Part IV

141 7 0
                                    

Setelah aku menyadari semua ini. Aku tau. Aku tau aku benar-benar mencintai lelaki itu. Walaupun aku tau ini terjadi sangat cepat. Dan ini sangatlah menjanggal hatiku. Membuat aku bingung dan sekaligus bahagia. Aku sampai lupa kapan terakhir kali aku merasakan hal ini.

Semenjak kejadian itu, aku merasa bahwa kami semakin dekat dan akrab satu sama lain. Kata-kata gombal sudah seperti santapan sehari-hari untukku. Kami makin sering bercakap secara langsung maupun tidak langsung selama beberapa minggu. Tapi aku menyadari bahwa teman-temanku menjauh dariku. Ya aku tau alasannya pasti karna pria ini. Tapi aku tidak ambil pusing hal itu. Aku berpikir paling mereka akan kembali saat mereka butuh.

*disekolah*
"Nis, entar malem pergi main yuk!" aku mengajak nisa yang sedang asik main hpnya.
"Ga bisa gue. Udah ada janji sama anak-anak yang lain main billiard. Mau ikut?"
"Hmm. Ga ah. Males gue."
"Pergi aja noh sama pangeran lu." sambil tertawa.
"Ih pangeran apaan? Belum juga"
"BELUM? berarti akan!!! Hahahaha"
"Liat aja ke depannya"

*pulang sekolah*
"Nis, gue pulang duluan ya. Gue ga enak badan"
"Oh. Oke deh fa. Cepet sembuh!"
Akhirnya aku pergi ke basement sekolah untuk mengambil mobilku. Aku masuk dan menyalakan mesin mobilku.

Hhhiiiiiiikkkkk hikkkkkkk...
"Ah sial!" aku menggertak. Ternyata mobilku ga mau menyala.
"Shit shit rusakk!"
Tiba tiba terdengar suara..
Tok tok..
"Ahhhh!" aku terkejut dan melihat seseorang di jendela mobilku. Dia menyuruhku untuk menurunkan kaca. Ternyata sebastian.
"Kenapa mobil lu?"
"Ga tau nih. Ga mau nyala. Gimana dong?"
"Coba gue liat" lalu dia membuka cap mobilku. Beberapa saat dia melihat. Lalu dia berjalan dengan muka yang begitu serius.
"Kenapa mobilnya?"
Lalu dia tersenyum sangat lebar.
"Gue juga ga tau hehehehe" sambil menggaruk kepalanya. Aku tertawa. Dia sangat lucu, aku berkata dalam hati.
"Makanya jangan sotoy. Gue kira lu tau."
"Hmmm. Maaf lah. Pulang sama gue mau?"
Tiba tiba aku terdiam melihat mukanya. Pikiran aku kosong. Jantungku berdebar-debar kembali.
"Woy!" dia memukul pintu mobil dan menghentak. Aku terkejut.
"Kenapa sih?!! Ga usah ditambahin kali rusaknya."
"Ditanya malah bengong kaya orang bego. Mau bareng ga?"
"Iya mau. Daripada gue ga pulang." padahal dalam hatiku aku pengen banget. Ini membuatku sedikit geli. Haha.

Lalu kita berjalan ke parkiran motor.
"Eh gue ga ada helm. Gapapa lah ya. Aman ko sama gue."
"Ya paling kalo gue mati lu juga yang nyesel"
"Ya kalo lu mati pasti gue jugalah. Kan gue yang bawa. Gimana sih?"
"Udah udah cepet. Gue percaya ko."
"Nah gitu kan enak." sambil menepuk kepalaku dan tersenyum. Mukaku memanas dan merah. Lalu aku naik ke motornya. Kita pun berangkat.
"Ini dimana sih? Gue ga pernah lewat sini. Lu tau rumah gue ga sih?"
"Berisik. Nanya mulu kaya dora. Tau lah. Tenang aja."
"Takut gue diculik sama lu."
"Emang gue lagi nyulik. Haha" tertawa jahat sambil melirik aku.
"Ihhh sebastian! Serius?!"
"Tenang tenang. Pasti lu suka tempatnya"
Setelah 10 menit kami berjalan akhirnya kami sampai ke tempat yang dia maksud. Ada tempat yang ditutupi gerbang seng yang tinggi. Di depan ada tulisan dilarang masuk.
"Ini tempat apa?"
"Liat sendiri. Eits." tiba tiba dia menutup mataku dari belakang dan menuntun jalan.
"Siap ya? 1..2..3" dia membuka tangannya. Aku sangat sangat terkejut. Ternyata disitu adalah kebun bunga mawar dengan berbagai warna. Aku benar benar tidak bisa berkata satu katapun. Ini sangat indah.
"Lu suka ga?"
"Suka suka sukaaa. Banget banget banget. Ini kebun siapa?"
"Ini sisa tanah yang bokap gue punya. Dia mau ditanamin mawar biar bisa mengenang nyokap gue."
"Turut berduka ya tian" aku memegang tangannya. Dia menatap mataku.
"Tapi gue bawa lu kesini bukan karna curhatin itu ko."
"Kenapa?" lalu dia menarik ku lebih dekat dan mengelus pipiku.

*Makasih banyak yang masih bacaaaa :) Semoga masih penasaran. Hehe*

Lost LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang