Assalamualaikum, Happy Reading.
-----
"Shefa??" Panggil Ayahnya.
"Iya Yah, ada apa?" Shefa menghampiri ayahnya yang sedang menonton tv.
"Sini nak Ayah mau bicara" ucap Ayahnya sambil menepuk tempat disebelahnya.
"Ada apa Yah?" Ujar Shefa setelah menghempaskan tubuhnya tepat disamping Ayahnya.
"Ayah berbicara langsung padamu, Ayah mau menjodohkan kamu dengan anak teman Ayah"
Shefa terkejut "ta-tapi Shefa belum mau menikah Yah, Shefa masih muda. Masih dua puluh satu. Lagipula Shefa mau menyelesaikan kuliah dulu" ucap Shefa disertai raut wajah yang terlihat seperti memohon, agar Ayahnya berhenti berniat menjodohkan dia dengan siapapun.
"Iya Ayah tahu, dia juga tidak mempermasalahkan itu. Dia bahkan setuju dengan perjodohan ini, dan dia mau kok menunggu kamu hingga lulus nanti"
"Tapi Yah -" ucapannya terpotong.
"Tolonglah nak sekali ini saja kamu menurut apa kata Ayah. Anaknya juga baik loh dan sudah mapan. Sebelum-sebelumnya kamu selalu menolak jika Ayah jodohkan, Ayah mengerti. Tapi sekarang tolong kamu yang mengerti ya" Shefa masih diam, tak bergeming mendengarkan penjelasan Ayahnya.
"Lagian kamu kan tidak langsung menikah. Kamu kenalah dulu dengan orangnya. Namanya Ridwan. Dia akan tiba di Indonesia satu bulan lagi. Sekarang dia masih ada di Belanda sedang menyelesaikan S2 nya. Ayah yakin kamu juga pasti akan suka dengannya" lanjut Ayahnya lagi.
Shefa sungguh terkejut dan jika Ayahnya sudah berbicara seperti ini, ia tidak akan bisa membantah lagi.
Sebenarnya di dalam lubuk hatinya ia masih menyimpan nama seseorang. Seseorang yang keberadaannya hingga kini selalu ia tunggu. Seseorang yang ia sukai yang membuatnya merasakan apa itu jatuh cinta untuk pertama kali. Seseorang yang ia sukai saat pandangan pertama. Dan ia masih yakin dengan perasaannya untuk 'seseorang' itu masih ada hingga kini. Seseorang yang berjanji akan kembali, tapi sekarang ia tidak mengetahui keberadaannya dimana. Walaupun ia tak mengetahui dimana keberadaannya, ia yakin bahwa perasaannya yang telah ia simpan selama empat tahun itu masih sama, tak berubah sedikit pun.
"Sekarang kamu ke kamar. Tidurlah sudah malam" ucap Ayahnya sambil menepuk bahu Shefa.
Ucapan dan sentuhan Ayahnya menyadarkannya kembali dari lamunan, namun ia tidak membalas ucapan Ayahnya. Ia langsung beranjak dari sofa dan berjalan langsung ke kamarnya.Sungguh hatinya kini sedang gundah. Pikirannya berkecambuk dengan batinnya. Kini ia tidak bisa membantah ucapan Ayahnya. Mencari alasan untuk menolak perjodohan itu adalah hal yang mustahil.
Sesampai dikamar ia hanya menangis. Menangisi perasaan yang ia jaga selama ini. Hancur sudah penantiannya.***
"Shefa, Ayah tahu kalau kamu tidak menginginkan perjodohan ini bukan? Tapi percayalah nak, Ayah memberikan yang terbaik untuk kamu"
Shefa masih diam sambil mengoles roti tawarnya yang ia pegang dengan selai strawberry.
"Apa Shefa tidak bisa memilih sendiri Yah?" Tiba-tiba pertanyaan itulah yang terlintas dipikirannya saat ini.
"Kamu punya pilihan"
Seketika wajah Shefa pun terlihat bersemangat dan senyum lebar tercetak diwajah cantiknya."Benar Yah? Berarti Shefa bisa menolak perjodohan ini kan Yah?" Ucapnya dalam sekali tarikan nafas.
"Kamu ini gimana, kalian kan belum bertemu dan berkenalan. Berkenalan saja dulu dengan Ridwan, jika selama enam bulan kamu merasa tak cocok dengannya, Ayah tak akan memaksa untuk tetap melanjutkan perjodohan ini"
YOU ARE READING
Beautiful Mistake
Random"apakah aku harus mengikuti semua kata ayah? termasuk perjodahan yang telah ayah rencanakan? iya aku tau aku harus mengikuti dan mematuhi semua ucapan ayah, tapi untuk jodoh? tak bisakah untuk hal yang satu ini biar aku saja yang menentukannya? ini...