3. Penjelasan.

17.5K 1.8K 121
                                    

Aku membuang napas keras-keras, menyadari sedari tadi aku menahan napas hanya untuk mendengar jawaban ambigu Wynn. Jujur, aku bukan gadis yang terlalu pintar, jadi mereka salah orang jika mau mengajakku bermain tebak-tebakkan.

"Jangan menambah daftar pertanyaanku!" Suaraku meninggi dan aku tidak peduli.

"Tenanglah, Nona Shawn." Elgan berujar. "Baik aku ataupun Wynn memang tidak tahu persisnya dunia ini untukmu. Anggap saja ini bagian lain dari Bumi, karena sepertinya Bumi terlihat cukup mirip dengan dunia kami."

Pembicaraan mulai rumit dan terdengar konyol. Sedari tadi mereka menyuruhku menganggap segala hal seperti apa yang kupikirkan.

Sekarang aku mulai berpikir apakah lubang hitam itu adalah salah satu alat ajaib milik Doraemon? Baik, aku tahu. Kepalaku terlalu banyak dijejali film, anime, kartun dan novel-novel fantasi.

Tapi bukankah ini memang terdengar tidak asing? Aku tidak akan terkejut kalau sekarang mereka memintaku membunuh makhluk semacam Voldemort.

"Baik, katakan saja kenapa aku bisa berada di sini!" bentakku, melupakan segala pelajaran tatakrama dan sopan santun di dalamnya.

Aku benar-benar kurangajar, mereka orang yang sudah menolongku dan usia mereka lebih tua dariku. Tapi saat ini aku nyaris tak memedulikan apa pun, aku terlalu panik untuk mengaplikasikan ketenangan dalam segala situasi.

Satu-satunya yang kupikirkan hanyalah bagaimana caraku untuk pulang dan lepas dari kejadian sinting yang nyaris konyol ini?

Wynn menampakkan raut tak suka, tapi sekali lagi, aku tak peduli. "Kau benar-benar payah dalam mengendalikan diri, aku heran kenapa dia memilihmu untuk tugas sebesar ini."

Dengar? Tugas. Aku terjebak di dunia tanpa jalan keluar dan harus menjalankan tugas yang tiba-tiba dibebankan padaku.

Tolong beri tanda kutip, garis bawahi, pertebal dan miringkan kata tugas. Aku hanya perlu menanti penjelasan tentang masalah apa yang menimpa mereka dan siapa yang harus kubunuh kedepannya.

"Wynn!" Elgan membentak, mengingatkan pria itu hanya dengan tatapan mata.

Wynn membuang muka. Elgan mendesah lirih, lantas sepasang iris sehitam jelaganya kembali menatapku. "Kauingat makhluk berapi yang sebelumnya mengejarmu?"

Aku mengangguk, sisa bau busuk mereka yang tertinggal di badanku bahkan masih tercium walau samar.

"Mereka adalah Ors. Salah satu makhluk yang dikirim Dartagnan untuk membawa para Loyth kepadanya."

"Loyth?" tanyaku ragu.

"Benar. Loyth adalah kata yang kami gunakan untuk menyebut sembilan belas anak yang telah dipilih untuk membantu kami menemukan kembali kota hilang, Erzsebet. Dan salah satu dari kesembilan belas anak itu adalah kau, Shuui Shawn."

Kepalaku berdenyut-denyut sakit mendengarnya. "Erzsebet adalah kota hilang? Seperti Atlantis?"

Elgan tampak bingung. "Kami tidak tahu maksud pertanyaanmu."

"Ah, lupakan saja," ujarku cepat.

Yah, setidaknya aku tidak sendiri. Masih ada delapan belas anak lagi yang bernasib sama sepertiku. "Apa ada alasan kenapa Erzsebet bisa hilang dan perlu untuk ditemukan?"

Elgan tersenyum mendengar pertanyaanku, namun bukan senyum ramah yang seringkali dia tunjukan. Itu adalah jenis senyum miris penuh penyesalan yang menyimpan kepedihan. Oh, aku mulai puitis.

"Segala hal tentu memiliki alasan, Erzsebet tidak hilang dengan sendirinya. Dartagnan menyelimuti Erzsebet dengan sihirnya sehingga hanya dirinya dan orang-orang yang ia kehendaki yang bisa melihat kota itu."

Loyth: The Lost ErzsebetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang