Satu: Prolog yang Entah Ada Hubungannya atau Tidak
.
Tep tep tep
tep tep
tep
Suara ketukan sol tebal dari mary jane gadis berambut merah violet itu terdengar nyaring mengetuk lantai marmer polos ruang tengah. Rambut panjang ikalnya bergerak gerak seirama langkahnya yang jelas gelisah. Han Yona, nama gadis itu. Putri satu-satunya dari cendekiawan Han Il, pendiri Bimbel Angkasa, sebuah lembaga bimbingan belajar terkemuka di Kouka saat ini. Yah, selain bimbel itu, banyak juga sih, pencapaian ayahnya, hingga membuatnya hidup enak saat ini.
Sebentar lagi, Soo-won datang. Gumamnya, kali ini sambil menggigiti ujung kukunya. Menjijikkan sih, tapi mau bagaimana lagi, ia gugup.
Aah, kalau ayahnya tahu, ia pasti bakal diceramahi soal kepantasan berperilaku sebagai seorang lady. Tapi toh, ayahnya (yang selalu memberikan apapun yang diinginkan Yona tidak seperti Soo-won) saat ini tidak disini. Tidak juga Min-soo, maid-eh, butler-nya (yang sangat baik hati dan pengertian tidak seperti Soo-won) yang dua minggu lalu diusir Soo-won dari sini dengan alasan terlalu memanjakannya. Yona jadi sejenak mencoba mengingat. Sejak kapan sepupunya yang sudah lama diasuh ayahnya karena yatim-piatu itu jadi sejahat itu sih, padahal dulu Soo-won 'yang itu' sangat manis....
Soo-won 'yang itu', singkatnya adalah sepupu satu-satunya sekaligus cinta pertama Yona, dulu. Yah. Dulu. Dulu waktu kecil, Soowon cute sekali, manis, murah senyum. Soo-won 'yang itu' selalu menenangkan Yona yang besar tanpa kasih sayang seorang ibu. Soo-won 'yang itu' juga yang selalu bilang bahwa rambut merah ikal Yona indah, seperti matahari terbit.
Lalu tiba-tiba Soo-won 'yang itu' pergi ke luar negeri, kuliah, dan Yona kehilangan kontak -Yona ga nyangka ternyata sang sepupu itu jenius; pada dasarnya ia memang bukan orang yang pedulian sih, so, whatever. Begitulah, cinta monyet-nya berakhir begitu saja seiring waktu, tidak ada yang istimewa.
.
Setahun yang lalu, Soo-won pulang kembali ke Kouka setelah menyelesaikan kuliahnya di luar negeri. Ia tetap seorang yang baik hati, murah senyum, dan suka bermain. Tapi ia sudah bukan lagi Soo-won 'yang itu'. Lalu entah sejak kapan -Yona lupa tepatnya; Soo-won menggantikan guru privatnya sebelumnya sebagai siswi home-schooling. Yah, bagaimanapun, Yona tak suka belajar. Mau gurunya diganti jadi Soo-won-pun, Yona nggak akan semudah itu untuk mau belajar. Ia tetap sering bolos, dan kadang malah main ke rumah Hak, teman masa kecilnya. Aah, rumah Hak memang ramai dan menyenangkan, sih. Tae-yeon adiknya si Hak itu juga lucu ngegemesin. Eh, ini kita lagi ngomongin apa sih.
Fokus, Yona.
Namun, semua itu berubah ketika negara api-eh, gagitu. Ketika Soo-won mengajukan pada ayahnya untuk menyekolahkannya di SMA umum, dan ayahnya menyetujuinya. Yah, masalahnya, itu begitu mendadak, hanya sebulan sebelum jadwal ujian kesetaraan kelulusan SMP -yakni hari ini.
Imbasnya, lalu Soo-won meminta izin (lagi) pada ayahnya -dan juga disetujui pula- untuk mengkarantina Yona selama sebulan-sampai-hari-H-ujian-kesetaraan di salah satu villa keluarga mereka di perbukitan. Ya, maksudnya ya tempat ini nih, latar tempat kejadian saat ini. Yah, pemandangannya bagus sih, udaranya juga segar. Tapi kan-tapi kan, tidak ada televisi, tidak ada internet, atau radio, atau koran. Yona nggak bakal dengerin radio atau koran sih, tapi 'kan yaa seenggaknya 'gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Discontinued Until Further Notice] Yona in the school of the dawn
FanfictionMasa SMA, bukankah itu sebuah masa yang indah? --Sebuah fanfiksi berbahasa Indonesia dari Akatsuki no Yona, Highschool AU.