Klise.
Musuh bebuyutan yang dirindukan.
. . . .
Kriiing....
Siswa yang awalnya masih bercanda ria kini berhamburan memasuki kelas begitu mendengar bel masuk. Begitu juga dengan Mowi--Meta Praditavianna yang biasa dipanggil Mowi adalah siswi kelas 10 IPS 4 yang ceria dan menyenangkan.
"Mow, peer biologi udah?" Kata Rena sahabat Mowi dengan panik. Sesungguhnya Rena sangat tidak menyukai pelajaran lintas minat itu.
"Udah kok, mau liat?" Jawab Mowi sambil mengambil bukunya lalu menyodorkannya pada Rena. Dengan antusias Rena mengambil buku Mowi dan mengucapkan terimakasih.
"Eh Ren, lo tau nggak Devon kenapa nggak masuk?" Tanya Mowi.
"Yailah kayanya dia musuh bebuyutan lo deh Mow. Kok panik gitu dia gak masuk? OMG gue tau ja--"
Mowi segera menutup mulut Rena yang sedari tadi nyerocos. Setelah beberapa detik Mowi mulai tidak tega melihat Rena dengan napas yang tersengal-sengal dan tangannya yang mencoba melepaskan tangan Mowi dari mulutnya, akhirnya Mowi melepaskan tangannya.
"Apa-apaan sih Mow!" Seru Rena dengan kesalnya.
"Lo jangan bilang gue bakalan jatuh cinta sama Devon yang terkutuk itu ya!"
"Eh gak boleh gitu. Kalo jodoh mau gimana?" Rena nyengir dengan tangan yang bersedekap.
"Anjir! Amit-amit!" Mowi mencubit perut Rena yang gendut, Rena meringis kesakitan.
. . . .
"Ren, mau pulang bareng nggak?"
"Hmm, gue dijemput Mow, lo duluan aja"
"Oke deh, gue duluan ya Ren, bye!" Ucap Mowi sambil melaju dengan motor maticnya.
Belum 2 kilometer motornya melaju...
DUBRAKK!!
Mowi terkejut ketika mendengar suara gemuruh itu, ia menghentikan laju motornya dan menengok ke belakang. Ada 2 motor yang terjatuh dan menyebabkan 2 pengendara dari masing-masing motor itu luka ringan.
"Eh, Devon. Astaga itu Devon" Mowi mengenali motornya. Ia langsung memarkirkan motrnya di depan ruko yang tutup. Dan langsung menghampiri Devon.
"Neng, ini temennya?" Ucap salah seorang warga.
"Iya pak, ini temen saya, bisa tolong di bawa ke klinik terdekat pak? Nanti saya yang telfon orangtuanya."
Beberapa warga bergegas mengangkat Devon dan memasukkannya ke taksi untuk dibawa ke klinik. Mowi langsung mengambil motornya dan mengikuti taksi itu dari belakang.
. . . .
Sudah hampir setengah jam Devon belum sadar diri. Mowi masih disana karena orangtuanya yang susah dihubungi membuatnya harus bersama Devon untuk beberapa saat. Sampai Devon sadar.
'Woy Devon sadar kek, gue kan pengen balik, orangtua lo juga belum dateng lagi' batin Mowi kesal.
Di detik kemudian...
Tok...tok...tok...
Mowi bergegas membuka lebar-lebar pintu itu, dan Mowi melihat seorang wanita berdiri di depannya, dengan penampilan yang elegan.
"Maaf, apa benar Devon di kamar ini?" Tanya wanita itu.
"E-em benar bu. Ibu ini Ibunya Devon?"
Wanita itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian Mowi mempersilahkan masuk."Ya ampun Devon, kenapa bisa begini?" Wanita itu menangis setelah melihat kondisi Devon yang luka-luka.
"Kamu Mowi ya?" Kata wanita itu.
"Eng... iya tante, aku Mowi. Tadi aku li---" kata-kata Mowi diputus oleh wanita itu.
"Makasih ya Mow, udah bawa Devon ke klinik, tante sangat ber-terima kasih, untung aja lukanya nggak parah."
Mowi blushing.
'Tante, Mowi boleh permisi pulang?' Mowi membatin.
"Tant---"
"Kita tunggu disini sampai Devon sadar ya Mow, maaf kalo tante merepotkan Mowi."
"Oh iya tante gak apa." Mowi tersenyum memperlihatkan lesung pipi nya. Ya. Akhirnya ia tidak jadi pulang.
. . . .
"Ma, Devon dimana?" Suara Devon lirih.
"Sayang, kamu udah sadar, syukurlah." Mama Devon langsung mengecup kening Devon sambil menitikkan air matanya.
"Dev." Mowi memanggil Devon dalam hati. Mowi merasa sangat sedih saat melihat Devon lemah seperti ini.
"Mow, ngapain disini? Nungguin gue sadar ya? Cie perhatian banget." Devon masih sempat menggoda Mowi walaupun dengan suara yang lirih.
Mowi blushing.
"Apaan sih lo Dev."
Mama Devon hanya terkekeh melihat tingkah 2 anak muda ini.
. . . .
Vict❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination
Teen FictionMencintai bukanlah perkara mudah. Kadang ia dapat memaksakan, menyakiti, atau bahkan melukai. Mencintai adalah cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun tidak jarang, ia malah membawa kesedihan yg mendalam. Namun apapun itu, Cinta akan tetap ada di...