Setelah sadar dari rasa terkejutnya, Dara menggeleng tanda tak setuju dengan apa yang dikatakan Adam. Dia tidak ingin jika hal itu terjadi maka semuanya akan menjadi lebih rumit dari sebelumnya. Cukup dia saja yang tahu, tidak dengan yang lainnya.
"Aku tidak bisa ikut," cicitnya tak yakin. Kedua orang itu langsung menghujaninya dengan tatapan tajam yang membuat nyalinya semakin menciut.
Sepertinya ini akan sulit.
Setelah menyelesaikan makannya, Dara berdiri dari duduknya. Melangkah, meninggalkan kedua orang yang masih bercakap ria.
*****
Suara telefon begitu memekakan telinganya pertanda ada orang yang menghubunginya. Diletakkannya stick ps yang tengah ia pegang. Mengambil benda pipih itu dan melihat siapa yang telah mengganggu kesenangannya.
Setan barbar is calling.
Disentuhnya layar yang berwarna hijau lalu ditempelkanya ketelinga sebelah kiri. Belum sempat menyapa, rentetan kalimat dengan suara memekakan telinga langsung menyerbu indera pendengarannya.
"Kau dimana? Besok kau harus pulang dan ini wajib!" memutar bola matanya dengan kesal.
"Kenapa?"
"Besok si Mr. Kutub papan selancar datang. Dan kau harus pulang!" Suara di seberang begitu menggebu-gebu. Entah kemana suara lembut yang selalu ia keluarkan dari pita suara itu, keanggunan yang selama ini dijaganya dan begitu lekat padanya. Ah, memang dia tak pernah anggun dimata orang yang sedang menerima telfon ini.
"Dia kakakmu setan barbar," tangan kananya mengambil bungkus plastik bergambar kentang yang di iris tipis. Membukanya lalu diambilnya isi yang ada di dalamnya.
"Aku akan datang."
Klik.
Hanya itu.
Dilemparnya benda itu, ia kembali fokus pada kesibukanya tadi. Makan.
Entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang besar terjadi dan ini tidaklah baik untuknya.
*****
"Bagaimana keadaanya?"
"Janinnya tidak bisa diselamatkan,"
Samar terdengar suara yang salah satunya ia kenal. Tapi mengapa mereka membicarakan janin? Janin siapa?
Membuka mata dan langsung disambut dengan ruangan serba putih dan bau khas obat-obatan. Rumah sakit.
Dilihatnya dua orang itu, yang satu mengenakan jas putih dan satunya lagi mengenakan kemeja pas badan berwarna biru navy.
"Janin siapa?" tanyanya polos. Kedua orang itu langsung menoleh padanya, memberi tatapan bertanya.
"Kenapa aku ada di sini?" tanyanya lagi.
Orang yang memakai jas putih berjalan menghampirinya dengan senyum menenangkan, sangat berbeda dengan orang yang memakai kemeja raut wajahnya nampak tak ada senyum sama sekali. Entahlah ia tak bisa mengartikan ekspresi itu.
"Kau keguguran," sontak wanita di atas ranjang itu melotot, shock. Keguguran? Berarti... Menggelengkan kepala. Tidak, ini hanya mimpi, iya, pasti.
"Te--tetapi bagaimana bisa?"
"Katakan siapa?" Todong pria berkemeja. Tatapannya begitu mengintimidasi menuntut jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan tadi.Wajahnya memerah menahan amarah.
Pintu ruangan terbuka menampilkan sosok perempuan cantik dengan kesan arogan yang masih tersisa. Ia bingung mendapati Adam, suaminya seperti sedang menahan amarah. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Yang ia tahu tadi suaminya mengatakan lewat telefon bahwa dia ada di rumah sakit mengantar Dara. Melangkahkan kakinya lalu di elusnya punggung pria itu, mencoba menenangkan.
Adam yang merasa mendapat sentuhan familiar lantas memejamkan mata. Mencoba menetralkan emosi yang tengah berkecambuk. Marah dan kecewa berbaur menjadi satu. Ia merasa gagal menjaga apa yang seharusnya ia jaga. Ia berbalik lalu menundukan kepala pada ceruk leher istrinya.
"Aku telah gagal Amy... Gagal." Setetes air mata meluncur dengan indah diikuti dengan tetesan berikutnya membuat baju yang dikenakan istrinya basah.
Amaris tertegun melihat Adam menangis. Selama ini ia tidak pernah melihat suaminya ini menangis terlebih isakannya terasa sangat memilukan. Sebenarnya apa yang terjadi? Ia mengalihkan tatapanya pada orang yang memakai jas putih, dokter. Yang ditatap hanya diam tak mengerti harus berkata apa.
Sementara perempuan yang ada di atas bangkar sama terkejutnya melihat adam menangis dipelukan Amaris. Ia masih tidak mengerti. Keguguran? Gagal?
Seperti ada beban berat yang langsung dilimpahkan ke atas kepalanya. Ia mengerti.
Digerakannya telapak tangan itu lalu menyentuh perutnya yang rata. Anak sungai terbentuk dikedua sisi matanya. Ia mengerti, sangat mengerti.
Kilasan itu... Tubuhnya basah oleh keringat. Matanya menatap nyalang, napasnya memburu tak beraturan. Entah sampai kapan ini akan terus berlangsung.
****
Typo bertebaran...
Ughhhh... Yup sepertinya saya tidak bisa menuntaskan ini sampai tanggal yang sudah ditentukan -_-
Sebenarnya ini ide sepintas yah, jadi maklum nggak mateng banget!!!!
Saya ingin memberi tahu kalau cerita ini terinspirasi dari teman saya. Yah, cerita ini ada dikehidupan nyata tapi sedikit bumbu khayalan dari saya. Ini ceritanya belum masuk inti tapiiiiiiiiiiii... Tenang bakalan saya selsain terus mau rombak dan saya kasih ke CALON IBU MERTUA *senyum manis*
Rizhaaaaaa restuin sama Keanu yah :-D
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Liar
DiversosDari jantung yang telah tertikam oleh cinta Lalu terpotong kenyataan menyakitkan, berakhir teronggok menyedihkan. Ketika senyuman mengubah semua menjadi luka, Air matamu berurai seperti hujan yang turun membasahi bumi Percikanya merembes masuk, menu...