4.Angin Laut

23 5 0
                                    

Angin berhembus pelan menerbangkan beberapa helai rambut Paulin.Semuanya terasa lambat.Mata mereka bertatapan seperti ingin mengatakan sesuatu.Hening.Bukan hening tanpa adanya kebisingan semata.Tapi,yang terdengar suara gemersik angin yang menyapu dedaunan yang kering di tanah.
"Memang sih,aku bukan siapa-siapa kamu.Tapi,akukan cuma pengen tahu aja,sama cewek yang mencolok pakai baju aneh tadi.Masak jaman sekarang masih ada orang pakai baju jubah-jubahan gitu."ucap Zahran.
"Ada,tuh orang tadi."
"Iissshhhhh,maksud aku bukan dia!tapi yang lain giiittuuuu.."ujar pemuda itu sebal menepuk keningnya.
"Aku mau ke kelas dulu"Paulin berjalan pergi meninggalkan Zahran.
"Lah,aku kan udah izin sama guru ga masuk ke kelas"
"Ngapain kamu izin?"ujar gadis itu menghentikkan langkahnya dan berbalik badan.
"Yah,gitu deh"
"Kamu,izin bukan karena cari aku kan?"Paulin melanglah maju ke arah Zahran.Gadis itu seraya berjalan perlahan seolah-olah menggoda Zahran.
Sontak,mata pemuda itu melotot dan raut wajahnya menampakkan kebingungan seakan kehabisan kata-kata"kamu itu GR ya,,,"
Paulin membalasnya dengan tersenyum kecil.Matanya nan bulat itu menyipit dan bibir tipis gadis itu menampakkan giginya nan putih berjejer rapi."kamu tu cowok sedikit aneh aja ya.."
"Eh,yang aneh itu kan kamu.Mending aku sedikit aneh,dari pada kamu memang rada aneh."kata zahran membuang muka.
Paulin masih tersenyum kecil.Paras wajahnya nan ayu memberi kesan tersendiri pada Zahran.Pemuda itu menatap Paulin dengan wajah keseriusan."kamu itu cantik ya."ujar pemuda itu berkata kecil seolah-olah berbicara pada dirinya sendiri.
"Aku itu memang cantik kok!"Paulin yang mendengar Zahran tadi,tersennyum nakal dan langsung pergi meninggalkan Zahran di belakang sekolah.
Senyum kamu itu,aku yakin itu memang dirimu.Memang aneh kamu ya?Kadang cuek,kadang gimana gitu.Bingung aku liat kamu.batin Zahran tersenyum sendiri pada dirinya sendiri.Sesekali ia tertawa kecil bagaikan orang yang gila.
Dari sudut dinding sekolah,Paulin berdiri menyender ke dinding.Gadis itu menghela nafas dan sesekali mengintip Zahran yang masih berada di tempat tadi.Gadis itu tersenyum melihat tingkah Zahran."kamu yang aneh,oon"

***
"Kamu selidikin dia!Namanya Paulin Gilbert.Tingginya sekitara 168 cm.Nanti saya kirimkan fotonya."
Ujar gadis berkacamata itu,Mika.
Gadis itu memencet tombol chat,dan bip bip bip,
Sesekali ia tersenyum sinis dan ketus melihat handphonenya.

***

Jam dinding sudah menunjukkan jam setengah dua belas malam.Susana malam itu begitu sunyi tanpa kerlap kerlipnya bintang.Yang menerangi hanyalah terang bulan.Sesekali terdengar bunyi jangkrik dan bunyi dentingan jam dinding yang kian henti berbunyi.Namu,mata Paulin masih belum tertutup.Ia memandang keluar jendela berharap ada sebuah bintang yang nantinya bersinar.Sial!mengapa aku harus begini sih?batinnya di dalam hati.Gadis itu menghela nafas panjang nan berat.
Tiba-tiba sekelebat bayangan muncul dibalik gorden jendela yang tanpak jelas muncul merawang karna terang bulan.
"Besok awalnya."ujar seorang gadis yang hanya diam diri di balik gorden itu.
"Ya aku tahu."
"Kalau gitu,jangan lupa!"gadis itu pergi di balik gelapnya malam.Sementara Paulin diam tak memandang si gadis tadi.Matanya menatap lurus lantai kamarnya yang mengkilap akibat cahaya yang memantul ke marmar.Sesekali ia mendesah sebal mamaki dirinya sendiri.

***
"Guys,bawa babu ini!"perintah Ayu kepada dua temannya itu saat Paulin memasuki gerbang sekolah.
"Sini lo!"ujar Vivi menarik rambut Paulin.Mereka membawa Paulin menuju gudang sekolah,yang letaknya di lantai bawah ujung bagunan sekolah.
Paulin hanya diam ketika diboyong dengan paksa oleh Vivi dan Mita.
"Kamu apain teman aku kemarin hah?!"bentak Ayu melotot ke Paulin.
"Aku melakukan yang sepantasnya kepada mereka."ujar Paulin santai.
"Kamu ga ada sadar-sadarnya ya..!"tambah Vivi."gara-gara kamu,aku harus merasakan kesakitan tau!"
"Eh babu!jangan dekat-dekat deh sama Zahran.Dia itu milik Ayu.Jadi gembel jelek kayak kamu ga pantas sama Zahran.Sadar diri dong!"Mita menambah-nambah seakan-akan menjadi minyak tanah agar situasi tambah mencekam.
Ayu berjalan lambat menuju Paulin.Paulin tak dapat bergerak pergi,karena kedua tangannya dipegang oleh Vivi dan Mita.Mata Paulin menatap tajam Ayu yang berjalan mendekatinya.sial!apa yang harus kulakukan?batin gadis itu.
"Babu,dengarin aku ya.Kamu itu orang yang ga pantes hidup di dunia ini.Kamu itu orang yang pembawa sial.Ingat,PEMBAWA SIAL!"Mata Ayu menatap keras Paulin yang dari tadi diam.Gadis itu tertawa senang,melihat Paulin.
Tiba-tiba,Phushf..Paulin meludahi pipi Ayu yang jarak muka mereka sekitar 20 cm.
"Aishh,ngapain sih?ga tau malu kali kamu yaaa?!"bentak Ayu.
PLAK sebuah tamparan melesat tepat ke pipi Paulin.Tangan Ayu nan putih sudah tak tahan melihat wajah gadis itu."dasar wanita jalang!"bentak Ayu seraya pergi meninggalkan Paulin yang diam.Tangan Paulin menggenggam erat rok seragamnya.
"Kau yang jalang!"batin Paulin melepaskan tangannya dari genggaman Mita dan Vivi.Paulin berjalan mennggalkan Mita dan Vivi dengan memar wajah yang jelas.

"Aagghh,"gadis itu memegangi pipinya dengan sedikit meringis pedih.Kedua tangannya menampung air untuk membasahi wajahnya. Ia menatap cermin toilet dan mendesah"seharusnya ku lawan saja dia tadi."Pikir Paulin merapikan rambtnya"tapi bukan saatnya"Paulin menatap pantulan dirinya di cermin saat ini."bukankah ini dirimu?ini bukanlah aku.Siapa kamu?Aku tak mengenalmu sama sekali"ucap gadis itu berbicara dengan bayangannya sendiri.Paulin keluar dari toilet,dan langkahnya terhenti Mengapa Zahran yang saat ini berdiri di hadapannya.
"Dari menahan saat kamu?"tanyanya dengan nagas tersengal-sengal.Matanya tanpak sayu diikuti dengan naik turunnya bahunya mencari ruang udara di jantungnya.
"Kenapa?"
"Kenapa?Aku mencari-cari kamu Dari tadi.dan.."ia tak melanjutkan kalimatnya itu.Matanya membesar melihat memar kecil di pipi Paulin.
"Kamu habis ngapain hah?sampai muka tempat juga pelampiasan"tanyanya menyentuh pipi Paulin dengan lembut.
"Ga papa "ucap gadis itu cuek dan lansung menepis tangan Zahran.Matanya menatap melotot Zahran dan berjalan angkuh menuju kelasnya.
"Kenapa kamu seperti ini?"langkahnya terhenti karena seseorang mencengkram lengannya.Zahran

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Run To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang