4

697 27 0
                                    

Saat dia berbicara, terdengar suara kaki kuda dan derit kereta di tepi jalan, disusul oleh bunyi bel pintu. Holmes bersiul.

"Dari suaranya, nampaknya kudanya ada sepasang," katanya. "Ya," lanjutnya sambil menengok dari jendela. "Kereta dan kedua kuda-nya bagus sekali. Harganya pasti lebih dari seratus lima puluh guinea seekornya. Kasus ini akan menghasilkan banyak uang, Watson, kalau semua lancar."

"Kupikir, sebaiknya aku pulang saja, Holmes '

"Jangan, Dokter. Tinggallah sebentar. Aku bingung kalau tak ada yang mendampingi. Dan kasus ini nampaknya menarik. Sayang, kalau dilewatkan begitu sa|a."

"Tapi klienmu..."

"Tak apa. Akan kubilang aku dan dia butuh bantuanmu. Nah, itu dia. Duduklah di kursi itu, Dokter, dan perhatikanlah percakapan kami dengan saksama."

Terdengar langkah yang berat dan perlahan-lahan di tangga, lalu menuju ke gang, dan ber-henti tepat di Jepan pintu kamar Holmes. Lalu terdengar suara ketukan pintu yang cukup kuat dan berwibawa.

"Silakan masuk!" kata Holmes.

Seorang pria muncul. Tubuhnya tinggi sekali, serta tegap dan kekar bagaikan Hercules. Pakaiannya mewah, kemewahan yang kalau di Inggris akan dianggap sebagai sesuatu yang norak. Lengan dan bagian depan pakaiannya yang berlapis penuh dengan rumbai-rumbai, sedang jubah biru tuanya bergariskan sutera merah terang yang bagian lehernya dijepit dengan bros permata berwarna hijau. Dengan sepatu larsnya yang tingginya sampai hampir ke betis dan yang pinggiran atasnya berlapiskan bulu yang mahal berwarna coklat, lengkaplah sudah penampilannya bagaikan maha hartawan yang bengis. Tangannya menggenggam sebuah topi lebar, sedangkan wajahnya tertutup topeng pelindung berwarna hitam yang baru saja dikatup-kannya sebelum masuk. Ini terlihat dari tangannya yang masih memegangi bagian atas topeng itu ketika dia memasuki ruangan. Dari bagian bawah wajahnya yang kelihatan, nampaknya orang ini gagah sekali, dengan bibir tebal dan dagu lurus memanjang yang bisa menandakan ketegaran hati atau sifat keras kepala.

"Apakah Anda menerima surat saya?" tanyanya dengan suara yang dalam dan parau, dan dengan aksen Jerman yang amat kentara. "Saya mengatakan bahwa saya akan menemui Anda." Dia memandang kami secara bergantian, seolah-olah tak tahu kepada siapa dia harus berbicara.

"Silakan duduk," kata Holmes. "Ini teman dan sejawat saya, Dr. Watson, yang banyak membantu saya dalam menangani kasus-kasus. Bagaimana sebaiknya saya memanggil Anda?"

"Panggil saja Count von Kramm, saya bangsawan dari Bohemia. Saya yakin teman Anda ini layak dipercaya untuk masalah saya yang sangat penting ini. Kalau tidak, saya lebih suka berurusan dengan Anda sendiri saja."

Aku bergegas hendak pergi, tapi Holmes menarik pergelangan tanganku dan mendorongku agar duduk kembali. "Kami berdua, atau tidak dua-duanya," katanya. "Apa yang ingin Anda katakan pada saya, harus diketahuinya juga."

Bangsawan itu mengangkat bahunya yang lebar. "Baiklah, saya akan mulai," katanya. "Saya mohon Anda

berdua bersedia merahasiakan ini selama dua tahun. Selewat itu, sudah tak akan jadi masalah lagi. Saat ini, tepatlah kalau dikatakan bahwa persoalan ini begitu penting sehingga bisa mempengaruhi sejarah Eropa."

"Saya berjanji," kata Holmes. "Saya juga."

"Maaf, topeng ini," lanjut tamu kami yang aneh itu. "Saya utusan orang besar, dan beliau tak ingin wajah saya dikenali. Terus terang, gelar yang saya katakan tadi juga bukan milik saya."

"Saya tahu itu," kata Holmes dengan acuh.

"Keadaannya begitu rumit, sehingga kami harus sangat berhati-hati agar tak terjadi skandal besar yang bisa menjatuhkan keluarga kerajaan yang sedang bertahta di Eropa. Untuk lebih jelasnya, masalah ini berkaitan dengan Dinasti Ormstein, keturunan raja-raja Bohemia."

"Saya juga tahu itu," gumam Holmes sambil membenamkan tubuhnya di sebuah kursi dan memejamkan matanya.

Skandal di BohemiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang