Tangan panjang Chanyeol berhasil menggapai pergelangan tangan Yeojin tak kalah cepat. Chanyeol menariknya kuat, menyebabkannya begitu rapat menempel pada tubuhnya. Chanyeol membaui rambut Yeojin, menarik nafas dalam dengan hati yang bergelora.Tangan kecilnya memukul dadanya kuat, Park Yeojin tampak melawan dengan sengit berusaha lepas dari rengkuhan pria yang menurutnya sedang gila.
"lepaskan!"
Nafasnya menerpa wajah Chanyeol yang hanya berjarak beberapa inchi. Pria itu menjawab dengan diam. Matanya menelusuri tiap titik garis wajah Yeojin yang tanpa cela, bak patung yang dipahat begitu sempurna. Membuat darah liar dalam diri Chanyeol mendidih oleh api gairah yang begitu membara. Membuat gerah pusat tubuhnya yang begitu panas.
"Ahh~..." ringis Yeojin. Punggungnya terhentak ketembok dengan keras. Pria itu masih mengenggam pundaknya erat. Yeojin menatap mata Chanyeol, irisnya menggambarkan akan perasaan yang bergejolak. Sorot matanya yang sayu sesaat membuat Yeojin sadar jika ia telah terjebak dalam api gairah seorang pria yang akan sulit terpadamkan.
"Chanyeol-ssiㅡ..."
"ssssstt~..."
Jari telunjuknya berada ditengah bibir ranum Yeojin. Pria itu tersenyum lalu menatapnya lembut "kau istriku Yeoㅡ milik Park Chanyeol"
Yeojin diam membisu. Tak terelakkan jika tubuhnya terasa kaku. Ia membeku. Perkataan Chanyeol seperti seorang diktator tak terbantahkan. Ia tenggelam dalam sorot mata itu, membuatnya tersesat akan dimensi baru yang pria itu ciptakan bersama dirinya. Semakin berusaha ia terlepas semakin dalam pula lubang hitam yang menjeratnya kuat.
Ia tercekat ketika wajah Chanyeol berganti menjadi begitu lemah, matanya seakan tertutup kabut ketika secara perlahan pandangan Chanyeol ia turunkan menuju bibirnya.
Pria itu menggapainya lembut.
Rasa bibir yang seperti angannya dapat ia rasakan begitu nyata. Begitu lembut dan manis. Hatinya meledak-ledak, dorongan kuat untuk merasakan lebih begitu menguasainya. Chanyeol melumatnya lembut, namun perlahan menjadi kasar seakan menuntut pertanggungjawaban. Chanyeol menggeram, tak menghiraukan pukulan bahkan cacian yang dilontarkan Yeojin ditengah fantasinya yang begitu menggila. Gadis itu masih dengan pendiriannya, sesekali kedua kakinya berusaha menendangnya kuat. Bibirnya ia pertahankan untuk tetap bungkam, menolak segala sentuhan Chanyeol yang memabukkkan.
"lepaskan, brengsek!" Yeojin terengah, seluruh energinya seperti terkuras habis hanya karena satu ciuman yang tak berarti dimata pria didepannya yang sedang menatapnya lapar.
"dalam mimpimuㅡ" lagi, Chanyeol menyerang bibirnya kasar. Kedua tangan kekarnya beradu dengan tembok menangkup jemari Yeojin yang tak hentinya berusaha berontak. Hatinya begitu keras bagai batu karang, mengacuhkan segala lenguhan kepayahan dari gadis itu. Katakanlah egois, karena ia tidak akan berhenti sebelum ia mendapatkan apa yang ia inginkan.
Kedua tangannya terkepal kuat, Park Yeojin merasa harga dirinya direndahkan. Ditengah deru nafasnya yang memburu, dengan tenaga yang tersisa ia mendorong kepalanya membentur dahi Chanyeol ketika pria itu mengambil jeda untuk bernafas. Ia memukulnya kuat, menyebabkannya terjungkal sekali lagi. Secepat kilat Yeojin berlari kearah pintu, langkahnya terseok dengan kelabakan mencari benda apapun untuk melindungi diri dari pria itu. Park Chanyeol mengeraskan rahangnya kuat. Begitu kaget mendapat perlakuan berani dari istrinya.
"PARK YEOJIN!"
Reflek kedua kakinya ia ayunkan mengikuti Yeojin dengan cepat. Gadis itu berlari mengitari kamar, berusaha mencari sebuah benda yang dapat menyelamatkannya. Ia menemukan tongkat pemukul baseball disamping nakas. Ia meraihnya dan segera mengacungkannya menghadap Chanyeol.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding [Promise]
RomanceAku yang beruntung karena mendapatkan kau disisiku, karena kau adalah milikku, Park Yeojin. Milikku.