Single, Gossip, and Love - 4

5.2K 264 4
                                    

"Roby?" ucapku kaget saat melihat Roby berdiri di depan pintu rumahku.

"Ngapain lo?"

"Kenapa lo harus resign?" tanyanya.

"Bukan urusan lo!" seruku tanpa mempersilakannya masuk. Tapi Roby sudah nyelonong sendiri.

"Nggak usahlah lo dengerin gosip nggak penting itu, Vir.. Kerja lo itu bagus. Perusahaan butuh lo."

"Lo kemari cuma mau ngomongin itu?" aku menghempaskan badan ke sofa.

Roby mendekat dan duduk di sebelahku.

"Ok. Gue minta maaf untuk kejadian malam itu di hotel."

"Gue juga salah." ucapku pelan.

"Vir, gue cuma ingin kita bisa balik kayak dulu lagi. Gue kangen saat-saat itu, Vir.. Kita jalan bareng, belajar di rumah singgah..."

Aku terdiam. Jujur saja aku juga merindukan saat-saat kuliah dulu bersama Roby.

"Keadaannya sekarang udah beda, Rob.."

"Apanya yang beda, Vir?"

Aku menghela napas panjang.

"Lo balik aja, Rob. Gue mau istirahat."

Roby mendesah.

"Terserah lo, Vir."

**

Anggi geleng-geleng kepala saat melihatku tiduran di depan TV.

"Bener kata Laila, lo kayak orang frustasi. Lihat sekarang diri lo, Vir! Kucel. Awut-awutan. Nih rambut berapa lama nggak disisir?" aku menjerit saat Anggi menarik rambutku.

"Bodo ah!" aku kembali menelungkupkan wajahku di bantal.

Anggi menarik paksa bantalku dan melemparnya.

"Lo beneran kayak orang frustasi! Orang kena PHK aja belum tentu kayak lo gini!"

Aku hanya cemberut.

"Jatuh cinta emang bisa bikin orang jadi gila."

Aku melotot. "Siapa yang jatuh cinta?"

Anggi mendengus. "Udah, ngaku aja kenapa sih kalau lo juga suka sama Roby.. Kasihan dia, Vir. Asal lo tau ya, sekarang si Roby persis kayak lo gini.. nggak ada semangat-semangatnya sama sekali. Rapat kemarin aja dia bengong, tau deh kemarin diapain pas dipanggil ke ruangan Pak Suwondo."

Aku terkejut. Roby?

"Lo resign juga nggak nyelesaiin apa-apa, Vir. Gosip di kantor justru makin parah. Resign-nya Vira bikin sang eksekutif muda frustasi."

"Yang bener deh?" tanyaku masih dengan nada sok cuek.

"Vir, lo pasti tau gue bohong atau nggak. Berhenti menipu diri sendiri deh! Dulu lo selalu tegas buat ngelakuin apa yang hati kecil lo rasain. Lo nggak suka sama setiap cowok yang deketin lo, lo terus terang bilang sama mereka. Tapi sama Roby? Mulut lo bilang nggak, tapi buktinya lo biarin dia deketin lo terus. Apa itu namanya, Vir? Apa sih yang bikin lo nggak mau sama Roby? Lo sendiri kan bilang sama gue kalau Roby udah berubah, dia nggak playboy lagi, dan sejak kenal lo, Roby nggak pernah deketin cewek lain.. Sekarang hidupnya juga lurus-lurus aja. Mandiri, nggak petantang-petenteng lagi.. Apa yang lo mau dari dia, Vir?"

Aku terdiam. Mungkin kata-kata Anggi ada benarnya. Mungkin aku memang perempuan munafik yang menipu dirinya sendiri. Ah, aku lelah sekali.

**

"Rob, lepasin! Jangan macem-macem deh lo! Gue bisa teriak!" ancamku saat Roby tiba-tiba saja datang ke rumah dan 'menyergapku'.

"Lo diem aja dan jangan bertingkah atau gue macem-macem beneran! Ikut gue!" Roby menyeretku keluar rumah dan mendorongku ke mobilnya.

"Eh, apa-apaan nih kenapa tangan gue diikat?!" seruku saat Roby menelikung tanganku ke belakang dan mengikatnya dengan tali. Apa yang hendak lelaki bodoh ini perbuat padaku?

"Diem aja deh!" katanya lalu menutup mataku dengan kain.

Ya Tuhan, ada apa dengannya? Benarkah dia akan menculikku karena dendam padaku soal waktu itu? Kenapa dia seperti itu? Ini bukan seperti Roby yang kukenal.

Sepanjang perjalanan aku terdiam. Entahlah sudah berapa lama hingga terdengar mesin mobil dimatikan. Roby lalu menarikku keluar. Aku sengaja tak ingin bicara sepatah katapun, namun aku sedikit meronta saat ia membawaku berjalan. Entah ini di mana. Apakah dia membawaku ke tempat penyekapan? Oh tidak! Bulu kudukku perlahan merinding.

Kurasakan ikatan tanganku dilepaskan. Aku langsung menggapai dan memukuli tubuhnya sekenaku. Roby menarik penutup mataku dan....

Lho? Apa-apaan ini?

"Surprise....!!!" teriak mereka serempak.

Aku menatap sekeliling. Lobby kantor lamaku. Rekan-rekan kerjaku. Ada apa ini? Aku berbalik menatap Roby.
Roby hanya tersenyum mengangkat sebelah tangannya ke atas. Dan dari tangga sudah muncul tulisan besar.

'Will you marry me, Vira? I love you. Roby.'

Aku tercengang.

Roby mendekat dan menunjukkan sebuah cincin di hadapanku.

"Marry me?"

"Rob..." ucapku tertahan.

"Kalau memang ada sedikit rasa buat gue, Vir...sekecil apapun itu, gue tetep pengen lo nikah sama gue. Gue pasti bisa bikin lo jatuh cinta sama gue, Vir.. Gue nggak bisa hidup tanpa lo.." ujarnya.

"Roby lebay ih.. Malu-maluin aja.." ujarku tersenyum sipu.

"Apa arti senyuman lo?" tanyanya.

"Playboy kok nggak ngerti.. Gue suka sama lo, o'on! Gue mau nikah sama lo.."

Roby terbelalak.

"Lo terima lamaran gue?"

Aku mengangguk. "Sekarang lo ngerti kan? Gue nggak mau pacaran sama lo.. Gue mau lo nunjukin keseriusan lo sama gue.."

"Kenapa nggak bilang?"

"Lo gila ya? Tengsin lah gue cewek ngomong duluan.. Dasar!"

Roby tersenyum lalu menarik tanganku. Menyematkan cincin itu di jari manisku. Dan tepuk tangan membahana di sekitar kami

"Eh, mau ngapain?" tanyaku saat dia mendekat.

"Peluk lo lah.."

"Nggak ada! Malu di kantor!"

"Yah, Vira...." Roby cuma bisa nyengir.

Aku menatap sekeliling. Semua orang tersenyum kepadaku. Kulihat Anggi dan Laila melambaikan tangan padaku.

***

END

SINGLE, GOSSIP, AND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang