Carly terus memperhatikan orang yang tengah duduk sambil sesekali mengambil sesuatu yang dia perhatikan, lantas menaruhnya ketempat yang dirasa tepat."Apa kau akan terus berdiri disitu?" tanya nya tanpa mengalihkan perhatian pada benda yang sedang dipegangnya. Carly tersenyum lalu melangkahkan kakinya masuk ke ruangan tersebut.
Terdapat dua bangkar dalam ruangan itu, ada lemari yang berisi obat-obatan dan di sebelahnya terdapat meja, di sanalah -dibalik meja itu orang tadi berada- masih sibuk dengan sesuatu yang entah apa Carly tidak mengerti.
"Apa kau akan tetap disitu?" masih dengan senyuman sejuta wattnya Carly membalikan pertanyaan yg tadi dilontarkan padanya, dan berhasil orang itu menoleh padanya.
Biasanya senyuman ini yang mampu menjerat para kaum hawa. Mereka takkan menolak jika Carly sudah memberi jenis senyumannya. Tapi itu biasanya! Sepertinya sudah tidak berlaku bagi gadis di depannya ini. Lihat saja dia hanya menoleh sebentar lalu kembali sibuk dengan pekerjaanya. Namun Carly kembali tersenyum tatkala gadis itu berdiri tapi enggan menatapnya dan itu berhasil membuatnya mendesah kecewa.
Cecilia berdiri dari duduknya lantas menuju rak yang ada di samping meja tadi. Dia mengambil kotak P3K lalu duduk tepat di samping Carly.
Tanpa kata di ambilnya tangan orang yang ada dihadapanya. Mengambil kapas yang sebelumnya sudah mengandung alkohol pembersih luka lalu dibersihkanya luka yang terdapat pada lengan Carly.
Cecilia tidak merasa heran jika si biang onar ini kembali berulah. Entahlah dia sudah tidak mau tahu lagi apa yang membuat orang di depanya ini terluka. Cukup diam dan lakukan tugas dengan baik lalu selesai.
Carly hanya diam memperhatikan Cecilia. Rasanya sesak saat perempuan itu hanya membisu. Dia rindu celotehanya, dia rindu derai tawanya dan dia rindu senyum manisnya.
Ini semua salahnya.
Melukai, menyakiti dan menghianati masih bisakah termaafkan?
Kalau masih ada penyesalan lantas akankah tetap berguna?
Berpura-pura semua baik-baik saja akankah tetap akan membaik?
Hah, tentu saja jawabanya TIDAK!
Ruangan itu hening hanya terdengar denting jarum jam. Hening yang begitu memuakan bagi Carly. Ketika kau ingin mengajak orang berbicara tapi dia bahkan seperti mendengar suaramu saja enggan.
Yang namanya benci, mendengar suaranya saja enggan apalagi melihat orangnya. Dan rasanya Cecilia sangat muak pada orang di depanya ini.
Hatinya terlanjur tersakiti sampai tak bisa mengungkapkan. Luka ini terlalu dalam sulit memaafkan.
Diam adalah cara yang ia tempuh. Memberi waktu pada diri mereka masing-masing untuk saling intropeksi. Lebih jelasnya dia sedang memberi waktu pada dirinya sendiri. Meredam semua rasa yang rasanya bagai bom yang nyaris menyentuh detik nol lalu meledakkan semua yang berada pada jangkauanya. Itu sulit, sungguh!
Bosan dengan suasana ini Carly mencoba membuka pembicaraan, "Tiga minggu tidak masuk dan sekalinya masuk kau mengabaikan aku?" tanyanya dengan nada bicara yang sengaja dibuat bosan.
Cecilia berhenti sebentar lalu melanjutkan kegiatanya kembali. Dia tidak ingin menjawab pertanyaan tadi. Cukup dia sendiri yang tahu alasanya tidak masuk selama tiga minggu. Menghilang, menghindar atau apalah namanya.
"Apa karena yang kau dengar..." Belum sempat Carly melanjutkan kalimatnya, "Sudah selesai," cerca Cecilia.
Cecilia bangkit dari duduknya lantas mengembalikan kotak itu ketempat semula.
"Kau tahu pintu keluarnya," usirnya dengan suara datar. Dia tidak ingin bertengkar dengan pria si biang onar di sini. Demi Tuhan ini UKS!
"Apa kau akan seperti ini terus?" bentak Carly. Dia lelah dengan semua keterdiaman Cecilia.Dia butuh bicara dengan Cecilia namun sepertinya sangat sulit. Sudah satu minggu ini dia mencobanya namun tak ada hasil alias nihil!
Cecilia bisa merasakan pria itu menatapnya tajam. Dia tahu Carly tipe orang yang memiliki batas kesabaran yang sangat minim.
Tangannya mencengkeram kuat. Sesak itu datang lagi mengoyak jantungnya yang kini tengah berpacu dengan amarah yang siap meledak tapi sekuat tenaga ia mencoba meredamnya. Tidak, dia tidak boleh lepas kendali.
Menghela napas, lalu berbalik menghadap Carly yang sedang menatapnya tajam.Tatapan itu begitu menusuk menuntut penjelasan akan semua sikapnya akhir-akhir ini. Dia pun lelah dengan semuanya.
Membalas tatapan tajam itu dan seraya berkata, "Semuanya sudah berakhir sejak saat itu. Semenjak aku mendengar semuanya. Semuanya."
Carly terkejut dengan kalimat yang terlontar dari mulut Cecilia. Dia mematung, membisu tanpa tahu bahwa Cecilia telah beranjak pergi dari hadapanya. Kesadaranya pulih seketika saat ia mendengar Cecilia berkata, "Game over!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Liar
RandomDari jantung yang telah tertikam oleh cinta Lalu terpotong kenyataan menyakitkan, berakhir teronggok menyedihkan. Ketika senyuman mengubah semua menjadi luka, Air matamu berurai seperti hujan yang turun membasahi bumi Percikanya merembes masuk, menu...