1

1.9K 215 5
                                    

"Papa!!!"

Rendra tersentak kaget hingga kopi yang ia nikmati tersebur keluar dari mulutnya. Ini masih pagi, tapi kenapa putri manjanya sudah membuat keributan dengan suaranya. Rendra lagi-lagi hanya dapat mengelus dadanya.

"Papa!!!"

"Iya Yuki, kenapa?" Tanya Rendra berusaha tetap sabar.

Yuki masih dengan baju tidur pink bermotif kelinci berdecak pinggang di depan Rendra. "Maksud Papa apa?!"

"Maksud yang mana?"

"Papa ngasih aku pengawal. Apa-apaan!" Kata Yuki penuh emosi.

Yuki, gadis yang baru saja memasuki usia kepala dua. Tapi sifat kekanakan dan manjanya tidak berubah sedikitpun. Dia bahkan suka bertindak sesukanya kepada siapapun termasuk Papanya.

Pagi ini ketika bangun dari tidurnya, Mbok Nem yang biasanya membantu Yuki menyiapkan dan membangunkannya di pagi hari mengatakan. Bahwa papanya telah menyiapkan seorang pengawal untuknya hari ini dan seterusnya.

"Oh, Mbok Nem udah ngasih tahu kamu ya. Bagus kalau gitu, Papa nggak perlu ngasih tahu kamu lagi." Ucap Rendra santai, laki-laki yang telah mencapai usia kepala empat itu kembali membaca koran paginya tanpa peduli Yuki yang semakin geram.

"Pa, Yuki bukan anak kecil lagi. Buat apa punya pengawal! Yuki bisa diejek temen-temen di kampus." Suara manja Yuki mulai keluar. Jika memberontak tidak bisa membuat Papanya luluh, Yuki akan merengek sampai Papanya luluh. Selalu seperti itu.

"Papa nggak akan merubah keputusan Papa. Kamu tetap akan diawasi oleh orang kepercayaan Papa mulai sekarang. Kemanapun dan dimanapun kamu berada, dia akan menjaga kamu." putus Rendra tanpa bantahan. Membuat Yuki tidak percaya.

"Papa egois!"

"Kamu yang buat Papa jadi egois, Yuki!" kata-kata Rendra yang begitu tegas menyentak Yuki.

Papanya tidak pernah melakukan ini padanya, sekalipun Yuki membuat ulah. Papanya pasti memberinya sebuah toleransi. Tapi sepertinya tidak untuk kali ini.

Yuki kembali kekamarnya dengan cepat. Dia benar-benar kesal. Padahal ini masih pagi.

Dua jam kemudian Yuki turun dari lantai dua. Dengan langkah malas-malasan dia menghampiri Papanya yang duduk di ruang keluarga.

Sebenarnya hari ini Yuki ingin bolos kuliah, moodnya benar-benar buruk setelah pertengkarannya dengan Sang Papa tadi. Namun dengan segala ancaman seperti pencabutan fasilitas berhasil mengurungkan niat Yuki untuk bolos hari ini.

"Apa?" Yuki bertanya dengan wajah datarnya, nada suaranya pun tidak sopan. Pertanda gadis itu benar-benar marah.

"Dia yang mulai hari ini akan menjadi pengawal kamu." ujar Rendra dengan nada datar. Laki-laki itu menunjuk seseorang dengan dagunya, Yuki menoleh kearah orang itu.

Dia laki-laki dengan pakaian formal. Kemeja putih dan jas hitam. Wajahnya kaku tanpa ekspresi, namun wajah itu begitu tampan dengan rahang kokoh, mata tajam, hidung yang mancung dan bibir tipis berwarna pink pucat.

Yah tapi dia cuma pengawal. Mana level. Batin Yuki langsung mengingatkan ketika dia hampir terpesona pada laki-laki itu.

"Namanya Maxime. Dan sebaiknya, kamu segera pergi Yuki. Ada kuliah siang kan hari ini." ucap Rendra membuat Yuki mengalihkan pandangan dari Maxime.

Yuki tidak mengucapkan apapun, dia hanya mengangguk dan pergi dari hadapan Papanya begitu saja.

Melihat Yuki yang pergi begitu saja, Rendra memberi isyarat pada Maxime untuk mengikuti Yuki. Maxime mengangguk dan mulai melangkah mengikuti Nonanya.

 The Thief Of Kiss (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang