Aku masih berjalan menyusuri gang-gang sempit kotor dengan telanjang kaki, semua orang menoleh kearahku, memandang aneh diriku, dan mungkin mereka mengiraku orang gila.
Kotor, kumuh keadaan ku pada saat itu seperti manusia yang tidak mandi 1 minggu.
Aku terus berjalan tanpa memperdulikan mereka, sampai aku terhenti disebuah bangku taman rasa lapar dan haus mulai kurasakan."Mungkin ini juga dirasakan manusia" memegang perutku yang keroncongan.
Ini adalah pertama kali aku merasakannya.Aku berhenti sejenak memandangi mereka yang mengabaikanku, sampai akhirnya wanita tua menghampiri ku dengan berpakaian penuh lubang dan goresan. Dengan wajah yang berkeriput namun ramah ini bertanya padaku.
"Siapa kau nak?"
Aku tidak menjawab hanya memandangi wajahnya dengan ekspresi lugu.
"Kau lapar?" Dia bertanya lagi padaku, aku masih tidak menjawab.
"Apakah keluargamu tidak mencarimu?" Aku diam seribu kata.
"Baiklah mungkin kau takut denganku, percayalah aku orang baik-baik, kau boleh ikut denganku, kau mau ikut?" Dia bertanya lagi. Aku masih memandangi wajahnya dengan ekspresi lugu.
"Baiklah ayoo" ajaknya sambil menarik lenganku, aku hanya menurutinya.
Cukup jauh kami berjalan, memasuki lembah yang tak pernah aku kira, hingga sampai kami disebuah rumah sederhana bertembok kayu, beralasan kayu dan atap ditutupi oleh seperti tanaman merambat yang bisa ditembus oleh air hujan.
"Ayoo masuklah, jangan malu" dia membukakan pintu kayu yang didepan nya bergantung Gigi harimau, semakin menambah suasa seram dihalaman rumahnya.
Aku menurutinya saja dan duduk tersingkur dibawah bangku kayu.
"Duduklah diatasnya nak" dia memandang heran diriku.
Aku mengerti dan menurutinya.
"Kau lapar? Aku akan menyiapkan makanan, tunggu sebentar yaa? Jangan kemana-mana"
Sama seperti satu jam yang lalu aku hanya diam seribu kata. Lima belas menit terlewatkan, dia kembali membawa senampan ubi dan air minum hangat untuk kami berdua, hmm perutku berisik lagi.
"Ayoo makan.." ia menaruhnya diatas meja, aku memandangi ubi tak mengerti, aku mengambilnya satu lalu kucium dengan hidungku.
"Haha.. bukan seperti itu, kupas dulu kulitnya nak" dia mengambil satu dan mengupaskannya untukku.
"Nahh ayoo makan" ia menyodorkan ubi kemulutku. Aku membuka mulutku dan melahapnya perlahan, sambil tersenyum kepadanya sebagai ungkapan "ini lezat"
Aku menghabiskan beberapa ubi sampai hampir semua ubi miliknya habis olehku.
Suatu bunyi keluar dari mulutku , aku terbelalak menutupi mulutku."Aahh.. tenang saja, itu artinya kau sudah kenyang" ujarnya sambil meraih minuman hangat dinampan.
"Sekarang minumlah" menyodorkan nya kemulutku, aku memandangi lagi isi gelas itu.
"Begini caranya" dia mempraktekan cara manusia minum air. Aku mengerti dan langsung mengikutinya.
"Kau aneh sekali nak, dari mana asalmu?"
Aku terus meminum air hingga habis.
"Kalau boleh tau, siapa namamu?" Dia bertanya lagi.
"Angel (malaikat)" hanya satu kata yang keluar dari mulutku.
"Ohh..." dia mengangguk.
Perutku kenyang dan rasa kantuk menerpa kelopak mataku, berkali kali aku menguap.
"Kau ngantuk? Kalau begitu tidur saja, disana" menunjuk ranjang yang terbuat dari kayu dan diatasnya terdapat selimut yang sudah kumuh warnanya.
Aku menurutinya , naik keatas ranjang dan menarik selimut dengan tenang aku memejamkan mata. Karena hari itu kami tiba sudah hampir malam.