekolahku di sana. Bagaimana menurutmu?" Lanjutnya. Kupikir ia mulai serius.

"Selama kau senang, aku akan berkomentar bagus." aku tak mau banyak bicara. Aku sedang serius dengan makananku. "Baiklah. Omong-omong kau menyewa apartemen ini dengan harga berapa?" Kim mencondongkan badannya ke arahku seolah ia ingin tahu sebuah rahasia dariku. "$1,950." jawabku santai sebelum aku menyuapkan makananku. Aku tidak bermaksud untuk pamer, kau tahu? Aku hanya orang yang amat sangat mementingkan table manner. "Demi Tuhan, itu sangat mahal!" Kim meninggikan suaranya dua oktaf seraya membelalakkan kedua matanya. "Kimberly Playfair, bisakah kau tenang? Kau melupakan table mannermu, hah?" aku memutar bola mataku dan memandanginya kesal. "Oh, maaf. Aku hanya terkejut."

--- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Pagi ini sekolahku libur. Aku memutuskan untuk pergi ke Tranquille Sanatorium lagi, memeriksa keadaan Normani yang kabarnya sudah mulai membaik.

Sekarang masih pukul 7 lewat. Kamar Kim juga masih tertutup rapat. Entah mengapa, kakiku berjalan melangkah ke dalamnya. Sebenarnya, aku tidak berpikiran untuk membangunkan Kim sekarang, tapi kupikir kalau aku membuka gorden dan jendelanya tidak akan menjadi masalah besar untuknya, bukan?

"Sialan, Sam." umpatnya saat aku membuka gorden yang menutupi jendela besar kamar ini. Kim kembali menarik selimutnya hingga ia tenggelam di dalamnya. "Aku akan membuatkanmu sarapan. Kau mau kubuatkan apa?" Aku menarik selimutnya, mencoba mencari jawaban pasti dari Kim.

Keterlaluan. Kim tidak menggubris. Tapi 35 detik kemudian, Kim mengangkat tubuh langsingnya dan bersender di dinding. "Apapun. Lalu, apa kau akan pergi keluar hari ini? Maksudku untuk bersenang-senang?" Kim membereskan rambut singanya dan menatapku datar. "Tidak. Aku hanya akan pergi ke Tranquille Sanatorium."

RecoveryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang